Tuesday, June 24, 2014

Menulis Ya Menulis Saja

Menulis Ya Menulis Saja

Menulis ya menulis saja, tetapi ketika aku dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa aku harus menjaga perasaan banyak orang, tidak boleh menulis yang bersifat sara dan saru, tidak boleh curhat berlebihan, dan sebagainya..........itu sangat membatasi imaginasiku dalam menulis. Pada akhirnya aku kehilangan banyak ide yang seharusnya bisa kutuliskan di sini. Semua ini gara-gara aku berusaha mematuhi aturan-aturan baik tertulis dan terutama yang tidak tertulis.

Seandainya saja menulis adalah sesuatu kebebasan pribadi dalam artian dibebaskan menulis apa saja, maka alangkah banyaknya ide yang bisa dituangkan ke dalam bentuk tulisan di sini di blog ini, paling tidak. 

Begitu sulitnya mendapatkan sebuah ide cerita yang ditugaskan kepadaku untuk diterbitkan ramai-ramai bersama teman-temanku yang perempuan. Ketika kudapatkan suatu ide, tapi setelah kupikir panjang ternyata ide itu terasa tak pantas untuk dikedepankan, dalam bentuk cerpen sekalipun. Batasan-batasan itu telah membelengguku. Bagaimana ini? Memang batasan-batasan itu tak tertulis secara implisit, tetapi aku tahu dan merasakan sendiri dampak bila aku menuliskannya.

Ancaman gugatan secara hukum dari mantanku yang tak terima dengan tulisan-tulisanku baik di facebook maupun di blog telah menjadikan pertimbangan bagiku dalam menulis di media apapun, kini.
Walau apa yang aku tulis berupa kebenaran tetapi bisa dikalahkan secara hukum oleh bukti-bukti pencemaran nama baik yang telah kutuliskan. Apa daya bila curhatanku bermasalah? Kini, tak lagi banyak curhatan yang kutulis yang hanya akan menjadikan masalah saja. Hubungan dengan teman bahkan kerabat bisa berantakan karenanya.

Menulis di media sosial itu ternyata penuh syarat. Yang lebih menjadikanku  pusing adalah tentang batasan-batasan tersebut, bukan pada ide dan pengembangan dari ide tersebut.

Benar tidak? Atau hanya aku yang merasakan belenggu ini?
Kehati-hatian itu penting. Di sinilah letak masalahnya. Karena aku menjadi berhati-hati maka banyak ide yang berseliweran di kepala menjadi tak tertuliskan. Rasanya tak pantas saja untuk dituliskan. Banyak yang tak pantas, kukira.

Related Posts:

  • Menulis Dengan Gamang Entah kenapa akhir-akhir ini pikiranku seolah buntu untuk menulis. Benar-benar kehilangan ide. Betapa begitu banyak yang ingin kutuliskan namun kurasa tak pantas untuk dituliskan.  Aku menjadi gamang, berdiri ka… Read More
  • Sehari Tanpa Gadget: Melahap Buku   Sehari tanpa gadget? Aku bayangin dulu ya ..... mau ngapain ya aku? Hmm.... kayaknya aku mau.... baca novel, kumpulan cerpen, buku motivasi atau buku apa aja tapi pasti yang bagus dong. Tapi cuma sehari doang ya, … Read More
  • Menang Lomba Jam tiga dini hari aku terbangun oleh suara sesak nafas yang kelihatannya sangat menyiksa dari rumah sebelah. Seorang kakek yang tinggal sendirian terdengar mengeluh kesakitan. Aku buru-buru mendatanginya. Pintu ternyata … Read More
  • Menulis Ya Menulis Saja Menulis ya menulis saja, tetapi ketika aku dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa aku harus menjaga perasaan banyak orang, tidak boleh menulis yang bersifat sara dan saru, tidak boleh curhat berlebihan, dan sebagainya......… Read More
  • Facebook Anti GalauDulu sekali seorang temanku pernah menasehatiku agar tidak keseringan memposting status yang galau, karena katanya hanya akan ditertawakan orang saja. Beberapa hari yang lalu aku membaca satu status teman yang isinya senada s… Read More

6 comments:

YSalma said...

Menuangkan ide dikepala dalam bentuk tulisan boleh aja, tapi jangan menyinggung orang laian, apalagi SARA dan SARU. Secara apa yang kita tulis, menunjukkan kita saat itu, dan merupakan rekam jejak pikiran kita.

YSalma said...

Menuangkan ide dikepala dalam bentuk tulisan boleh aja, tapi jangan menyinggung orang laian, apalagi SARA dan SARU. Secara apa yang kita tulis, menunjukkan kita saat itu, dan merupakan rekam jejak pikiran kita.

Anonymous said...

Kata pepatah, 'banyak jalan menuju Solo' (mungkin ini maksudnya supaya orang rajin jalan-jalan gitu kali ya?). Jadi kalau perlu, kalau memang menulis untuk kebebasan pribadi, ya tulis saja apa yang ada di kepala. Tapi jangan dipublish. Nanti jika menulis untuk dibaca orang, baru diedit, sebelum dipublish. -- Atau bisa juga dijadikan fiksi, nama (orang/kota dll) diganti. Cerita ditambahkurangi.

Rasanya YSalma benar, kegiatan menulis selain bisa berbuah manfaat, juga bisa sebaliknya (thd orang lain/kita sendiri). Apapun, dunia nyata atau maya, konsumsi pribadi memang beda dengan konsumsi publik. :D

Unknown said...

mak YSalma, setiap waktu memang punya kisahnya sendiri. dan yang aku tulis pada suatu waktu mk itulah yg sdg aku pkrkan pada waktu itu.

Unknown said...

mak YSalma, setiap waktu memang punya kisahnya sendiri. dan yang aku tulis pada suatu waktu mk itulah yg sdg aku pkrkan pada waktu itu.

Unknown said...

bisa juga tuh kalo kisah pribadinya dibuat semacam fiksi gt ditambah dan dikurangi di sana sini. kalo kyk gn gak mgknlah digugat krn gak ada dsr hkmnya.