Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Sunday, October 27, 2013

Facebook Anti Galau

Dulu sekali seorang temanku pernah menasehatiku agar tidak keseringan memposting status yang galau, karena katanya hanya akan ditertawakan orang saja. Beberapa hari yang lalu aku membaca satu status teman yang isinya senada seperti itu. Lagi-lagi memakai istilah "ditertawakan". Sebetulnya aku sangat tidak mengerti mengapa ditertawakan? Kegalauan atau kesedihan orang ditertawakan? Kukira sangat sangat sangat tidak manusiawi. Apakah bangsa Indonesia yang mempunyai dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat ketimuran yang begitu luhur, ternyata tidak mempunyai kepekaan rasa, sehingga menutup mata, hati dan pikiran terhadap permasalahan sesamanya?

Semula aku mengira facebook bisa untuk sharing dan berharap akan mendapatkan solusi, tapi ternyata aku keliru besar. Facebook cenderung hanya untuk bersenang-senang.
Lebih sering dibicarakan masalah-masalah aktual, misalnya masalah politik. Pada usia muda cenderung ke masalah cinta, namun pada usia tertentu lebih sering membicarakan tentang keluarga, karier, kegiatan keseharian, dakwah/kotbah, pandangan hidup, doa, curhatan, puisi, dsb.
Ya macam-macamlah yang ingin diungkapkan orang. Sebetulnya terserah sajalah. Kalo kita suka ya dibaca kalo kagak suka ya sudah. Sebenarnya itu juga hak setiap facebooker.

Tapi sebetulnya yang bikin aku tidak suka adalah bila sudah memberi komentar atas status orang atau kirim ucapan ulang tahun atau ucapan apa, tapi tidak dibalas atau ditanggapi. Apa sih beratnya?  Kalo tidak punya waktu untuk memberi komentar balik ya cukuplah dengan memberi like saja.  Pada pemberitahuan lewat seluler di saat ada yang memberikan komentar atas status kita, maka di bagian bawah ada pesan: : Balas dengan komentar atau "like".Mungkin inilah peraturan sopan santun di facebook. Tapi kan orang Indonesia mempunyai aturan sopan santun sendiri. Eh!. Orang memberi ucapan atau komentar itu adalah wujud adanya  perhatian, jadi mengapa tidak berusaha menghargai perhatian orang atau orang-orang itu? Yah, semua kembali pada sifat masing-masing facebooker. Arogan atau tidak, itu saja.

Sekarang kembali pada pembicaraan di awal tadi mengenai facebooker yang tidak suka terhadap kegalauan orang. Kalo dipikir-pikir, dunia facebooker dan dunia nyata adalah sama. Di mana ada teman yang sedang kesulitan, maka teman-teman menjadi menjauh. Begitu juga sebaliknya bila ada teman yang "kejatuhan durian runtuh", maka banyak teman yang mendekat. Apakah  itu manusiawi? Menurutku tidak sama sekali. Itu adalah bentuk keegoisan diri atau bentuk lain dari hedonisme.

Memang sebaiknya buat status yang bisa memberi semangat, menginspirasi secara positif dan yang bersifat ringan-ringan saja. Menurutku bila ingin mmembuat status yang galau, sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga tidak terasa galaunya tetapi misi sudah dilaksanakan.Tak perlu membohongi diri sendiri dengan membuat status palsu. Bila status apa adanya tak layak, ya sudah sementara keluar dulu dari orbit facebook.
Namun semua kembali pada facebooker masing-masing.

Facebook adalah fenomena yang dahsyat, yang bisa mempertemukan antar teman yang telah lama hilang hubungan dan bisa memperkenalkan kita dengan teman-teman baru yang berasal dari manapun juga. Di facebook juga bisa ditemukan cinta, jodoh, rekanan bisnis, pembeli, dsb. Fungsi-fungsi positif dari facebook inilah yang selayaknya kita manfaatkan.
Sekian dulu ya, salam facebooker.

Wednesday, October 23, 2013

Oh My Mother in Law 2 (eks)


Maksud hati ingin curhat tapi malah dia yang lebih banyak cerita, seakan mendapatkan tempat buat curhat. Aku lebih banyak mendengarkan dan sesekali menanggapi ceritanya. Tapi aku betul-betul mendengarkan, karena aku adalah pendengar yang baik. 
Memang mbak yang satu ini kalo cerita banyak namun sering diulang-ulang. Ya biarlah kalo dengan demikian dapat mengurangi beban hidupnya. Kupikir aku yang paling banyak beban hidup, tapi ternyata aku keliru. Paling tidak semua ini tergantung bagaimana cara orang memandang dan menyikapi permasalahan hidup atau beban hidupnya. 

Kalo dipikir-pikir dan kalo dibanding-banding, nasib mbak ini jauh lebih baik ketimbang aku. Bayangkan dia mempunyai suami dengan pekerjaan mapan dan penghasilan lumayan dan dua anak laki-laki dan perempuan, lengkap sudah. Masih ditambah dengan dua buah mobil yang siap membawa mereka ke manapun mau pergi, meskipun rumah masih menempati rumah orangtuanya yang kosong. Dia sendiri menerima pensiun dininya setiap bulan. Suaminya juga termasuk yang baik-baik saja. Apalagi yang dikeluhkan, coba?

Dari ceritanya yang bikin aku kaget adalah dia baru saja keluar dari rumah sakit, opname beberapa hari karena stress, katanya. Tengkuknya atau belakang telinganya dan beberapa bagian lainnya disuntik berkali-kali, ah apa iya? Sakit apa itu? Dia bilang stress karena memikirkan ibu mertua. Oh oh oh! Gak usah dipikirin mbak, bikin capek, sakit hati dan sakit fisik. Kalo dipikir-pikir, yang lebih dirugikan sama ibu mertua siapa ya? Jelas aku karena ini menyangkut hidup matiku.

Saat aku sempat matur ke ibu mertuaku tentang nasibku pasca bercerai, sungguh aku sangat kaget setengah mampus mendengar pernyataan-pernyataannya. Oh jadi begitukah perlakuannya atau lebih tepatnya nasehat yang diberikan kepada mantanku untuk memperlakukanku sedemikian rupa? Benar-benar tak bisa dipercaya. Bagaimana mungkin dia kan ........... dan ............ kok cara berpikirnya seperti itu.

Kalo selama ini aku mengecam  perlakuan ibunya Vicky yang mati-matian membela anaknya yang belum tentu benar dan bersih, maka mantan ibu mertuaku tidak sekedar membela anaknya mati-matian namun justru dialah otak di balik ketidakadilan yang kuterima dari mantanku selama ini. Dia sangat mempengaruhi cara berpikir mantanku. Dan, mantanku seperti kambing dicucuk hidungnya, nurut aja. Ya iyalah kan dengan demikian dia juga lebih diuntungkan secara materi, juga lebih bebas secara kehadiran.

Tidak tahukah ibu,bahwa dengan mengatakan hal-hal demikian, maka hal itu malah menjadi bumerang bagi ibu sendiri? Merugikan ibu, saya dan Dinda. Lihatlah betapa dia tidak begitu memperdulikan ibu secara materi pada khususnya. Alasannya tentu saja belum cukup secara materi. Dan, ibu mertuaku percaya begitu saja, cenderung sangat mempercayai semua yang dikatakan mantanku. Barangkali dia adalah anak kesayangan.

Dia kan jaksa yang sudah berdinas belasan tahun, masak ibu mertuaku percaya kalo dia belum punya apapun, termasuk mobil? Makanya kalo pas pulang bawa mobil, dia titipkan mobil itu ke temannya dan meminjam mobil temannya itu. Dia pura-pura miskin kalo pulang kampung. Juga bila berkunjung ke rumah kontrakanku, pakai kaos rumahan yang jelek dan hp yang jelek. Istilahnya berkunjung ya karena dia di rumah yang ini belum pernah menginap. 

Hal-hal yang pernah dikatakan mantan ibu mertuaku tak usahlah aku katakan secara detail. Pada intinya bahwa dia percaya bahwa gaji mantanku masih belum cukup untuk hidup sendiripun apalagi untuk dibagi dengan kami anak dan mantan istrinya. Tentang keinginanku punya rumah kembali, dia contohkan tetangganya yang sampai mantupun masih ngontrak. Aduh aduh aduh, bagaimana ini? 
Dan ada beberapa hal lain yang dikatakannya, namun tetap memihak anaknya. Aku ini apalah. Aku tidak meneruskan perbincangan dengan mantan ibu mertuaku karena semakin menyakitkan rasanya. Apalagi ada mantanku yang juga duduk di ruangan itu yang mendengar dengan jelas dan dalam hati pasti tertawa terbahak-bahak mendengar pembicaraan tolol kami. Jelas sudah bahwa mantanku sangat diuntungkan, semakin tak bertanggungjawab saja.

Mengapa ya seegois itu? Kami ini menantu dan mantan menantu yang pendiam yang tidak  meminta ini itu, tapi mengapa diperlakukan seperti ini? Pernah aku minta ibu mertua menasehati mantanku, tapi tentu saja nasehatnya memihak mantanku, yang justru akan menjadi bumerang bagiku.
Tak tahu lagi apa yang mesti kulakukan. Bagaimanapun aku harus mengusahakan kepentinganku, tapi kurasa ini sudah maksimal. Kualihkan usahaku dalam bentuk doa.

Semoga saja mereka berdua, mantanku dan ibunya secepatnya mendapatkan hidayahNya, sebab bila tidak akan sangat pedih siksa kuburnya atau apalah namanya. Semoga yang pulang dari tanah suci membawakan hidayah bagi mereka. Yang penting mereka segera sadar akan kekeliruannya selama ini. Kami ini korbannya. Lihatlah penderitaan kami. Coba rasakan penderitaan kami.
TEPO SLIROLAH.
 
(Gambar telah diganti)

Sunday, October 20, 2013

Pengakuan Dosa

Pengakuan Dosa



Masih sangat awal ketika aku menginjakkan kaki lagi di gereja setelah tadi pagi aku sowan Romo. Setelah mengantar Dinda les, langsung aku menuju gereja. Sore ini aku akan mengaku dosa, setelah belasan tahun lampau.

Suasana sore tanggal 18 Oktober ini sungguh teduh. Aku bertemu dengan Pak Pardi penjaga gereja yang sedang bersih-bersih. Katanya Romo sedang sare, jadi aku menunggu di Goa Maria sambil berdoa Rosario. Hutang doaku masih 3, jd kalo sekarang aku doa rosario berarti masih kurang 2 lagi. Aku ingin menuntaskan bulan Oktober sbg BulanMaria dengan berdoa Rosario setiap hari selama sebulan.

Masih kurang 2 Doa Salam Maria lagi ketika Pak Pardi mengingatkanku bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 5 seperti janjiku dengan Romo. Setelah aku selesaikan Doa Rosarioku, Pak Pardi segera bergegas naik untuk memberitahu Romo. Pak Pardi kemudian turun dan mengatakan bahwa Romo sedang siram, jadi aku menunggu di di ruang tamu paroki. Aku bertanya tentang meja tamu yang berbeda dengan ketika aku datang tadi pagi. Katanya tadi ada yang menikah jadi meja itu dibuat untuk akad nikah secara catatan sipil. Berarti bila suatu saat nanti aku menikah di gereja ini, aku duduk di ruangan ini dengan susunan meja kursi seperti itu. Tentu saja setelah pemberkatan nikah di gereja oleh Romo. Anganku melayang, dengan siapa ya aku juga belum tahu.
Aku duduk dengan buku Puji Syukur dan kacamata di tangan. Sudah kusiapkan daftar dosa dan halaman doa untuk pengakuan dosa.

Akhirnya Romo turun juga, bergegas dia menuju sebuah kamar yang selalu tertutup. Romo duduk kemudian membersihkan meja dari debu sambil bertanya :”Sudah berapa lama tidak mengaku dosa?” Aku yang duduk di hadapannya menjawab sambil tersenyum: “Sudah belasan tahun”. Lalu aku terdiam, menunggu aba-aba darinya.
Pengakuan dosa pun dimulai. Kubuka buku Puji Syukurku dan kubaca :” Bapa, pengakuan saya yang terakhir adalah ..............................................” Kemudian Romo memberi semacam kotbah atau nasehat singkat. Romo ngendika bahwa dosa-dosaku sudah dihapuskan dan bahwa Allah selalu menerima anak-anak hilang yang pulang kembali. Kemudian Romo memberitahu tentang laku tobat yang mesti kulakukan. Sejak saat itu akupun sudah diperbolehkan menerima Komuni lagi. Ini adalah hidupku yang baru.

Aku jadi teringat salah satu bacaan Injil tentang anak yang hilang yang ragu-ragu untuk kembali kepada bapanya, namun ternyata kepulangannya justru disambut bapanya dengan diberikannya pakaian yang bagus-bagus, disembelihnya domba yang tambun dan pesta meriah. Lalu aku, apa ya yang telah disiapkan Allah Bapa bagiku? Aku bukan GR, tapi aku percaya bahwa Tuhan akan memberiku semua yang sangat kubutuhkan selama ini. Tentu, semoga, amin.

Karena masih ada waktu sebelum menjemput Dinda, jadi kupikir sekalian saja melaksanakan laku tobat dari Romo tadi di gereja. Aku masuk ke gereja dan duduk di bangku paling ujung yang terhalang dari pandangan orang. Di tengah-tengah doa terdengar petir bergemuruh keras sekali beberapa kali bersahut-sahutan. Tadi perasaan cuaca tidak begitu gelap, entahlah. Sesudah selesai berdoa aku bergegas menuju parkiran motor dan segera meninggalkan gereja padahal ada dua orang yang juga naik motor menunda kepergiannya karena takut petir. Hujan mulai jatuh semakin lama semakin deras. Kupinggirkan motorku dan kupakai jas hujanku. 

Kembali menuju rumah bersama Dinda dalam lebatnya hujan. Biasa kalo Solo sering mati lampu di saat hujan, begitu juga malam ini. Sepanjang jalan gelap gulita hanya lampu motorku yang menerangi jalan dibantu dengan lampu-lampu kendaraan lain yang kebetulan lewat.

Air hujan jatuh menerpa-nerpa wajahku, rasanya semua basah terkena air. Beginilah berjalan dalam kegelapan dan kehujanan mesti berhati-hati dan perlahan. Begitu juga bila sedang menjalani hidup dalam kegelapan dan tak tahu ke mana akan melangkah, satu hal terpenting adalah mencari sinar atau cahaya agar tak jatuh terperosok. Sinar atau cahaya kehidupan itu bisa kita dapatkan dari Tuhan. Bertekun dalam doa, apapun agama kita, tentu sangat membantu kita berjalan mengarungi kehidupan yang penuh misteri ini.

Artikel Terkait : Kawin Campur

Sunday, October 6, 2013

Ruang Maya

Ruang Maya

Bila suatu saat nanti aku jatuh cinta pada yang lain dan menikahinya, kumohon kamu tetap seperti biasa.
Jangan pernah ada yang berubah kecuali berubah menjadi lebih baik dan terbuka untukku.

Selama ini kamu ada di hatiku selalu, dan kan kutempatkan kamu di sisi tersembunyi di hatiku seperti janjiku dulu.


1210 Km adalah jarak yang memisahkan kita. Sekali pun kita belum pernah bertemu muka. Barangkali suatu saat kita akan bertemu di dunia ini, atau di dunia nanti. Itu pasti. 

Bagaimanapun kamu sering kusebut di setiap tarikan nafasku.
Di setiap aku membuka mata, kamu juga ada. 
Tempat kita bertemu adalah ruang maya, tak tampak nyata tapi terasakan.
Kita saling mengerti dan memahami meski tak ada kata2 yang terucap darimu.

Meskipun demikian aku berterimakasih kepadamu, sebab hatiku boleh berpegang pada hatimu. Aku boleh bercerita apa saja kepadamu. Maaf bila kamu telah menjadi keranjang sampahku.
Dengan demikian hatiku tidak mencari perhatian pada yang lain yang mungkin saja salah dan tidak membabi buta dalam mencinta.
Mencinta? Jangan protes karena memang aku mencintaimu sedari dulu. Namun aku tahu tentang semua ini yang tak pantas, maka rasa ini hanya kutelan sendiri.

Tetaplah menjadi cintaku sahabatku meski di dalam hati saja.
Salam rinduku untukmu.