Thursday, January 16, 2014

Suicide, Sebuah Alternatif


Dahulu, waktu aku masih SMP, pernah terlintas di pikiran untuk mengakhiri hidup alias bunuh diri. Aku lihat-lihat  pada atap-atap rumah, kira-kira di mana bisa kulakukan hal itu. Namun nyaliku ciut, aku tak berani. Menurut Robert Firestone dalam bukunya Suicide and the Inner Voice, yang menyebabkan mereka cenderung bunuh diri adalah lingkungan terkecilnya tidak memberikan rasa aman, lingkungan keluarga yang menolak, tidak hangat sehingga anak dalam keluarga tersebut merasakan kebingungan dalam menghadapi masalah sehari-hari. Pernyataan itu memang benar semua, terjadi padaku juga. Aku tidak boleh bermain keluar rumah, tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus begini, harus begitu, pada akhirnya aku sangat kebingungan bagaimana harus bersikap dalam hidup. Seringkali sikapku salah dalam bertindak, hal ini dikarenakan memang aku tidak tahu. Aku hanya diperbolehkan bermain di rumah saja. Terlambat pulang sebentar saja langsung dimarahi. Temanku hanyalah seekor kucing, yang kematiannya sangat kutangisi melebihi meninggalnya kedua orangtuaku. Kucing sangat berarti dalam hidupku sampai saat ini.
Tetapi mengapa aku sempat berpikir untuk bunuh diri, sementara kehiudpan keagamaan di keluargaku sangat kental? Barangkali karena tak ada tempat untuk bercerita dan bertanya.

Kenyataan semakin banyak saja kasus bunuh diri, tidak hanya dilakukan orang dewasa, tetapi anak TK pun berani melakukan. Tentang keberaniannya ini memang patut diacungi jempol, meskipun ini untuk hal yang negatif. Dari data WHO dapat dilihat bahwa hampir satu juta orang meninggal akibat bunuh diri. Ini artinya setiap 40 detik ada korban yang jatuh karena bunuh diri.

Penyebab Terjadinya Bunuh Diri
  1. Depresi dan gangguan bipolar. 60% bunuh diri dilakukan oleh orang yang mengalami gangguan mood. meliputi depresi berat dan gangguan bipolar. Bagi orang yang mengalami depresi berat secara kerkepanjangan akan sangan beresiko bunuh diri;
  2. Gangguan mental. 30% pelaku bunuh diri adalah orang yang memiliki gangguan mental. Gangguan mental ini meliputi: gangguan tidur, gangguan makan, gangguan kepribadian, skizofrenia, dan gangguan stress pasca trauma. Bila orang memiliki 2 gangguan mental sekaligus, maka beresiko untuk bunuh diri;
  3. Konsumsi Alkohol. Alkohol menyebabkan depresi, mengurangihambatan untuk bunuh diri, dan memicu penilaian buruk pada diri sendiri;
  4. Efek samping obat. Efek samping obat resep atau kombinasi obat resep bisa berakibat kasus bunuh diri;
  5. Luka emosional. Penolakan, penghinaan atau rasa malu, dapat memicu tindakan bunuh diri;
  6. Rasa bersalah akibat menyaksikan atau mengalami pelecehan, penyiksaan, pembantaian atau kekerasan dapat memicu tindakan bunuh diri;
  7. Kehilangan dan kesedihan. Kehilangan orang yang penting, pekerjaan, status sosial, jabatan, aset keuangan, kesehatan atau hal lainnya, dapat menyebabkan kesedihan. Kehilangan dan kesedihan dapat memicu eksistensial karena orang yang bersedih tidak dapat melihat alasan untuk terus hidup.

 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab utama orang bunuh diri adalah depresi. Depresi berhubungan dengan lingkungan sosial termasuk jejaring sosial. Keluarga atau orang terdekatlah yang lebih dapat meredam depresi. 

Dua faktor pemicu bunuh diri
  1. Faktor predisposisi, yang menjadi sebab.
  2.  Faktor trigger, pemicu, yang menyebabkan keinginan bunuh diri. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh sesuatu peristiwa tertentu.

Alangkah baiknya bila ada tanda-tanda seseorang akan melakukan bunuh diri, segera beri dia perhatian yang tulus. Pada dasarnya mereka hanya ingin didengarkan keluhan-keluhannya dan mendapatkan perhatian. Hal itu dapat membuat orang yang ingin melakukan bunuh diri merasa diri diterima lingkungannya dengan baik.

0 comments: