Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Showing posts with label budaya solo. Show all posts
Showing posts with label budaya solo. Show all posts

Sunday, April 14, 2013

Mabuk Ciu Dan Wong Solo


      Duduk-duduk mendengarkan musik yang diputar keras-keras sungguh asyik rasanya, bisa menghilangkan stres. Dentaman ketukan gendang yang terdengar keras seolah-olah memukul-mukul hatiku mengenyahkan segala stres di hati. 
Biar saja hanya ada beberapa perempuan dalam hitungan jari yang ikut nonton. Toh menikmati musik bersifat sangat universal. Kenapa sih hanya laki-laki saja yang pantas menikmatinya? Apa karena di situ ada suguhan minuman kerasnya yang tak pantas dilihat sama perempuan? Biar saja kan? Suka-suka.
Nonton pertunjukan dangdut berbaur dengan banyak laki-laki sesekali tercium bau minuman keras dan hembusan asap rokok, tak masalah bagiku.
 
       Saat catatan ini dibuat masih terdengar musik itu yang semakin malam semakin hot saja. Aku yakin penonton perempuan sudah tak ada lagi. Semua didominasi laki-laki. 

       Secara kebetulan acara itu berlangsung tepat di depan rumahku. Ada acara midodareni tadi di tetangga depan rumah. Seperti biasanya sudah menjadi budaya wong Solo, kalau ada hajatan biasanya ada acara "minum-minum" di malam hari. Yang diminum adalah ciu, minuman keras khas Solo.  
 
          Ciu adalah minuman keras khas Solo yang berasal dari Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah. Ciu berbeda dengan arak meskipun mempunyai cara fermentasi yang hampir sama. Ciu berbahan dasar tetes tebu, sedangkan arak berbahan dasar beragam sari buah yang difermentasikan. Industri ciu di Bekonang dan budaya mabuk wong Solo sudah terjadi sejak lama sejak jaman kerajaan.

       Kegiatan pesta miras sudah ada sejak jaman kerajaan, bahkan di Kerajaan Majapahit, minuman keras menjadi bagian dari perjamuan agung keraton.
Dahulu, pada saat keraton mengadakan acara penyambutan tamu kerajaan atau pesta panen raya, maka diadakan pesta dan tarian tradisional seperti tayub. Pada dasarnya tayub tak bisa dilepaskan dari kultur masyarakat petani yang dalam ketidakpastiannya menimbulkan kepercayaan untuk memuja "dewi kesuburan". Hal inilah yang memunculkan "tari kesuburan" yang bernama tayub. Tayub erat hubungannya dengan seks dan miras.

        Ciu produksi Bekonang ini di tahun 1961 - 1964 ada peningkatan kadar alkohol ciu yaitu dari 27% menjadi 37% dengan peralatan yang masih sangat sederhana. Saat ini kadar alkohol pada ciu mencapai 40%. Tak salah bila minuman ini dapat menyebabkan peminumnya mabuk dan "ngomyang" (mengigau).

        Kemunculan ciu Bekonang berkaitan erat dengan berdirinya pabrik gula Tasik Madu di Karang Anyar Solo yang kala itu merupakan aset penting Pura Mangkunegaran Solo. Dari pemrosesan tetes tebu sedemikian rupa terciptalah air memabukkan khas Bekonang yang disebut ciu. 



        Minuman ciu ini dianggap dan disepakati keharamannya karena kandungan alkoholnya yang tidak sedikit.

        Ini adalah resep membuat ciu: cairan berisi campuran gula kelapa dan tape singkong dilarutkan di dalam panci yang dibakar di atas perapian. Panci ditutup, kemudian tutup panci dihubungkan dengan pipa bambu lantas disalurkan melewati air dingin. Di ujung pipa ditempatkan gelas kaca besar berukuran 2-3 liter untuk menampung air hasil sulingannya.

       Pada saat ini ciu mempunyai berbagai rasa tergantung dengan campurannya. Ada beberapa istilah, yaitu: cisprite (ciu + sprite), cicola (ciu + coca cola), ciut (ciu + nutrisari), cias (ciu + wedang asam), ciu tiga dimensi (ciu + bir + kratingdaeng), ciu empat dimensi (ciu + bir + kratingdaeng + sprite) dan kidungan (ciu + air rendaman tanduk kijang). Yang terakhir ini diyakini sebagai obat kuat.

       Harga ciu sangat murah. Dengan bermodal lima ribu saja sudah dapat menikmati "flying on the sky". Meskipun ciu sering dikonotasikan sebagai minuman para preman dan para pekerja kelas rendahan, jika dilihat dari sejarahnya sebenarnya justru berasal dari sebuah budaya menyimpang keraton yang dipengaruhi oleh bujukan para penjajah Belanda.

      Meskipun peredaran ciu sudah dilarang, namun masyarakat tetap mengkonsumsinya secara diam-diam. Saat ini pengendalian miras hanya diatur dalam Keputusan Presiden no. 3 Tahun 1997. Dalam Keppres ini digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: A dengan kandungan alkohol: 0-5%, B dengan kandungan alkohol: 5-20% dan C dengan kandungan alkohol: 20-55%. Sementara UU tentang Miras belum disahkan. 

Tradisi Ruwatan di Solo



            Beberapa hari yang lalu aku mendatangi seorang juru ruwat untuk melakukan ruwatan terhadapku. Kehidupan baik yang seolah tidak berpihak kepadaku juga karena statusku telah berubah akibat perceraian inilah yang mendorongku untuk melakukan ruwatan.
       Aku menempuh perjalanan sekitar setengah jam menuju Jalan Palem Perum Fajar Indah Solo ke rumah Ki Joko, seorang paranormal sepuh yang menyediakan diri untuk meruwat orang-orang yang membutuhkan.
       Prosesi ruwatan yang kulaksanakan dimulai dengan mandi bunga kemudian mengenakan hanya pakaian dalam yang baru (bila tidak membawa sendiri sudah disediakan di sana), ditutup dengan kemben dari kain mori dan kimono berwarna putih.
Aku kemudian tidur terlentang di tempat tidur, Ki Joko menutup tubuhku dengan kain mori lagi, kemudian dilakukan prosesi pemercikan air dan doa-doa, kemudian rambut dan kukuku dipotong sedikit. Potongan-potongan tersebut dikumpulkan dengan pakaian dalam yang tadi kukenakan saat mandi. Semua ini akan aku larung (dibuang ke sungai besar) yang nantinya akan menuju ke laut lepas.
       Setelah ritual ruwatan selesai, aku memakai pakaian yang tadi aku kenakan. Ritual belum selesai akan diadakan Pagelaran Wayang Kulit di Kraton Kasunanan Surakarta. Wayangan dengan lakon Murwakala diadakan setiap malam Selasa Kliwon. Aku tidak perlu datang, cukup diwakili dengan kain mori yang tadi kupakai kembenan. Bersama dengan kain-kain mori yang lain milik orang-orang yang habis diruwat, dikumpulkan di kraton saat digelarnya wayang kulit tersebut yang berlangsung sekitar satu setengah jam.
       Ini adalah ruwatan secara sederhana namun tetap memenuhi syarat yang dilakukan oleh Ki Joko. Ki Joko adalah seorang kerabat Kraton Mangkunegaran Surakarta dengan nama lengkap KRMHT Joko Panji Hamijoyo. (KRMHT : Kanjeng Raden Mas Haryo Tumenggung). Beliau merupakan keturunan ke 13 dari Mangkunegoro I namun bertugas di Kraton Kasunanan Surakarta dengan pangkat Sentono Dalem Riyo Nginggil atau setara dengan Bupati Sepuh. 
Ki Joko juga melayani ruwatan jarak jauh dengan syarat mengirimkan pakaian lama, foto, weton, tanggal lahir, alamat dan beaya uborampe. Setelah ruwatan dilakukan, maka pakaian tersebut akan dikirim kembali ke almat semula untuk kemudian dilarung (dihanyutkan ke sungai).



       Bila ingin melakukan ruwatan lengkap dengan Pagelaran Wayang Kulit secara langsung, maka bisa mengikuti ritual ruwatan massal di Surakarta yang diselenggarakan setiap tanggal 10 Suro tiap tahunnya. Pada tahun ini tanggal 10 Suro jatuh pada tanggal 12 November 2013 dilaksanakan pada malam Selasa Kliwon. Di Surakarta, ruwatan massal pada tanggal tersebut diadakan di dua tempat berbeda, yaitu
1. di RRI Surakarta dengan beaya Rp. 450.000,-, dan 
2. di Museum Radya Pustaka Surakarta dengan beaya 
    Rp. 350.000,-

    Dalang yang melakukan ruwatan di RRI adalah Ki Manteb Sudarsono didampingi beberapa juru ruwat.
Bila melakukan ruwatan massal di kedua tempat tersebut, maka tidak hanya menyediakan pakaian dalam baru tetapi semua pakaian harus baru.

 Bila berminat diruwat oleh Ki Joko, bisa datang langsung ke 
Jl. Palem IIINo. 3 Perum Fajar Indah Solo pada jam buka praktek: pkl. 14.00 s/d 17.00.
Hari Minggu tutup.



Bisa juga menghubungi Hpnya : 
08122973544
Ki Joko juga melayani Ruwatan Suro yang dilaksanakan sejak tanggal 10 Suro s/d 29 Suro di rumah Ki Joko, mulai pukul 12.00 s/d 17.00.
Selain melayani ritual ruwatan jarak jauh, Ki Joko juga melayani ritual ruwatan di luar kota lengkap dengan pagelaran wayang kulit.

  


       Bila tadi aku sudah menerangkan mengenai ritual ruwat, maka sekarang aku akan menerangkan mengenai arti ruwatan bagi masyarakat Jawa.

       Ruwatan adalah salah satu ritual sakral di Jawa yang bertujuan:
1. membersihkan sukerta (aura negatif) yang bisa menghambat        
    perjalanan hidup manusia;
2. menghilangkan sengkolo (aura sial) akibat proses kehidupan  
    manusia yang tersenyawa aura negatif.

       Aura-aura negatif tersebut adalah:
1. bawaan lahir, bisa dilihat dari wetonnya;
2. dibikin orang, misalnya santet, gendam, pelet;
3. sengaja menabrak aura negatif, misalnya pindah rumah di hari 
    yang salah (kurang baik), melakukan ijab kabul di hari yang 
    salah;
4. berasal dari akibat komposisi bersaudara:
    a. ontang-anting : anak tunggal;
    b. kembang sepasang : 2 anak perempuan semua;
    c. sendang kapit pancuran : 3 anak laki-laki diapit 2 anak 
        perempuan;
    d. pancuran kapit sendang : 3 anak perempuan diapit 2 anak
        laki-laki;
    e. pendhawa : 5 anak laki-laki semua;
    f. gondhang kasih : 2 anak beda warna kulit< yang satu putih
       dan yang satunya hitam;
       dan sebagainya.



       Mengenai prosesi ritual ruwatan sudah aku terangkan di atas.

       Ruwatan dilakukan oleh juru ruwat sejati dan dalang ruwat sejati. Adapun syarat-syarat menjadi juru ruwat adalah:
1. paranormal sejati, artinya paranormal keturunan ke 3 dan 
    selanjutnya;
2. dalang sejati, artinya dalang keturunan ke 3 dan selanjutnya, 
    tidak lodhang atau harus dalam keadaan mempunyai istri.

       Manfaat setelah diruwat adalah 
1. orang menapaki kehidupan sesuai dengan tulisan nasib yang 
    diberikan Tuhan;
2. terbebas dari gangguan atau hambatan aura negatif alam;
3. mudah tercapai cita-citanya.

       Bagi orang yang mampu, maka ritual ruwatan bisa dilakukan di tempat tinggalnya atau tempat yang dikehendakinya denga prosesi ritual ruwatan lengkap dengan pagelaran wayang kulit.

       Demikian sedikit pengenalan mengenai salah satu adat di Solo, yaitu ruwatan. Semoga bermanfaat.