Monday, March 24, 2014

Menjaga Hati

Menjaga Hati

“Tak ada jaminan bahwa pasangan kita akan menjadi milik kita sepenuhnya ......... Barangkali kita bisa miliki fisiknya tapi bukan lagi hatinya ........ Karena yang namanya terpanah asmara itu tidak tahu kapan, di mana dan karena apa . Pada dasarnya hati itu pengelana yang bisa melesat jauh , tuk jatuhkan pilihan ...... “ 

Ini adalah statusku sebagai pengantar untuk mengajak mereka mampir ke blogku. Postingan yang aku tautkan adalah sebuah puisi tentang pengembaraan hati, judulnya “Di Saat Hati Memilih”, seperti ini :

"Di Saat Hati Memilih 

Tak ada lagi yang bisa diingkari di saat hati telah jatuhkan pilihan 
Terkadang pilihan itu tak bisa diterima oleh orang lain 
Bahkan juga tak bisa diterima akal sehatnya sendiri 
Tetapi itulah hati, tak bisa dinyana tak bisa diduga
Terbang melesat dan jatuh memilih pada satu hati
Tak selamanya hati yang terpilih akan memilihnya juga 
Bila demikian dunia rasanya berputar tak terkira arah 
Namun ada juga hati yang memilih pada beberapa hati sekaligus 
Benarkah hati bisa dibagi-bagi sedemikian rupa? 
Bukankah hati itu utuh satu? 
Bila dibagi-bagi maka akan menjadi serpihan-serpihan hati 
Bila satu hati mendapatkan satu serpihan, bahagiakah? 
Ini sama saja dengan hati yang tersakiti oleh yang terpilih 
Hanya ada satu hati yang terpilih di antara sekian banyak pilihan 
Bila berbagi pada dua, tiga, empat bahkan lima hati sekaligus ..... 
Bisa dipastikan bahwa hanya ada satu hati terpilih di antaranya 
Namun hati juga bisa terbang melesat pada hati yang jauh 
Hati mampu menembus segala bentuk benteng pertahanan 
Hati bisa menembus benteng mahligai, perseteruan, kekuasaan, juga batas usia 
Terkadang hati bergerak melesat tak tentu arah 
Agama dan norma sosiallah yang membatasi geraknya 

 Salah satu komentar teman adalah sebagai berikut::
 “TAK BISA PINDAH KE LAIN HATIIIIIIII HANYA PINDAH LAIN BODYYYYYYYYYYY” 
Pernikahan bukanlah sesuatu yang sempurna dimana seorang suami atau istri akan memiliki pasangannya selamanya. Di jaman sekarang bahkan sejak dahulu pun sudah banyak kendala yang mengganggu hubungan suami istri dalam sebuah mahligai pernikahan. Suami selingkuh atau istri selingkuh banyak kita dengar, yang mengakibatkan goyahnya bahtera rumah tangga. Akibat terburuk dari perselingkuhan adalah karamnya rumah tangga alias terjadinya perceraian.
Semua ini bersangkut paut langsung dengan masalah 
"hati"
Hati yang tak ingin dikekang pada satu hati yang lain. Hati bisa jatuh cinta kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja. Terkadang hal ini terjadi tanpa kita duga sama sekali. Banyak hal yang menyebabkannya, bisa karena kedekatan secara fisik (sering bertemu), sering dicurhati, jatuh cinta pada pandangan pertama, kebutuhan secara finansial, kebutuhan secara biologis, berhubungan dengan pekerjaan, dan sebagainya. 

Namun bagiku pribadi, harus kuakui aku sangat sulit jatuh cinta. Bila hatiku sudah terisi dengan seseorang, maka itu menjadi tak tergoyahkan. Setia adalah kata lainnya. Yang aku takutkan adalah setia pada seseorang yang tak seharusnya. 
"Tak bisa pindah ke lain hati tapi bisa ke lain body" seperti kata temanku, bagiku juga tak bisa kujalani. Cinta bagiku adalah penyerahan total tubuhku dan hatiku. Jadi aku tak bisa menyerahkan tubuhku bila tak ada perasaan cinta. Lagi-lagi hati yang berbicara.


Beberapa hari berikutnya aku menulis status lagi yang berkenaan dengan perilaku seorang pengacara terkenal, masih berhubungan dengan kesetiaan hati:

“Perselingkuhan secara terbuka dan seolah direstui pasangan selingkuhannya. Waaaah apik tenan. Mau jd caleg yg akan memperbaiki nasib bangsa, katanya. Jd rakyatnya mau diajak selingkuh bareng2 dan abaikan anak istri, Gt to? Yg pilih dia ya yg pro selingkuh dan abaikan anak istri. Horeee negri ini akan jd negri antah berantah . . . Indahnya dan kacaunya . . . “ 

Seorang teman mengomentari statusku seperti ini :
“trend trend para tokoh” 

 Perselingkuhan yang dilakukan oleh tokoh ini adalah bukti bahwa hatinya sedang mengembara dan dia membebaskannya memilih yang lain. Tokoh yang satu ini justru membiarkan hatinya secara tak terkendali memilih beberapa hati sekaligus meskipun mungkin tidak secara bersamaan. Kontrol terhadap hati jelas tidak dia lakukan, dia tidak bisa menjaga hati. Sehingga dengan demikian banyak wanita yang menjadi korbannya. Tidak cuma wanitanya tetapi juga anak-anak yang dilahirkan dari hubungannya dengan tokoh ini. 

Sungguh ironis bila semakin banyak saja tokoh, petinggi, orang terkenal yang membiarkan hatinya mengembara ke mana saja yang hati mau. Tentu saja wanita-wanitalah yang menjadi pelabuhan hatinya. Mohon jangan jadikan perselingkuhan sebagai trend seperti kata temanku tadi.

Selalu menjaga hati kita agar dapat mencintai seseorang secara benar dan total. Jangan biarkan hati mengembara pada hati-hati yang tak beertanggungjawab. 

Hati-hati dengan
"HATI"

 Artikel ini diikutkan dalam Giveaway Blogger Dengan Dua Status di BlogCamp.

0 comments: