Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Sunday, May 31, 2015

Aku Ingin Melupakannya Sejenak, Bisakah?

Aku Ingin Melupakannya Sejenak, Bisakah?

Untuk ketiga kalinya dia ingkari janjinya sendiri untuk datang mengunjungiku. Sampai detik ini tanpa kabar darinya. Kalo dibilang sibuk dengan pekerjaan, apa salahnya mengirim sedikit kabar untukku? Sekedar SMS saja masak tidak bisa? Terus terang aku meragukan kesungguhannya. Pernah aku berpikir, dia manusia nyata atau bukan ya? 

Hanya sedikit informasi yang kudapat tentangnya. Dia berasal dari luar Jawa, berinisial M dan Sarjana Hukum, persis seperti ramalan di sini. Dia bahkan pernah sekantor atau se-lingkungan kantor dengan mantanku sewaktu di Jakarta. Sekarang mantanku pindah ke Ciamis sementara dia pindah ke Surabaya. Dia lebih muda sembilan tahun dari mantanku. Muda banget, memang iya. Sekarang aku angkat tangan. 

Lebih baik memang aku harus fokus pada usaha baruku. Besok semoga saja temanku bisa mengantar aku ke sebuah kota dimana pabrik tersebut berada. Bila usaha sudah berjalan dan menghasilkan banyak uang, tentu jodoh akan datang dengan sendirinya. 

Sebenarnya bukan hanya dia yang mendekatiku, tetapi aku tak bisa menerima yang lainnya. Inilah sifatku yang hanya bisa mencintai seorang saja, tak bisa berbagi. Pesonanya berhasil menjerat hatiku. Sakit rasanya bila diabaikan seperti ini. 

Sekarang semuanya kuserahkan pada Tuhan semata, aku harus fokus pada usaha baruku. Usaha pakan ternak basah dan susu kaleng untuk kucing dan anjing adalah pilihanku. Aku memang pecinta kucing sejati. Namun sayang, saat ini aku tak memiliki seekor kucing pun. Ketiga kucingku mati di saat aku dirawat di rumah sakit, kemungkinan terkena penyakit menular yang mematikan. Maklumlah ketiganya belum aku vaksinkan. Ini memang salahku. Ada perasaan bersalah pada ketiga kucingku itu.

 Aku ingin melupakan dia sejenak, bisakah?

Friday, May 29, 2015

Dipertemukan Karena Tuhan Berkenan



Pertemuan dengan seseorang atau tidak dipertemukan dengan seseorang tentu di luar kemampuan kita. Maunya kita bertemu dengan seseorang, namun bila Tuhan belum berkenan tentu hal itu tidak terjadi. 

Akhir-akhir ini ada hal-hal di luar nalar tentang pertemuan ini. Ada dua hal yang ingin aku ceritakan di sini tentu tentang dua orang yang berbeda. Yang satu tentang dipertemukan dengan seseorang karena Tuhau berkenan dan memang ingin mempertemukan, sedangkan tentang hal lain kukira Tuhan tidak berkenan mempertemukan aku dengan orang satu ini.

Sehabis kecelakaan tempo hari aku ingin sekali mengetahui siapa gerangan yang telah menolong aku dan anakku yang telah membawa kami ke rumah sakit dengan mobilnya. Karena dia menghubungi beberapa orang dengan HPku tentu saja aku tak bisa melacak nomor HPnya. Namun Tuhan ternyata mempunyai cara lain untuk mengobati rasa penasaranku.

Suatu hari aku dan anakku ke salon bermaksud untuk cuci muka. Namun karena aku belum diperbolehkan cuci muka, maka aku hanya menunggu Dinda anakku yang cuci muka. Aku duduk di bawah sementara Dinda naik ke lantai atas. Beberapa saat kemudian Dinda SMS, katanya dia bersebelahan dengan orang yang telah menolongku waktu kecelakaan. Rupanya bapak itu mendengar suara Dinda yang mengingatkannya waktu Dinda panik tempo hari. 
Kemudian aku bertanya pada mbak-mbak penjaga salon, mengorek informasi. Dari mereka kudapatkan informasi tentang alamat tempat tinggalnya yang tak lengkap, hanya kuketahui rumahnya yang di perumahan berdekatan dengan perumahan tempat aku tinggal. Juga kudapatkan tentang perusahaan tempatnya bekerja. Itu saja. 
Aku kemudian menunggu bapak ini turun sehabis cuci muka untuk mengucapkan terima kasih dan bertanya tentang alamatnya untuk memudahkan sewaktu-waktu aku berkunjung memberi sesuatu.

Pada akhirnya saat memberikan sesuatu ke rumahnya, kudapati bahwa ternyata dia adalah suami dari guru Dinda sewaktu di SD Tarakanita Solo Baru. Oh ternyata dunia sungguh sempit. Orang saling kenal satu sama lain.

Aku merasa bahwa Tuhan berkenan mempertemukan kami untuk maksud yang baik. Dan, ternyata mereka juga satu "lingkungan" dengan kami bila ada acara keagamaan. "Lingkungan" adalah lingkup terkecil setelah keluarga di mana umat Katholik dapat berkumpul untuk sembahyangan atau acara keagamaan lainnya.

Satu hal lainnya adalah di mana Tuhan sudah tidak berkenan lagi untuk mempertemukan kami.
Ini cerita tentang seorang bernama Sri Rejeki atau biasa dipanggil Mbak Jeki. Dia adalah orang yang mengurusi Pak Saman, si empunya rumah yang aku kontrak. Kata orang Mbak Jeki ini cinta sama Pak Saman makanya mau melabuhkan hidupnya untuk melayani Pak Saman sampai akhir hidupnya. Mereka tidak menikah, dia hanya datang setiap pagi dan pulang waktu malam.

Karena Pak Saman sudah meninggal, maka aku terpanggil untuk membantu Mbak Jeki ini. Dia hanya bekerja beberapa jam saja di rumah tetangganya yang masih familinya dan hanya dibayar empat ribu rupiah  perharinya. Tentu saja dia kekurangan untuk sekedar makan. Aku tahu itu. Maka dari itu setiap kali dia main ke rumah, aku tawarkan dia untuk makan. Yang dia makan sama dengan yang aku makan. Terkadang aku masak sendiri, kadang juga aku membeli lauk. Tak semua makanan dia mau makan. Pernah aku mengantar nasi gudeg lengkap satu renteng rantang ke rumahnya, eh dia bilang tidak suka gudeg. Duh, kenapa gak dimakan saja daripada menahan lapar. Begitulah dia suka menolak rejeki dengan menolak makanan. Emang siapa dia sih? Wong ya masih kekurangan kok belagu.

Kalau aku keluar rumah dia sering aku ajak. Makan di luar kalau sedang bepergian denganku itu pasti. Makanya dia senang sekali kalau aku ajak jalan-jalan karena suatu keperluanku. Dia pernah aku ajak makan di Bakso Pak Ruk, Ayam Goreng Lombok Ijo Gemblegan, Ayam Goreng Sambal Layah, Mie Ayam Pak Jangkung Solo Baru, Soto Seger Tipes,  Rujak Cingur Manahan, dan masih banyak lagi. Aku tak pernah perhitungan dengan semua ini. Aku hanya kasihan saja sama Mbak Jeki ini.
Dengan cara begini aku seolah telah menggantikan peran Pak Saman, sampai akhirnya aku pindah ke rumah ini.

Mbak Jeki ini meskipun sudah dikasih makan hampir tiap hari, tak pernah ada kata terima kasih terucap dari bibirnya. Dia juga tidak aku perbolehkan membantuku memasak dan mencuci piring bekas makannya, hanya sesekali saja dia mencuci piring. Aku malas dengan ocehannya yang terkadang tak perlu. Kalo aku membantu ya membantu saja, tak diucapin terima kasih ya biar saja. Tuhan yang akan membalasnya. 
Namun ada hal yang membuatku menyesal telah membantunya. Di saat aku sibuk-sibuknya mengemas barang-barang yang sedemikian banyaknya, eh dia malah duduk manis nonton televisi. Tak ada kata menawarkan bantuannya untukku. Aku pun juga tidak memintanya untuk membantuku. Tenaganya sangat mahal atau dia pemalas, aku tak tahu pasti.

Kini aku sudah tinggal di tempat yang berjarak kira-kira tiga kilometer darinya. Aku sudah jarang berjumpa dengannya. Aku masih sering main ke tetangga lamaku agak jauh, tapi tak pernah berjumpa dengan Mbak Jeki yang kata temanku juga sering main ke rumahnya. Jadi bila Mbak Jeki main duluan ke rumah tsb kemudian pulang, maka sesaat kemudian akulah yang datang ke rumah itu. Demikian juga bila aku yang duluan main ke rumah itu kemudian pulang, maka Mbak Jeki kemudian yang datang ke rumah itu. Ternyata Tuhan tidak memperkenankan kami untuk bertemu. Kami bisa bertemu di rumah tsb bila temenku memanggil Mbak Jeki yang kebetulan sedang lewat, itu saja.

Aku sudah cukup dalam membantu Mbak Jeki. Dan, karena perangai Mbak Jeki yang tidak begitu baik, kukira Tuhan tidak berkenan lagi untuk mempertemukan kami. Aku dalam membantunya tak pernah perhitungan tetapi ternyata dia tidak ringan tangan membantuku di saat yang diperlukan. Jadi, cukuplah sudah. Kini, kata temenku, dia suka datang di ibu belakang rumah lama pas ibu tsb sedang memasak. Tentu saja ibu itu tidak bisa membiarkan Mbak Jeki tidak makan di saat dia makan. Apakah hal itu menjadi kebiasaannya? Aku tidak tahu.Yang aku tahu dari temen, bahwa ibu itu mengaku agak keberatan bila hal seperi ini sering terjadi. Ibu yang baik hati ini memiliki banyak cucu, jadi kalo tiap hari berkurang jatah satu orang tentu akan terasa.

Satu-satunya jalan keluar adalah Mbak Jeki segera menikah. Tapi siapa yang mau? Yang dimaui Mbak Jeki pada tidak mau. Lagi pula Mbak Jeki pernah bilang bahwa jika dia menikah maka dia tidak akan bekerja lagi. Di jaman sekarang, hanya menggantungkan pada suami apa cukup? Kecuali kalao suaminya kaya. Tapi laki-laki kaya siapa yang mau sama dia? Aku tak perlu menyebut tentang ciri-cirinya. Yang aku tahu bahwa dia mempunyai angan-angan tentang laki-laki yang ketinggian.

Tentang Pria Ini

Tentang Pria Ini


Barangkali memang aku tak cukup berharga bagimu. SMS2ku tak kau balas. Kau tak hiraukan aku, padahal kemarin kau janji akan datang ke Solo. Bukankah jarak Surabaya - Solo cukup dekat? Cukup ditempuh sekitar lima jam perjalanan darat. Kamu bawa mobil sendiri kan?

Bukankah kamu bilang cuti di tanggal 28 dan 29 Mei ini? Atau saat cuti pun kamu disibukkan dengan pekerjaanmu? Aku tahu Sabtu - Minggu pun kamu bekerja di luar jam kerja tentu saja. Bila demikian, mengapa tidak kau katakan saja terus terang? Aku menunggumu sejak kemarin bahkan di dua kesempatan janji datang pun kau ingkari.

Saat lebaran tahun lalu dan saat Natal tahun lalu aku sangat kau kecewakan karena ingkar janji. Dan, tanpa ada kabar sedikit pun darimu. Kau abaikan aku begitu saja, padahal aku sangat mendambakan saat2 bertemu denganmu. Kita belum pernah bertemu, sayang.

Betapa begonya aku, aku hanya bisa memikirkanmu tidak yang lain, padahal begitu banyak yang menawarkan cintanya untukku. Aku tak bisa menerima mereka, entah kenapa. 
Aku juga tak memberi harapan2 palsu pada mereka, kasihan bila mereka diberi harapan palsu. Tetapi mengapa kamu tega memberiku berbagai harapan palsu? 
Sampai kapan aku harus bersabar, seperti permintaanmu? 
Di mana kamu saat ini? Bersama siapa kamu saat ini? Sedang apa kamu saat ini?

Badanku lemas karena hal ini, seolah harapan sirna semua. 
Lebih banyak waktu kuhabiskan untuk tidur agar tak lagi memikirkanmu.

Kuserahkan semua pada kebijaksanaan Tuhan saja. 
Aku pasrah pada kehendak Tuhan saja. 
Aku sudah cukup berusaha tentang hal ini. Kesabaranku pun terbatas.

Monday, May 25, 2015

Untuk Pangeran Cintaku


Bila kamu adalah pangeran cinta yang dikirimkan Tuhan untukku
Sudah siapkah kamu untuk menemuiku sebentar lagi?
Aku sudah tak sanggup untuk menunggu lebih lama lagi
Di sini di ruang hatiku terdalam telah bersemayam engkau sejak lama

Nyatanya aku tak juga jemu memikirkanmu selama ini
Kamu yang di sana kini sudah semakin dekat keberadaanmu
Lima jam perjalanan darat tentu takkan membuatmu lelah
Aku akan persembahkan segenap cintaku untukmu kanda

Tuhan,
Mohon pertemukan kami dalam keadaan yang baik
Perkenankanlah kami untuk saling menyayangi dan mencintai 
Satukanlah selalu hati kami ya Tuhan dalam segala situasi
Amin

Persembahan Untuk Mereka


Aku telah memberi pada tiga orang yang menolongku waktu kecelakaan itu. Ada yang berupa uang saja, ada yang berupa uang dan hem batik dan ada yang berupa hem biasa bermerk. Tinggal dua orang lagi yang belum aku berikan ucapan terima kasih, yaitu seorang tetanggaku yang sampai menemani tidur Dinda di ICU dan orang yang membawa kami ke rumah sakit. 


Tadinya aku tak mengerti siapa orang yang telah membawa kami ke rumah sakit. Namun ternyata Tuhan secara tidak sengaja mempertemukan kami di suatu tempat tak terduga. Waktu itu aku mengantar Dinda ke salon untuk perawatan muka. Ternyata Dinda bersebelahan ranjang dengan si bapak yang telah menolong tersebut. Kemudian Dinda SMS aku, aku lanjutkan dengan bertanya ke mbak2 penjaga salon tentang siapa si bapak itu. Mereka hanya memberikan alamat singkat saja dan di mana si bapak bekerja. Aku menunggu si bapak turun selesai perawatan, lalu bertemulah kami. Aku ucapkan terima kasih pada si bapak ini dan bertanya alamat sebenarnya dia tinggal. Aku bilang kapan2 aku akan ke rumahnya. Aku senang telah mendapatkan siapa orang yang telah menolongku beserta alamat rumahnya. 


Kini yang aku pikirkan adalah bingkisan apa yang sekiranya pantas untuk aku persembahkan untuk kedua orang yang berlainan ini. Karena kedua orang ini mempunyai mobil, maka aku putuskan untuk membuatkan mereka sandaran kepala untuk mobil dan tutup tempat tisu dari kerajinan smock dengan warna yang sesuai dengan mereka. 

Persembahan untuk mereka


Kemudian aku membeli kain saten berwarna biru tua dan berwarna pink keungunan, entah apa nama warna ini. Warna pink keungunan ini aku sesuaikan dengan blus batik cap karena warnanya senada. Berhari2 aku sibuk membuat smock, terkadang salah pola hingga aku harus mengulanginya lagi. Pada akhirnya siap sudah kedua set perlengkapan mobil dari smock ini. 

Keesokan paginya sebelum karyawan2nya berdatangan, aku serahkan bingkisan sekeranjang berselubung plastik berisi sehelai blus batik cap, sepasang sandaran kepala untuk mobil dan tutup tempat tisu beserta sekotak tisu baru. Temanku senang menerimanya sampai memelukku segala. Katanya orang baik akan ditolong oleh orang baik juga, tidak ditelantarkan begitu saja. Maksudnya karena aku orang baik, maka waktu kecelakaan ditolong juga oleh orang2 baik, tidak dibiarkan begitu saja. 



Sorenya aku dan Dinda membawa sekeranjang bingkisan berselubung plastik berupa sepasang sandaran kepala untuk mobil, tutup kotak tisu beserta sekotak tisu baru, sepasang penutup safety belt dan dua bungkus makanan oleh2 khas Solo. Sesampai di perumahan cluster yang hanya berisi 18 rumah itu, aku bertanya pada kerumunan ibu2 yang sedang ngrumpi. Ternyata di situlah rumah yang aku maksud. Seorang ibu yang mengenakan daster tanpa lengan mempersilahkan kami masuk. 

Persembahan untuk mereka


Sepintas aku melihat seorang bapak yang aku kenal sebagai sesama orangtua murid waktu Dinda SD 
dulu sedang bertamu dan segera pamit pulang. Dan, ternyata dia orangtua murid dari teman Dinda yang aku kenal.  Tadinya aku tak mengenal si ibu nyonya rumah ini, tetapi begitu dia memakai kacamatanya maka terbukalah semua. Dia mengenali Dinda sebagai mantan muridnya. Oalah dia ternyata mantan guru Dinda juga sewaktu SD.  Aku dan Dinda ternyata sama2 pangling, mungkin karena penampilannya
berbeda dengan bila memakai seragam guru, rambutnya pun sekarang dipotong pendek. Jadi yang menolong waktu kecelakaan itu adalah suami dari bu guru ini. Dunia ternyata sempit ya.