Tuesday, March 4, 2014

Terjebak Banjir di Jalan Notosuman Solo

 

Terjebak Banjir di Jalan Notosuman Solo
Serabi Notosuman

Sehabis ngantar anak les, aku mampir ke Jalan Notosuman yang terkenal dengan serabinya itu, untuk beli pulsa. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya disertai angin yang meliuk-liuk, dan juga guntur yang melengking. Baru beberapa menit saja jalan besar langsung kebanjiran. Semakin lama semakin deras dan tentu saja semakin banjir. 

Aku keluar dari gerai bermaksud nekat pulang saja menembus hujan, tapi banyak orang berdiri di pinggiran ruko menanti hujan reda. Tak hanya pengunjung yang keluar, tapi juga beberapa karyawan dari deretan ruko-ruko tersebut. Nampaknya banjir kali ini menjadi tontonan gratis bagi kami. Banyak yang mengambil gambar keadaan banjir tersebut. Sayang sekali aku tak membawa handphone jadi tak sempat mengambil gambar banjir. 

Aku sempat bertanya pada seorang karyawan dari kantor perwakilan Blackberry, katanya banjir di jalan ini sudah biasa tapi baru kali ini banjir mencapai halaman ruko. Oh begitu.

Orang-orang berdiri menanti hujan reda dan banjir surut. Bila ada sepeda motor yang nampak mogok, mereka bersorak. Yah, masih saja ada tawa di tengah kerepotan sedikit ini.

Kemudian aku berkenalan dengan seorang ibu yang ternyata sebagai agen asuransi. Tentu saja dia menawariku asuransi, jenis asuransi pensiun. Yah, perlu juga tapi nanti dululah.

Hujan akhirnya reda juga, tapi banjir masih belum surut. Beberapa saat kemudian setelah banjir agak surut kuberanikan diri untuk pulang, toh lumayan dekat jaraknya dari rumah. Ternyata Jalan Kalilarangan dan Jalan Yos Sudarso tidak banjir. 

Sedari tadi aku sebetulnya mencemaskan keadaan rumahku eh bukan, tepatnya rumah kontrakanku. Tadi belum sempat pasang ember di ruang tamu yang bocor, jadi kebayang bagaimana nanti aku membersihkannya. 

Kecemasanku terjadi juga, lantai ruang tamuku basah oleh air hujan yang jatuh dari atap yang bocor. Air melimpah-limpah sangat merepotkan. Aku ambil kain pel dan mulai aku bersihkan. Di ruang tamu ada terletak septitank yang di atasnya ada kotak penutup yang tak rapat yang ditutup dengan triplek dan keset karet. Aku buka penutup itu dan ...... banyak kecoak berhamburan keluar, aku sampai panik. Untung ada semprotan pembunuh serangga. Aku habiskan isi botol yang tersisa. Ada kalajengking juga di situ, ngeri pokoknya berperang melawan mereka sendirian.

Aku agak lega setelah mengepel ruang tamu. Aku bermaksud istirahat sambil online di kamar tidur, tapiiii ..............oh ternyata kasurku kebanjiran. Belum pernah seperti ini sebelumnya. Barangkali hanya iternit saja yang diganti tapi genteng tak dibenahi. Percuma.

Jadi mau kesal bagaimana ya? Ya terima kenyataan sepahit apapun. Bagaimana pun Tuhan masih memberi kami tempat untuk bernaung. Meski sebagai mantan keluarga jaksa madya, hal ini sangat tak layak kedengarannya dan dirasakannya.

Kami mencoba mensyukuri apapun yang diberikanNya. Toh kami masih bisa makan, berpakaian layak dan juga bertempat tinggal. Airmata yang jatuh di pipiku membuat pipiku nampak halus saja. Tak boleh berprasangka buruk padaNya. Tuhan itu adil. Kalo bukan kemarin dan sekarang, pasti Tuhan akan memberikannya esok hari. Tuhan pasti mengganti segala kepunyaanku yang telah "dirampasnya".  Itu pasti. 

Rasakan dan nikmati saja kepahitan yang nikmat ini.

"Meminta, bersyukur dan menerima"
        Bukankah itu hukumnya?


0 comments: