Friday, January 24, 2014

Fenomena Jokowi


Jokowi adalah seorang pemimpin yang fenomenal. Gayanya sederhana, bahkan terkesan sebagai wong ndeso. Kehidupannya pun sederhana tapi pemikirannya dalam menguraikan dan mengatasi permasalahan yang terjadi di wilayah yang dipimpinnya sungguh cerdas. Terobosan-terobosan yang dilakukannya sering tak terpikirkan sama sekali oleh para pendahulunya. Surakarta adalah bukti nyata hasil pemikiran dan kerja nyatanya.

Sekarang DKI Jakarta adalah wilayah yang mesti dikuasai serta dipecahkan segala permasalahan yang terjadi di kota besar tersebut. Surakarta sebagai kota besar menengah sudah berhasil ditaklukkan, Jakarta adalah tantangan baru bagi Jokowi, tetapi saya yakin Jokowi mampu mengatasi segala permasalahan di Jakarta.

Sangat disayangkan bila ada masyarakat dan terutama pejabat yang menganggap enteng Jokowi atau mengkritik tajam hasil kerjanya. Bukankah kalian lihat sendiri Jokowi bekerja siang dan malam, bahkan dini hari sekali pun? 
Permasalahan banjir dan macet adalah dua hal yang memusingkan Jokowi. Masyarakat yang selalu mendesak agar kedua masalah tersebut segera diatasi, tentu membuat pusing Jokowi. Para pejabat yang menyangsikan dan atau yang menganggap Jokowi tak bekerja maksimal, tidak membuat Jokowi patah arang. Pekerjaan di Jakarta masih sangat banyak. Jakarta perlu Jokowi.

Kemarin-kemarin heboh tentang pencalonan dirinya dalam Pilpres 2014. Survey menunjukkan bahwa Jokowi unggul di mana-mana. Jokowi menanggapi hasil survey tersebut dengan santai saja. Dia lebih mementingkan dan memikirkan kondisi Jakarta yang menjadi tanggungjawab besarnya.

Namun belakangan terdengar bahwa "ibunya" akan mencalonkan diri lagi dalam Pilpres 2014. Bila demikian, biar saja "ibunya" yang mencalonkan diri, sementara untuk Jokowi maju di Pilpres yang akan datang saja. Otak dan tangan Jokowi masih sangat dibutuhkan warga DKI Jakarta. Pembenahan di sana-sini diperlukan guna mencapai keadaan DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia yang representatif, tidak seperti sekarang ini. 

Jakarta masih butuh Jokowi, demikian juga sebenarnya Surakarta pun masih butuh Jokowi. 
Sepeninggal Jokowi kegiatan administrasi di kelurahan maupun kecamatan amburadul. Aku berani mengatakan hal ini, karena aku merasakannya sendiri.
Ketika aku mengurus surat-surat di Kelurahan Gajahan, pelayanan yang diberikan memang ramah, namun aku merasa dipontang panting ke sana ke mari. Aku harus bolak-balik ke RT dan ke RW. Seharusnya mereka lebih tahu tentang tata cara pengurusan surat-surat, jadi kelengkapan syarat mesti dipahami betul. Cap kelurahan pun hanya ada satu. Katanya ada dua, tapi yang satu ketlingsut. Ini bukti keteledoran para pegawainya. Hal yang sama terjadi di Kecamatan Pasar Kliwon, cap lupa dibubuhkan. Aku memang kurang teliti soal ini, karena aku diburu waktu. Dan, bolak-balik antara Kantor Balai Kota - Kelurahan Gajahan - Kecamatan Pasar Kliwon cukup membuatku capek dan marah. Memang segala pengurusan surat-surat gratis, tapi layanannya tidak memuaskan. 

Di Kantor Balai Kota, ada juga seorang ibu yang mengeluhkan layanan di Kecamatan Laweyan. Ada pegawai yang tidak menggubris ketika ditanya, dan ibu tersebut sampai menggebrak meja. Ibu tersebut harus menulis sendiri data-data padahal dia tidak membawa kacamata sehingga kurang jelas penglihatannya. Sudah begitu, tak ada panduan dari pegawai kecamatan.

Demikian adalah sebagian dari hal-hal mengecewakan yang menimpa kami dalam pelayanan pengurusan surat-surat baik di kelurahan maupun di kecamatan di wilayah Surakarta. Apakah dulu seperti ini? Kukira tidak, Jokowi sering memantau langsung ke bawah.

Fenomena Jokowi memang tak habisnya untuk dibicarakan. Banyak sisi lain dari Jokowi yang luput dari pandangan. Selamat bekerja buat Jokowi terutama menuntaskan semua permasalahan di DKI Jakarta.

0 comments: