Tuesday, January 21, 2014

Memilih Pemimpin Sejati


Pemilu 2014 kian menjelang, maka Tema Natal 2013 bagi umat Katholik se-Indonesia adalah "Datanglah, ya Raja Damai" dengan sub tema "Bersama-sama mewujudkan damai yang berkeadilan dalam konteks kemajemukan, pemulihan lingkungan hidup dan demokrasi". Umat diajak untuk merenungkan pesan Nabi Yesaya yang terdapat dalam Yes 11:1-10 mengenai Pemimpin Sejati.

Pengalaman menunjukkan bahwa kita sebagai yang hidup dalam kebersamaan membutuhkan adanya pemimpin sejati, yang kita harapkan mampu mempersatukan kita dan mengantar kita kepada kehidupan bersama yang semakin bersaudara dalam suasana damai. Dalam kerinduan akan munculnya si pemimpin sejati itu maka akan muncul pula gambaran tentang figur sipemimpin tersebut. Nabi Yesaya, yang tampil 8 abad sebelum Yesus, mengajak kita merenungkan figur Pemimpin Sejati (Yes 11:1-10).

Perikop Yes 11:1-10 merupakan permenungan Yesaya tentang seorangpemimpin yang muncul sebagai tunas yang punya ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Dikuasai Roh Allah yang meliputi : (a) Roh hikmat dan pengertian; (b) Roh nasehat dan keperkasaan; (c) Roh pengenalan dan takut akan Allah;
  2. Mewujudkan keadilan dan kebenaran;
  3. Menciptakan suasana damai;
  4. Berjiwa universal.
Kerinduan Yesaya akan datangnyapemimpin nampak pada Yes11:1 yang menyatakan :"Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai". Pada ayat selanjutnya Yesaya memberikan 4 ciri pokok seperti tersebut di atas. Berikut ini permenungan dari ke-4 ciri pokok Pemimpin Sejati, yakni : 


Dikuasai Roh Allah. 

Gagasan ini termuat pada ayat 2 :"Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasehat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan". Pada ciri pertama ini Yesaya masih memerinci menjadi 3 pasangan ciri, yakni
  • Roh Hikmat dan Pengertian. Cini ini menyangkut soal kebijaksanaan (hikmat) dan kelakuan moral (pengertian) si pemimpin. Dia adalah orang bijaksana yang nampak dalam kelakuan moralnya;
  • Roh Nasehat dan Keperkasaan. Ciri ini menyangkut soal kemampuan memimpin (memberi nasehat) dan daya juang yang tangguh (keperkasaan). Pemimpinsejati adalah orang yang bisa memimpin (mempersatukan kelompoknya) dan punya daya juang yang tangguh;
  • Roh Pengenalan dan Takut akan Tuhan. Ciri ini menyangkut kualitas religiusitas si pemimpin. Seorang pemimpin sejati adalah orang yang punya relasi kuat dengan Tuhan yang diimaninya.

 Mewujudkan keadilan dan kebenaran. 

Gagasan ini termuat dalam ayat 3-5. Dalam posisi sebagai pemimpin, si pemimpin tentu saja tidak lepas dari tindakan menghakimi dan membuat keputusan. Prinsip manakah yang seharusnya dipakai? Yesaya memberikan nasehat sebagai berikut: 
  • Mengenai menghakimi Yesaya menyatakan: "Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja .... tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan" Dengan demikian prinsippenghakiman yang seharusnya dipakai adalah prinsip keadlian. Keadlian berarti memperlakukan orang dengan tepat;
  • Mengenai membuat keputusan Yesaya berkata:" ....atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang ...... (tetapi) ..... akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang tertindas di negeri dengan kejujuran". Jadi dalam rangka mengambil keputusan, prinsip yang perlu dipakai adalah kejujuran. Kejujuran adalah sikap atau keberanian mengungkapkan apa adanya.
  • Selain berprinsip adil dan jujur si pemimpin sejati hendaknya merupakan orang yang cinta akan kebenaran. Kebenaran dalam ayat 5 disejajarkan dengan kesetiaan ("Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang"). Kebenaran dan kesetiaan menyangkut otentisitassi pemimpin. Pemimpin sejati bukanlah orang yang bersikap 'esuk dhele sore tempe" (pendapat dan sikapnya berubah-ubah). Pandangan atau sikap si pemimpin sejati hendaknya ada kesinambungannya. Itulah otentisitas pemimpin. Keadilan dan kejujuran, kebenaran dan kesetiaan merupakan suatu nilai yang sekarang ini di zaman kita terutama Bangsa Indonesia sulit dirasakan. Beranikah kita mewujudkannya? 

Menciptakan Suasana Damai
  • Gagasan menciptakan suasana damai atau suasana baru (creation nova/penciptaan baru) termuat pada ayat 6-9. Penciptaan baru itu tampak dalam terwujudnya suasana damai. Kedamaian yang dimaksud adalah terjadinya hubungan serasi antara yang keras dan yang lembut. Hal itu digambarkan dengan amat bagus misalnya pada ayat 6 :"Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama dan seorang anak kecil akan menggiringnya".
  • Menciptakan suasana damai itulah tantangan bagi kita semua untuk mewujudkannya.Terlebih bagi kita Bangsa Indonesia yang terancam oleh perpecahan di berbagai tempat. Terketukkah hati kita untuk mewujudkan kedamaian di dunia ini mulai dari dalam keluarga kita masing-masing?

Berjiwa Universal

Gagasan bahwa seorang pemimpin hendaknya punya jiwa universal tampak pada ayat 10 yang menyatakan :" ..... pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa, dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia". Pemimpin sejati adalah orang yang dapat diterima oleh banyak orang.

Sekarang sudahkah kita menentukan pilihan dalam PEMILU 2014 mendatang? Kiranya pesan-pesan di atas dapat kita jadikan acuan dalam rangka Memilih Pemimpin Sejati.

Catatan:
Perikop, menurut Wikipedia Indonesia berarti  tulisan yang terdiri dari beberapa ayat yang dirangkai menjadi satu pokok pikiran yang utuh, yang cocok untuk dibacakan di hadapan banyak orang.



0 comments: