Rasanya ingin dapat kuceritakan kepadamu tentang sebuah perasaan, tapi aku tak bisa. Beberapa kali aku mengotak-atik kata demi kata, namun selalu saja kutemui jalan buntu. Barangkali karena cerita ini terlalu dini untuk aku bagikan ke kamu. Namun demikian, ada rasa yang menyentak-nyentak ingin segera metuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Tapi sekali lagi, aku merasa belum pantas menceritakannya sekarang.
Aneh, tak ada satupun puisi yang bisa kutulis, juga tak ada rangkaian kalimat yang bisa kujadikan cerita. Usut punya usut barangkali karena aku merasa trauma. Dahulu aku begitu blak-blakan tentang perasaanku kepadanya lewat status-status facebook. Dan, itu sempat membuatnya marah dan mendiamkanku. Jadi kini aku sangat berhati-hati tentang hal ini.
Jelas aku tak mau mengulangi kesalahan yang sama lagi. Masalah pantas tak pantas menjadi prioritasku sekarang. Aku tahu perasaannya halus, demikian juga diriku. Terkadang dibutuhkan jeda sejenak dari menulis tentangnya. Walau sebenarnya sangat banyak yang ingin aku ceritakan tentangnya.
Kupikir ini adalah buah dari kesetiaanku padanya selama ini. Setia pada sebuah fatamorgana sekian lama. Kini fatamorgana hampir menjelma menjadi kenyataan. Dia bagaikan seorang dewa yang akan menghampiriku ‘tuk menjadi pasangan hidupku.Takkan kuusik dengan ceritaku yang lebay. Aku sangat mengharapkannya, demikian juga dia sangat mengharapkanku. Begitulah adanya.
Semoga segera terwujud keinginan kami ini. Amin.