Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Monday, November 18, 2013

Sunyi Itu Bernama Sepi




Malam kian larut menjemput dini hari 
Jari jemariku masih saja menari-nari
Dengan cara ini aku bisa menjangkau dunia
Duh andai bisa kuraih engkau, bisakah?

Dunia maha luas yang masih saja tak dapat kuraih
Pemandangan nan elok yang hanya bisa kulihat sejauh ini
Engkau yang begitu memikat pandanganku
Duhai para penikmatmu yang tak selalu menjagamu
Tolong sisakan barang sedikit saja untukku
Untukku yang belum bisa menikmati semua engkau

Malam kian larut berteman sunyi bernama sepi
Adakah engkau juga merasakan seperti ini?
Tersenyum tipis bergenderang kesukaan
Bisakah temani aku yang kesepian?

Malam kian larut dingin sunyi nan sepi
Suara hewan malam berpadu gemericik air
Masih saja setia temani aku yang kesepian
Jarak yang memisahkan kita jauh nian 
Namun suara hatimu kudengar
Meski tak sepatah katapun kau ucap

(Selamat malam alam semesta beserta engkau di sana)

Saturday, November 16, 2013

Episode Hidupku


Maaf bila aku salah telah membagikan cerita itu. Namun bagaimana lagi bila hati tak tahan menerima perlakuan demi perlakuan yang masih jauh dari harap? Aku baru menyadari tentang adanya konspirasi itu. Kurasakan tubuhku tak lagi menjejak tanah. Melayang-layang di udara yang tak bersahabat dengan awan berarak berwarna hitam kelabu menaungiku.  Ini terlalu berat dan mereka tak coba mengertiku. Seolah mata mereka telah tertutup dan tak mau melihat. Barangkali hatinya terbuat dari batu yang untuk mencairkannya butuh waktu ribuan tahun. Kata sabar tak lagi pantas diucapkan. Bukankah hidup lebih singkat daripada waktu bersabar itu sendiri? Lalu haruskah melewatkan sisa hidup dengan bersabar?  Bila demikian, sungguh sia-sia hidupku.

Kucoba untuk menyulan harap namun masih belum kutemukan jalan terbaikku. Seolah aku berada pada persimpangan jalan dan tak tahu ke mana arah yang tepat. Aku menunggu seseorang 'kan menunjukkan jalan bagiku dan menuntunku kepada segala kebaikan hidup. Kuakui selama ini aku menempuh jalan yang salah dan berbelit-belit. Barangkali tujuan itu sudah dekat, tapi aku belum dapat melihat jalan yang benar. Kupandangi sekelilingku, dan aku menyadari bahwa ini bukanlah tempatku. Aku merasa tak tepat berada di sini. Bukan aku arogan tapi aku memang seharusnya tak berada di sini. Akan kuupayakan untuk segera pergi dari sini menuju suatu tempat yang lebih baik.

Aku masih menunggu kabar darinya. Bagaimanapun aku masih tak cukup kuat untuk menyelesaikannya sendirian. Aku tak boleh merintih pilu,meski keadaan seperti ini. Harus kuat menahan hantaman badai yang menerpa. Kuanggap ini adalah episode kelam dalam hidupku. Kuyakin segala sesuatu akan berubah. Masih seperti saat kemarin, namun kurasakan waktu kian mendesak. Apa lagi yang harus kuperbuat? Meminta dan meminta darinya laksana anjing kurapan yang hina yang meminta remah-remah makanan dari sang majikan. Anjing kurapan yang hina yang berjalan tertatih-tatih. Kapankah waktu 'kan memihakku? Kapankah pelangi indah warna-warni menaungi kepalaku dan bau wangi bebungaan menyegarkan hidupku?
Aku menunggu keadaan 'kan berubah.

Tuesday, November 12, 2013

Kata Anakku

"Papaku sekarang udah punya anak tiri cowo yang anak cewe dilupain" itu adalah sms yang dikirim Dinda, anakku ke papanya yang notabene adalah mantanku. Sms selanjutnya berbunyi : "Aku pengin pindah panti asuhan ajalah papaku gak peduli sama aku lagi". Itu sebagian dari sms-sms yang dikirmkan anakku ke papanya. Kukira Dinda pun sudah tidak tahan dengan segala perlakuannya selama ini, terlebih lagi aku.
Betapa teganya ketika anakku sms maupun telpon tak pernah digubrisnya, hanya sesekali saja sms dibalas atau telpon diangkat. Entah apa yang ada dalam pikirannya, ketika anak kandung sendiri pun dicuekin. Apakah  sebagai manusia dia memang tak punya perasaan dan hatinya terbuat dari batu?


