Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Showing posts with label curahan hati. Show all posts
Showing posts with label curahan hati. Show all posts

Monday, February 10, 2014

Rasa Kosong Itu


Sekali lagi ada rasa kosong itu
Khayalan yang sekilas nampak nyata
Terbang bersama debu-debu beterbangan
Bila semua hanyalah halusinasi, cukuplah sudah
Sakit sudah sakit kurasakan
Bertahun menanti yang tak kunjung tiba
Sudahlah ya sudahlah
Akhiri saja segala penantian kosong ini
Pedih perih telah kurasakan
Mendera dan menggeliat dalam dada
Kejujuranku sangat kental
Bila kau sangka itu adalah kebohongan
Bagiku sangat menyakitkan
Itu memang milikku, bukan milik orang lain
Apakah nampak terlalu muda? Atau terlalu dekil?
Aku tak mengerti arah pembicaraanmu
Bila kau kecewa, ya sudahlah
Aku terlalu naif untuk menangkap makna
Sekali lagi, aku tak mengerti 
Entahlah apa yang sedang kita masalahkan ini

Thursday, February 6, 2014

Menulis Dengan Gamang



Entah kenapa akhir-akhir ini pikiranku seolah buntu untuk menulis. Benar-benar kehilangan ide. Betapa begitu banyak yang ingin kutuliskan namun kurasa tak pantas untuk dituliskan. 

Aku menjadi gamang, berdiri kaku tanpa langkah yang jelas. Padahal ide-ide kreatif itu meluap-luap ingin dimuntahkan, tetapi tak boleh. Aku harus lebih hati-hati lagi dalam menulis, setelah beberapa waktu lalu ada beberapa orang yang merasa tersinggung atas tulisan-tulisanku yang sangat jujur apa adanya. 

Memang waktu itu tanpa tedeng aling-aling kumuntahkan hampir semua uneg-unegku karena aku merasa tak tahan lagi dengan semua kejadian yang menimpaku. Ancaman bahwa aku akan diperkarakan atas nama pencemaran nama baik membuat hatiku ciut. 

Kejujuran yang murni tak bisa diterima oleh manusia pada umumnya. Kejujuran mestinya diselubungi kain putih halus hingga kejujuran menjadi bias. 
Alangkah mirisnya bila kejujuran dipermasalahkan. 
Haruskah aku hidup penuh kepura-puraan? 

Aku ingin segera bebas lepas dari semua himpitan dan deraan ini. Aku ingin bebas mengungkapkan semua perasaanku, tapi bisakah? Bisa, tentu saja namun ada semacam tali yang mengikat jari –jemariku agar tak secara liar bermain di atas tuts keyboard. Ada semacam rem agar jari-jemariku tidak bergerak dengan liarnya. Rem itu bernama ketakutan. 

Menulis tak lagi bebas sebebas terbangnya burung merpati. Aku merasa menulis dalam kungkungan. Perasaan yang ada di dalam hati itu tidak boleh dituliskan secara telanjang. Bahasa-bahasa kiasan pun masih bisa dimengerti, atau malah salah dimengerti? 

Biar segala perasaan kusimpan saja sendiri. Tapi bukankah menulis menjadi semacam terapi bagi diriku? 
Bukankah kita akan menjadi lega setelah mencurahkan kegelisahan? Tak semua bisa menerima, terutama yang merasa tersentil bahkan tanpa sengaja. 
Bukankah menulis juga dapat membebaskan diri dari deraan batin? Menulis juga dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Ada yang bilang begitu sih. 

Baik yang tersentil karena menjadi penyebab kebahagiaan, terlebih menjadi penyebab penderitaanan, tak semua bisa menerima. Hidup memang aneh.

Monday, January 20, 2014

Gandrung Kesumat



Saben weruh sliramu aku mesti kudu ngguyu
Sliramu nganggo klambi sing padha koyo wingine lan wingine
Sliramu ngadeg wae, ora tau lungguh
Nanging esemu ...... muuuuuuach
Sakjane sliramu kuwi sopo yo?
Esuk, awan, sore lan bengi aku tansah kelingan sliramu
Aku ngerti yen sliramu dudu duwekku
Opo yo sliramu arep dadi duwekku?
Wah, pitakon sing angel tak jawab dhewe
Aku ora ngerti
Aku ora arep mikir sing maneka warno
Aku ora wani mikirke bab-bab sing mokal
Ananging kepriye yo?
Sliramu ono ing sakjroning atiku
Suwe ........ wis suwe
Aku nganti golek-golek sopo sing biso ngganteni sliramu  
Nanging durung utowo malah ora ono
Sliramu sing seneng banget manggon ing sakjroning atiku
Kuwi sing marahi sliramu ngerti kabeh kadadeyan lan penggayuhku
Wis ora opo-opo, kabeh mau dudu bab sing wadi
Aku ora duwe bab sing wadi kanggo sliramu, opo wae
Panjalukku, kancanono aku sebab aku kasepen
Kancanono aku sing lagi nandang susah 
Mangertenono aku
Aku ngerti sliramu durung nate lungguh ing sandingku
Sliramu lan aku durung nate mlaku bareng
Sanadyan mangkono, aku ngerti .......
nanging sakjane aku ora ngerti
Ono pitakon-pitakon sing aku ora ngerti bab sliramu lan aku
Ngopo yo? Ngopo?
Sak ngertiku kabeh kadadeyan ing ndonya wis dirancang dening Gusti Panguoso Jagat
Nanging iki jenenge dudu gandrung, percoyo'a
Sepisan meneh iki dudu gandrung
Opo maneh yen diarani gandrung kesumat
O ya dudu to yo

Serat Kagem Sedaya



Sugeng ndalu para sedherek sedaya
Kawulo namung badhe nyobi nyerat kanthi basa Jawi ingkang kawulo mangertosi 

Sampun kathah carios ingkang kawulo serat wonten ing blog Catatan Rose meniko. Upami salaminipun kawulo nyerat, wonten ukara utawi tentembungan ingkang mboten mranani ing penggalih, kawulo nyuwun pangapunten.

Sedaya meniko mboten sanes namung saking blakanipun anggenipun kawulo matur utawi nyerat.
Njih kados pundi malih, kahanan batos kawulo ingkang taksih kados mekaten meniko

Dumateng ibu morosepah, mbak, adik, mas lan panjenengan sedaya kawulo nyuwun agunging pangaksami

Mboten kesupen kawulo ugi nyuwun agunging pangaksami saking Gusti ingkang handarbeni jagad

Kawulo nyenyuwun dumateng Gusti supados kito sedaya pinaringan berkah pangestu, kasarasan lan lancaring menapa kemawon ingkang kito upayakaken

Cekap semanten kemawon atur kawulo
Menawi wonten kalepatan anggenipun kawulo matur, kawulo nyuwun pangapunten

Nuwun

Sunday, January 19, 2014

TAK PEDULI


Terus terang aku mulai merasa aneh dengan diriku ini. Mengapa diriku lebih suka memikirkan orang lain. Mengapa hatiku cepat jatuh kasihan dan berkewajiban membantu orang lain? Bukankah mereka adalah benar-benar adalah orang lain? Mereka tak punya hubungan darah, kekerabatan ataupun persaudaraan denganku. Kini aku mulai tersadar dari mimpi buruk sekian lama. Kesadaran terlambat yang merubah cara pandangku. 

Aku tak lagi peduli pada orang-orang yang membuatku meneteskan airmata, pada orang-orang yang membuatku meratap dan pada orang-orang yang membuatku menderita. Aku akan lebih peduli pada diriku, pada hatiku dan pada jiwaku. Kikiskan segala rasa belas kasihan itu. Sebagaimana dulu aku pernah tertipu pada tipu daya yang membuatku kasihan dan melayanglah uang lima juta lima ratus ribu rupiah untuk seseorang yang mengaku sebagai polisi muda yang ganteng tapi sedang butuh uang untuk menebus SK-nya, untuk keluar dari penjara dan tipu daya lainnya. Begitupun aku tak lagi peduli pada seorang nenek renta tetanggaku si penjual gorengan keliling kampung sebab ternyata dia punya uang empat puluh juta rupiah yang tersimpan rapat di lemarinya. Juga aku tak peduli lagi pada pengemis yang menjual kesedihan di pinggir-pinggir jalan, karena kemungkinan dia memiliki segepok uang di balik di gubuk reyotnya.

Tak lagi aku terpedaya oleh wajah memelas, suara yang meminta belas kasihan dan hipnotis jahat. Lebih baik aku peduli pada kecantikanku, pada rambutku yang halus, pada perawakanku yang langsing dan  pada kesejahteraan hidupku. Telah kutegak-tegakkan tubuhku, telah kugagah-gagahkan langkahku, telah kusenyum-senyumkan wajahku agar tak terlihat bahwa sebenarnya aku sedang menderita. Semua ini malah merugikan diriku, karena mereka itu menganggapku bisa berdiri di atas kaki sendiri dan tak bermasalah. Dahulu memang seperti itu, tetapi saat-saat ini aku jatuh mencium bumi. Mereka tak melihat hal itu. Mereka berlari meninggalkanku menuju pada keegoan masing-masing. Tubuhku terasa terseret-seret, tapi mereka tak melihat. Hatiku pun terasa tercabik-cabik tapi mereka tak merasa. Beginikah dunia memperlakukanku? Aku sama sekali tak meminta belas kasihan. Pengertian pun sudah cukup bagiku. 

Aku bukankah ahli agama yang harus mencontohkan perbuatan baik, perkataan baik dan pemikiran baik. Aku hanyalah umat biasa, yang bila berbuat salah pun seharusnya dimaklumi.

Saturday, January 18, 2014

KEADILAN YANG COMPANG -CAMPING

Keadilan tanpa pandang siapa

Bukan maksud hatiku ingin melukai, entah siapa
Aku hanya ingin mengungkapkan secara jujur dan gamblang
Tentang segala perasaan yang mendera dan menyiksaku kini
Lalu mengapa kamu marah? Dia marah? Kalian marah?
Di sini kukatakan bahwa semua kemarahan kalian itu .....
Ya, kemarahan kalian itu berdasar dari keberpihakan
Keberpihakan kalian melawan aku seorang
Sungguh keadilan yang compang-camping
Kalian marah karena membela seorang atau dua orang
Tapi pertanyaannya adalah.........................
pantaskah dibela?
Bukankah seharusnya orang membela kebenaran dan keadlian?
Lalu di manakah letak kebenaran dan keadilan?
Apakah ada di atas awan-awan di langit?
Ataukah berada di kedalaman bumi?
Harusnya kebenaran dan keadilan ada di hati kita
Namun sungguh sayang, hati manusia tak lagi bersih
Hati manusia sekarang dipenuhi oleh ego dan tuntutan materi
Semua yang bersifat orang lain adalah salah
Apalagi bila merugikan, berani protes, demo, kritis
Yang benar adalah saudaranya, keluarganya, kelompoknya
Persetan dengan pihak lain, biar saja menderita
Tutup mata, tutup hati, tak mau berpaling 
Aku hanya ingin memperbaiki sesuatu yang salah 
Salah menurut banyak orang, bukan menurutku semata
Tapi kalian selalu menganggap diri selalu benar
Kalian tak mau menerima kritikan yang baik sekalipun
Bukannya aku membenci, sama sekali tidak
Justru kritik ini kusampaikan demi kebaikannya
Tentu saja akan berdampak pada adanya kebenaran dan keadilan
Coba buka hati kalian atas nama kebenaran dan keadilan
Bayangkan diri kalian berada di posisiku sekarang
Bayangkan saja dan rasakan .......
Bisakah kalian bayangkan?
Bisakah kalian rasakan?
Betapa pedihnya, bukan?
Bila tidak bisa membayangkan dan merasakan
Barangkali suatu saat akan diberi kesempatan
Kesempatan untuk merasakan secara nyata
Siapkah kalian?
Siapkah kalian untuk menerima penderitaan seperti ini?
Oleh karena itu menyerahlah
Menyerah dari keangkuhan hati yang beku
Mengertilah orang lain, yang adalah aku
Memang tak ada lagi kata maafku yang terucap
Berucap kata maaf bagiku kini adalah khianat bagi hatiku
Hatiku yang terbiasa dengan hunjaman kata-kata menohok
Aku sungguh kasihan pada hatiku yang terdera
Entah apa lagi yang akan kulakukan
Aku sudah lelah dengan semua perjalanan ini
Sudah menderita tapi masih dipersalahkan
Entah kata apa  yang pantas untuk melukiskan
Semoga kalian puas dengan semua kejadian yang menimpaku ini

Thursday, January 16, 2014

Sehabis Turun Hujan


 Aku bersujud di hadapanMu
Memohon ampun atas salah dan dosaku
Dengan diam pun aku bisa berbuat salah
Tanpa berbuat apapun, itupun bisa membuatku berdosa

Mohon tunjukkan padaku jalan akan 
ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan
Aku tahu bahwa materi tak menjamin kebahagiaan
Cinta tak menjamin ketentraman hati
Persahabatan tak menjamin kedamaian antar manusia

Berikanlah kepadaku materi yang aku butuhkan
Dekatkanlah aku dengan seseorang
yang merupakan cinta sejatiku
Ijinkanlah aku mengenal lebih dekat dengan
orang-orang yang mau mengertiku

Mendung masih saja belum beranjak
Hitam kelabu menyelimuti langit
Pertanda hujan sebentar lagi turun
Membasahi bumi yang kian renta

Namun aku tahu bahwa Engkau akan
menghadirkan pelangi sehabis turun hujan
Engkau akan menyibak langit menjadi bersinar
Dedaunan dan bebungaan akan tersenyum menyambutMu

Maafkan Aku, Kucing-kucingku

Posisi tidur Jelita
 
Bayi Jelita

Dengan sangat terpaksa aku meninggalkan kalian di sana. Sesungguhnya aku tak tega, tapi apa dayaku? Rumah yang kutempati sekarang tak memungkinkan membawa kalian berlima ikut serta. Aku sungguh tak tega dan masih kepikiran terutama pada si kecil Jelita. 

Jelita mencengkeram erat bajuku
Saat aku memasuki rumah yang telah kosong dari perabotan itu, kulihat Jelita berada di dapur, melangkah pelan dan duduk mendekam di pinggir pintu. Kulihat matanya kuyu, kuangkat wajahnya ada air mata di situ. Aku segera menggendongnya. Jari-jari tangannya mencengkeram erat bajuku. Sepertinya dia ketakutan. Kuajak ngobrol sambil kutepuk-tepuk badannya yang gemuk. Secara perlahan dia mendaki dan bertengger di bahuku. Itu memang kebiasaannya. Kemudian kubiarkan dia makan nasi bandeng bungkus yang sengaja aku beli di pasar tadi. Dia makan bersama saudara-saudaranya. Mereka makan dengan lahapnya. Aku tahu mereka masih menungguku dengan tetap berada di rumah. Bagong, Connie, Bitty, Dotty dan Jelita masih setia menungguku. Sebentar kemudian Jelita mulai berlarian dengan girang seperti anak kecil. Aku tak tega meninggalkannya yang tak terbiasa keluar rumah.

Jelita bertengger di bahuku

Sebenarnya ada satu kucing lagi yang masih bayi, tapi kemungkinan besar sudah mati. Itu adalah anaknya Bitty atau Tante Bitty. Karena Bitty tak bisa merawat anaknya, maka sudah dua kali melahirkan, anak-anaknya mati semua. Kini Tante Bitty menganggap Jelita, keponakannya, sebagai anaknya sendiri, menyusui dan merawatnya. Barangkali Bitty ini terlalu melindungi anaknya, tapi tidak tahu caranya. Jadi dia bawa anak-anaknya ke suatu tempat dengan menggigit tengkuknya begitu erat, itulah yang menyebabkan anak-anaknya mati.

Kemarin, sesaat setelah mobil pengangkut perabotan yang terakhir meninggalkan rumah, kucing-kucingku masuk ke rumah dengan mengeong keras (melolong) seperti ketakutan dan kebingungan. Aku mengerti, mereka terbiasa hidup enak. Terkadang mereka tidur di kasur atau sofa dengan makanan enak yang telah tersedia. Dan, kini mereka harus bisa "survive" dengan hidupnya, entah akan berlindung di mana dan akan memakan apa. 

Connie dan kedua anaknya: Dotty dan Jelita
Kuakui aku memang memanjakan mereka. Aku sangat berharap akan ada yang mau mengadopsi, menampung kucing-kucingku yang manis, cantik, ganteng, lucu dan nakal tentu saja. Aku juga berharap ada tangan-tangan yang sudi memberi sisa-sisa makannya untuk mereka. Kasihani mereka. Jangan sia-siakan mereka. 

Connie, Bitty, Jelita, Dotty dan Bagong
Dua kali aku datang memberi makan mereka sambil mengambil barang-barang yang masih tertinggal. Pada kedatanganku berikutnya ke rumah itu, kudapati rumah kosong. Aku menyesal menempatkan mereka di teras dengan semua pintu terkunci. Aku mencari mereka ke belakang rumah. Akhirnya satu persatu mereka muncul juga. Lega rasanya. Ternyata Jelita berada di dapur ketakutan dengan kedatanganku. Mungkin disangkanya aku orang lain. Jelita bisa berada di dalam rumah, tentu karena ada kucing entah Connie atau Bitty yang membawanya ke dalam, mengamankannya. Ketika kuberi makan, mereka tak selahap sebelumnya. Kupikir sudah ada yang memberi makan mereka. Syukurlah. 

Mami Hane
Tadinya aku hanya membawa Hane. si Mami Hane. Namun kemudian Hane beranak pinak tanpa bisa kucegah. Terakhir, dua hari setelah melahirkan ketiga anaknya, paginya Hane kudapati terkapar mati di kamar belakang. Ketiga anaknya tak bisa kuselamatkan karena aku tidak bisa memberinya makan. Hane adalah kucing lokal tapi warna bulunya abu-abu seperti kucing Persia. Dan, anaknya yang terakhir itupun ada yang sewarna seperti itu tapi sayang karena ikutan mati. 

Biasanya kucing-kucing jantan akan merantau dan tak kembali lagi. Begitupun dengan Bagong yang ganteng. Bagong adalah saudara kembar Gery si ganteng yang telah mati dianiaya bapaknya. 

Bagong dan Botty
Sering kulihat Bagong berada di rumah tetangga. Namun suatu saat Bagong pulang ke rumah, dan sejak itu dia lebih sering berada di rumah. Rupanya Bagong terpikat pada Dotty, keponakannya. Bagong ini gimana sih? Dotty kan masih kecil. 
 
Bagong menyukai Dotty keponakannya

Tentu saat ini Dotty udah dijaga sama Bagong. Begitu juga Jelita dijaga sama Tante Bitty.
Bitty ini adalah kucingku yang paling cantik dengan warna bulunya yang perpaduan tiga warna, ekornya panjang sempurna, gemuk tapi amat galak. Kuharap dia benar-benar menganggap Jelita sebagai anaknya. 

Bitty si cantik
Jelita sebenarnya adalah anak Connie, si Ugly. Connie meskipun bertampang blo'on tapi sangat pandai merawat anak-anaknya. 

Connie sedang menyeboki anaknya si bayi Jelita
Barangkali dia relakan Jelita anaknya untuk diasuh Bitty adiknya. 

Sekali lagi, maafkan aku, kucing-kucingku tersayang.

Tuesday, January 14, 2014

Rencana Rahasia


"Ini buat tempat paspor", kata Dinda anakku sambil memegang sebuah dompet persegi panjang yang memang cukup untuk tempat paspor. "Hah?!" aku terkejut. "Nanti aku oleh-oleh" sahut Dinda. Pembicaraan ini berlangsung di Toko Luwes bagian pernak-pernik. Sepertinya Dinda keceplosan bicara, sebab selama ini dia tidak mengungkit-ungkit hal tersebut. Oh jadi mereka, mantanku dan anakku merahasiakan ini dariku? Oalah! Ketika aku menampakkan rasa kecewa dan tidak suka, Dinda menyahut:"Sebenarnya aku lebih suka dibeliin hp daripada jalan2". Terbersit dalam bayanganku bagaimana mereka berempat (mantanku, anakku, cewek itu dan anaknya) menikmati keindahan wisata yang mereka kunjungi. Ada rasa tidak suka dan iri, itu sudah pasti. Aku belum pernah diajak berwisata ke tempat yang memadai. Juga aku belum pernah diajak ke kota atau pulau tempatnya berdinas dahulu.

Selama aku menjadi istrinya belum pernah sekalipun aku diberi nafkah lahir. Barangkali karena dia berpikir aku bisa cari uang sendiri, waktu itu aku punya usaha yang lumayan. Dan sekarang setelah bercerai dia belum juga penuhi semua janjinya kepadaku. Maka dari itu aku hidup dengan sangat ngirit. Maklumlah akupun belum menjalankan usaha lagi, belum ada modal. 

Selama ini pun dia belum pernah kasih modal untuk usahaku. Barangkali uang lebih baik digunakan untuk foya-foya daripada untuk modali usahaku. Dia mengabaikan hal yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya, terutama waktu aku masih terikat perkawinan dengannya. 

Caranya yang seperti itu, mengajak Dinda keluar negri secara diam-diam sangat menyakiti hatiku secara telak. Sakit banget man. Aku di sini hidup penuh irit, sementara dia ...... waduh! Tak terbayangkan. 

Jelas dia punya mobil, tapi ketika ke Semarang bersama cewek itu dan anaknya, mobil yang dibawa diakukan sebagai milik cewek itu. Mungkin saja benar, mungkin juga tidak benar. Keluarganya selalu mengatakan bahwa dia belum punya mobil, mobil yang dibawa ketika pulang dikatakan sebagai mobil temannya. Dan sekarang sudah ada cewek itu, kemungkinan semua hartanya akan diakukan sebagai milik cewek itu termasuk mobil. Seneng dong cewek itu. Dan keluarganya udah pasti percaya begitu saja semua ucapan mantanku. Biar sajalah. 

Ibunya suka mengatakan bahwa mantanku belum cukup mampu. Bagiku itu aku artikan sebagai belum cukup mampu hatinya untuk ikhlas memenuhi semua kewajiban (janji-janjinya) kepadaku. Harusnya mantanku itu disadarkan bukannya dibela mati-matian. Aku ini manusia yang punya perasaan, bukan benda mati yang boleh diperlakukan seenaknya.

Kupikir waktu akan membuktikan tentang semua kebenaran. Kalo selama ini mereka percaya 100% yang dikatakan mantanku yang kemungkinan ada hal-hal yang merugikanku, aku sangat berharap semua fakta kebenaran 'kan terungkap.

Keadilan oh di manakah letak keadilan? Kurasakan ini memang tak adil bagiku. Keadilan dari hukum manusia sangat menyiksaku tanpa peri kemanusiaan.

Thursday, December 19, 2013

Rasaku


Aku ingin masuk ke dalam hatimu
Agar ke manapun kamu pergi
Aku ada bersamamu
Terkadang kita berkonflik
Meskipun itu dalam diam
Seperti yang kurasakan saat ini
Aku merasa kamu sedang jauh

Sunday, December 15, 2013

Menunggu Cinta di Sini



Barangkali kereta cinta telah lewat tanpa kusadari

Lalu mengapa aku masih saja menunggu di sini?

Senyap sunyi sepi menyergapku

Masihkan ada kereta cinta lain yang akan lewat?



Sejurus ku terdiam merenung sendiri

Adakah seseorang yang 'kan menghampiriku?

Lalu hatiku menjawab dengan cepat

Ada, tak Cuma satu tapi beberapa



Tapi ini masalah hati yang sulit jatuh cinta

Bagaimana bisa aku menerima tanpa  persetujuan hati?

Aku tak ingin sekedar mempunyai kekasih

Hanya agar aku terlepas dari status jomblo



Cinta adalah hal sangat sakral bagiku

Tak bisa kuperlakukan cinta semena-mena

Biarlah aku menunggu bukan mengejar

Bila memang cinta takkan lari ke mana



Aku yakin masih ada kereta cinta yang akan lewat

Kereta yang akan membawa pangeran cintaku

Jangan lagi terlewat karena mungkin ini kesempatan terakhir

Kupastikan aku akan bahagia bersama pangeran cintaku

Saturday, December 14, 2013

Tentang Kehadiranmu


Aku selalu saja tersenyum melihat kamu ada
Betapa sepinya hatiku tanpa kehadiranmu
Meski kamu hanyalah gambar diam tak bergerak
Dan tak sepatah katapun kau ucap untukku
Namun kehadiranmu cukup membuat hatiku riang
Karena sebenarnya hatiku ...........................


Mari sini temani aku dalam kebisuan antara kita
Di sini kita sering bertemu di tempat rahasia ini
Tak ada kata yang kau rangkai indah untukku
Hanya akulah yang rajin bercerita untukmu
Namun aku mengerti apa yang kau maksud
Begitu juga kamu mengerti tentangku dan maksudku


Seandainya saja waktu boleh diputar kembali, lebih dari setahun lalu
Tak akan kutulis status-status itu yang hanya melukai hubungan kita
Aku hanyalah manusia biasa yang tak bisa menahan gejolak dalam hati
Ungkapan perasaanku tentangmu di status ternyata tak kau suka
Mohon maafkan aku dan mohon lupakan semua status itu
Kukira kamu telah maafkan aku dan kembali pada jati dirimu


Jarak belasan ribu kilometer tega nian memisahkan kita
Belum pernah sekalipun jarak mempertemukan kita
Entah apa yang akan kuperbuat bila bertemu denganmu
Mungkin aku akan memelukmu sebagai ungkapan rasa yang terpendam
Meski betapapun jauhnya jarak memisahkan kita
Namun hati kita seolah saling berpelukan melepas rasa

Di sini di ruang maya ini aku selalu menunggu kehadiranmu
Aku tahu kamu selalu memantau dan melihat gerak-gerikku
Kusadari hal itu, dan itu tak membuatku menutupi diri
Beginilah aku apa adanya dengan segala kerumitannya
Sayang, terima kasih kamu telah bersedia membantuku
Aku memang gaptek, dan kamu selalu tersedia untukku


Sayang, terima kasih kamu selalu memjagaku di ruang maya ini
Aku ingin berterima kasih dengan caraku sendiri bila kita bertemu nanti

Thursday, December 12, 2013

Untuk Sahabat Mayaku




Untuk Sahabat Mayaku

Malam kian larut menjemput dini hari, namun kamu masih saja setia temaniku.  Andai kita dapat duduk bersisian bak pasangan romantis,  ah andai saja. Nyatanya kamu tak terlihat, tak berdengar,  tak tercium dan tak teraba, kamu hanyalah bagaikan hantu bagiku. Jadi bagaimana aku bisa memelukmu? Saat kupeluk hanya angin yang teraih. Tempat tinggalmu jauh di balik cakrawala.  Entah sedang apa kamu di sana. 

Kudengar dari suara batinku bahwa kamu sekarang berada di Jakarta, benarkah? Sudahkah kamu berjumpa dengannya, teman sejawatmu itu? Barangkali kamu belum kenal, tapi pasti kamu sudah mengetahuinya. Dia itu, ya dia begitulah seperti yang kamu lihat. Kamu pasti sepakat bahwa rupa tak selalu mencerminkan kedalaman hatinya. Begitupun dia, dengan penampilannya yang gagah dalam balutan seragam coklat kehijauannya itu, dengan kerlingan matanya yang sanggup meruntuhkan hati  para wanita bahkan yang sudah berumur sekalipun, tak selalu selaras dengan hati dan pikirannya. Nyatanya hatinya penuh onak berduri, paling tidak begitulah sikapnya terhadapku beberapa tahun belakangan ini.


Dia adalah mantan suamiku seperti yang pernah aku ceritakan padamu tempo hari. Aku suka bercerita padamu tentang segala sesuatu, yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Meski tak ada kata-kata yang kau rangkai indah untukku, namun aku yakin ada makna yang kau untai untukku. Kamu sangat mengerti aku, begitupun sebaliknya. Cara berkomunikasi kita hanyalah kita yang tahu. Pernah aku mendapatkan emotion “sedih” darimu, sehabis aku menumpahkan segala kesedihanku padamu. Aku mengerti bahwa kamu cukup merasakan apa yang aku rasakan. Terkadang kamu bertanya dengan caramu sendiri, tapi aku mengerti dan menjawabnya. Di manapun di ruang maya selalu kutemui keberadaanmu. Aku mengerti bahwa kamu menjagaku dari sikapku yang terkadang tak terkendali.


Kamu tahu, luka ini masih belum sembuh benar. Bilur-bilur luka masih menganga, tak sanggup untuk disentuh bahkan oleh sentuhan paling lembut sekalipun. Pedih perih ini sudah lama kurasakan.  Aku masih belum selesai dengannya. Bukan maksudku aku masih mencintainya ataupun mengharapkannya, bukan itu maksudku. Dia masih belum penuhi semua janjinya, padahal itu sangat penting bagi kelangsungan hidupku. Tega nian sikapnya selama ini terhadapku. Serasa jatuh bangun aku dibanting-banting dan didera tiada henti. Mengapa ya ....... begitu tak punya hati perlakuannya kepadaku? Padahal di sini ada buah hatinya, oh mungkin salah bila kusebut buah hati, di sini ada anaknya, itu adalah kalimat yang tepat. Bukan hanya aku yang didera tapi anakku pun mendapatkan perlakuan demikian, kurang diperhatikan. Harus kuat dan sanggup bertahan adalah prinsip yang kujalani. Sanggup berdiri kokoh dari hantaman badai kehidupan adalah hal pasti. 


