Friday, June 6, 2014

Lima Puluh Ribu Rupiah


Lima Puluh Ribu Rupiah


Aku memasukkan contoh-contoh dress batik yang telah aku selesaikan semalam. Ada tujuh potong dress batik yang aku buat dengan desainku sendiri. Kalau sebelumnya aku memproduksi beragam sarung bantal dan segala perlengkapan interior berbahan kain jarit batik, sekarang aku beralih ke pakaian batik. Tentunya inovasi diperlukan dalam setiap usaha. 

Kubuka dompetku ada selembar uang lima puluh ribuan yang nangkring sendirian dan hanya diteman beberapa uang recehan. Telah kuputuskan untuk berangkat ke Yogya menawarkannya ke Mirota Batik, hari ini juga. Biarlah aku tak akan mengambil uang lewat ATM, biar kumaksimalkan saja uang yang ada sebaik-baiknya. 

Selasa pagi kupacu mio kesayanganku menuju Kota Yogyakarta, sendirian. Sebelumnya aku mampir ke pom bensin mengisi penuh mioku dengan bensin lima belas ribu rupiah. Dari Solo ke Yogya bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih satu setengah jam. Karena aku merasa sudah tua jadi aku agak santai saja. Dulu, begitu ada motor yang mendahului, langsung aku kejar dan gantian akulah yang mendahului, apalagi kalau yang mendahului itu perempuan, Ada rasa puas begitu bisa gantian mendahului motor-motor yang mendahuluiku. Kini, tidak lagi seperti itu. 

Pukul setengah sebelas aku sampai di Yogya, langsung aku menuju Mirota Batik yang berada di Jalan Malioboro. Aku berada di lantai tiga dengan membawa contoh-contoh dress batik. Setelah mengambil nomor antrian aku duduk di bangku yang telah disediakan. Setelah duduk barulah aku menyadari bahwa tak terlihat Bu Theresia, tetapi sudah berganti dengan seorang pria yang belakangan kuketahui bernama Pak Heru. 

Ketika tiba nomorku yang dipanggil, aku buru-buru ke meja Pak Heru. Kukatakan maksud kedatanganku untuk menunjukkan contoh-contoh dress batik sambil memperlihatkannya padanya. Rupanya Pak Heru setuju untuk menerima titipan barang dariku. Tentu saja dia setuju karena model dress-nya tidak pasaran, bahannya dari kain jarit batik asli dan harganya pun lebih murah. Tujuh puluh potong, dengan masing-masing sepuluh potong permodelnya dipesannya dariku. Sistimnya memang titip jual tapi tak apalah. Aku sangat optimis karena Mirota Batik selalu mbludak pembeli maupun pengunjungnya. 

Perut terasa lapar, maklumlah hari sudah beranjak siang. Aku makan di warung makan yang terletak di trotoar dekat Mirota Batik. Menuku siang ini adalah seporsi nasi soto, tahu bacem, segelas teh hangat dan seplastik krupuk karak. Setelah aku membayar sebelas ribu rupiah, aku melanjutkan perjalanan pulang ke Solo. 

Aku tidak membeli oleh-oleh karena misiku adalah mencukup-cukupkan uang lima puluh ribu rupiah saja. Sebelum pulang aku mampir ke pom bensin untuk mengisi tanki mioku, cukup dengan lima belas ribu saja. 

Meskipun ini Mio keluaran pertama tahun 2004, tetapi masih sangat lincah dan handal, bahkan bisa dibawa keluar kota. Aku pernah diantar dengan mio kesayanganku ini ke Semarang, ke Yogya bahkan ke Magelang lewat jalur Selo Boyolali. Bayangkan jalur Selo ini merupakan lereng Gunung Merapi yang jalannya mendaki menurun dengan belokannya yang tajam-tajam, itu berhasil dilewati mioku. Berarti sudah sepuluh tahun mio warna kuning ini setia mengantar aku. Penginnya sih memensiunkan mioku, tapi apa daya uang untuk membeli mio baru belum ada. Ya tidak apa-apa, toh mioku ini masih sangat layak dikendarai. Berandai-andai bagaimana ya rasanya bila mengendarai dan sekaligus memiliki  Yamaha Mio Fino FI?
Kalau Mio keluaran 2004 saja sangat irit pemakaian bensinnya, tentu Mio Fino FI keluaran terbaru ini lebih irit lagi.

Di jalan aku menghitung berapa uang yang telah aku keluarkan tadi. Setelah kuhitung-hitung masih ada sisa Rp. 7.000,-, dengan perincian membeli bensin 2 x Rp. 15.000,- = Rp 30.000,-; makan Rp. 11.000,-; parkir Rp. 2.000,- kalau ditotal semuanya Rp. 43.000,- Sisa uang Rp. 7.000,- ini aku gunakan untuk mengisi 1 liter bensin lagi dengan bensin eceran di pinggir jalan. 

Aku sampai rumah dengan selamat diantar mio kesayanganku. Misi ke Yogya dengan hanya membawa uang lima puluh ribu rupiah pun aku selesaikan dengan baik. Misi menawarkan produk baru ke Mirota Batik pun berhasil diterima dengan baik. 

Lima Puluh Ribu Rupiah

Kita intip yok serunya jalan-jalan dengan Mio Fino di Jakarta di sini.

1 comments:

Unknown said...

Halo kak, mau tanya.. waktu kakak titip jual ke mirota itu syaratny ap sj y? Hehe terima kasih..