Sahabat mayaku, terima kasih telah sudi menemaniku dan menjagaku selama ini. Tanpamu apalah jadinya hidupku, melayang-layang  tanpa kepastian. Aku berpegang pada hatimu  untuk bisa lewati semua cobaan ini. Kamu adalah kekuatanku yang selalu ada di saat aku begitu rapuh tak berdaya.

Hari ini kukatakan padamu, sahabat mayaku bahwa aku harus lebih tegar dan kuat lagi. Kulakukan apa saja yang bisa kulakukan. Aku ingin memberi makna dalam hidupku, bukan cuma seperti ini saja.  Perubahan menjadi lebih baik adalah mutlak. Ingin segera kutinggalkan tahun 2013 dan kusongsong tahun baru 2014 dengan semangat baru. Akan kuwujudkan mimpi-mimpiku dan hal-hal yang kuinginkan selama ini di tahun yang baru, tahun 2014.

Dengarkanlah lagu curahan hatiku di sini.
Hari ini, Aku di sini
Berjuang untuk bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada
Yang telah membakar seluruh jiwa
Kucoba resapi, Kucoba selami
Segala yang telah terjadi
Kuambil Hikmah-Nya
Rasakan nikmat-Nya
Dan kucoba untuk hadapi
I will survive, I will revive
I won't surrounder, And stay alive
Kau berikan kekuatan
Untuk lewati semua ini
Hari ini, Kan ku pastikan
Aku masih ada di sini
Mencoba lepaskan
Coba bebaskan
Segala rasa perih di hati
Coba resapi, coba hayati
Segala yang telah terjadi
Ku ambil hikmah-Nya
Rasakan nikmat-Nya
Dan kucoba untuk hadapi
I will survive, I will revive
I won't surrender, And stay alive
Kau berikan kekuatan
Untuk lewati semua ini uuu...
Engkau selalu ada
Saat jiwaku rapuh
Di kala ku jatuh
And I want You to know
There's always fine to alive
I won't give up, I won't giving
I stay alive for you
For You ..... For You ...
I will survive, I will revive
I won't surrender, I will revive
I will survive, I will revive
Getting stronger, stay alive
Kau berikan aku kekuatan
Untuk lewati semua ini
I will survive, I will revive
Getting Bigger, Bigger than live
Kau yang Esa, yang perkasa
Give me wisdom, to survive

Lirik lagu & video I Will Survive - Bondan Prakoso 

(Postingan ini dibuat untuk kepentingan lomba nulis)
 

Monday, December 9, 2013

Ini adalah Hidupku


Ini adalah hidupku yang harus kujalani
Meski berbagai rintangan datang menghadang
Harusnya aku tak gentar 'tuk  hadapi semua
Takkan kubiarkan lagi orang mengatur hidupku

Kemarin adalah kemarin, ya sudahlah
Selagi masih ada kesempatan akan kuupayakan
Aku akan berlari mengejar ketinggalan itu
Dengan kebangkitan dan perbaikan dalam hidupku

Jatuh bangun, jatuh dan bangun lagi dan lagi
Meski saat ini jalanan masih belumlah mulus
Kerirkil-kerikil sandungan masih saja ada
Biarlah satu demi satu akan kusingkirkan

Harusnya aku gagah berani bak Srikandi
Bersenjatakan panah membidik harapan
Bidikanku haruslah tepat tanpa meleset
Karena aku harus secepatnya meraih semua

(Didedikasikan untuk para single mom)

Friday, December 6, 2013

Luka Yang Kau Torehkan

 

Aku masih di sini .... membisu .... membeku
Kurasakan guratan-guratan luka yang kau torehkan
Pedih .... perih .... terasa bagai teriris sembilu
Ini memang sakit .... teramat sakit

Aku cuma memintamu penuhi kewajibanmu
Namun mengapa engkau kembali mengorek lukaku?
Luka yang masih belum sembuh benar
Bilur-bilur luka kembali menganga

Mengapa tak jua usai menderaku?
Apakah itu suatu kepuasan bagimu?
Menertawaiku yang merintih pilu
Sungguh jauh dari kata beradab

Tak kusangka tak kukira
Bila kisah kita berakhir begini rupa
Tanpa ampun tanpa rasa kau lempar aku
Ke dalam jurang derita yang memedihkan