Dinda sekarang sudah menginjak 14 tahun, remaja kecil namanya. Dan anak seusia itu sangat membutuhkan perhatian dari ayahnya. Figur ayah sangat mempengaruhi perkembangan jiwanya. Pernah suatu saat Dinda bermain ke rumah temannya, Dinda nampak iri melihat temannya digendong ayahnya yang menunjukkan kedakatan antara anak dan ayah. Si ayah yang temanku juga merasa kasihan sama Dinda, digendongnya juga Dinda bergantian dengan temannya.  Hal seperti ini hampir belum pernah dilakukan papanya, kecuali dulu saat masih bayi. Itupun jarang. Waktu itu dia masih SD sekarang sudah kelas 9 SMP.

Jarang bertemu antara anak dan ayah terjadi pada Dinda dan papanya. Maklumlah mantanku bekerja sebagai jaksa yang tugasnya berpindah-pindah antar kota maupun antar propinsi, eh kok kayak bus ya?
Sejak dia jadi jaksa belum pernah tinggal bersama di satu kota. Ketika aku meminta dia untuk pindah ke Solo waktu itu, katanya mutasi adalah keputusan pimpinan. Ah dia ternyata bohong, mutasi di kejaksaan justru karena permintaan yang bersangkutan. Dia sama sekali tak ingin tinggal bersama keluarga kecilnya ini.
Aku tahu banyak cewek yang menginginkannya dan dia, ibarat kucing yang dikasih ikan ya mau saja. Aku di sini mengurus anak, sementara dia berhura-hura di luaran sana. Entah sampe kapan sifatnya kan berubah.

Dulu aku pernah meminta agar bila liburan tiba, dia mengajak kami, anak dan istrinya mengunjunginya di kota tempatnya bekerja, namun selalu ditolaknya. Jadi belum pernah sekalipun aku merasakan sebagai istri jaksa yang sesungguhnya. Rembang, Ketapang Kalbar,  Makasar adalah kota-kota yang pernah didiaminya, sekarang dia tinggal di Jakarta karena bertugas di Kejagung. Betapa senangnya bila boleh ikut menjelajahi Indonesia, karena sebetulnya aku suka teravelling. Tapi kini kami hanya mengenal Solo dan sekitarnya.

Harap maklum bila sifat Dinda pendiam, pemurung/suka melamun tapi galaknya minta ampun. Aku aja digalakin. Ya maklumlah kuanggap itu sebagai tindakan defensif. Pernah motorku ditabrak mobil dari belakang sampe kami terjatuh. Si pengendara mobil turun dan minta maaf, aku memaafkan tapi Dinda marah-marah sama pengendara itu. Akhirnya si pengendara meminta maaf sambil jongkok dengan kedua tangan disatukan menghadap ke arahku. Orang-orang berdatangan mengerumuni, aku merasa tidak enak.

 Aku sangat berharap dia, mantanku segera menyadari kekeliruannya dan segera memperbaikinya, terutama tentang perhatiannya kepada Dinda dan segera memenuhi semua kewajibannya khususnya soal keuangan kepada kami. Selama kami menjadi bagian dari keluarganya sampai saat ini belum pernah sekalipun mendapatkan kejutan yang menyenangkan. Banyak yang tak percaya kami adalah keluarga jaksa, karena kesederhanaan kami. Maklumlah orang memandang jaksa itu banyak uangnya. Tentang kebenarannya aku tidak mengerti. Kabar bahwa dia lebih suka menghambur-hamburkan uang di luaran, barangkali ada benarnya. Justru untuk keluarga kecilnya ini dia sangat tidak rela mengeluarkan banyak uang. Barangkali karena tidak ada yang melihat, bukankah Tuhan maha melihat. Kehidupannya di kota besar yang glamor menutup mata hatinya tentang hal ini. Tak ada keluarganya yang menyadarkannya, biar saja.
Bukankah setiap pikiran, perkataan dan perbuatan ada yang maha menilai? Segalanya telah kuupayakan. Kini kuserahkan semua permasalahan ini kepadaNya.



Monday, November 4, 2013

Jalan Terbaik

Jalan Terbaik

Seandainya bisa, ingin rasanya aku mundur satu tahun ke belakang agar aku dapat mengambil keputusan yang baru. Sebuah keputusan yang tidak dipengaruhi siapapun. Kesadaran kembali muncul bahwa segala pengaruh dari luar diriku, tak sepatutnya kutelan mentah-mentah. Seaandainyapun pengaruh-pengaruh itu sama maksud dan tujuannya. Bagaimanapun waktu itu aku sudah tahu tentang sesuatu hal, namun entah bagaimana aku terlalu mendengarkan mereka, termasuk pengacara, temanku sendiri.

Dan,kini yang merasakan semua akibatnya hanyalah diriku, bukan teman-temanku dan bukan pengacaraku.
Semua kenyataan ini menyudutkanku. Betapa rasanya aku terperangkap dalam sebuah opini yang menyesatkan. Ini memang tidak benar. Dan, betapa semua menjadi salah kaprah.
Aku ini yang merasakan sendiri bahwa semua itu tidak benar. Atau mungkin hanya kami saja atau aku saja yang mendapatkan nasib seperti ini. Aku tahu dari dulu bahwa dia suka main perempuan. Oleh karena itulah maka penghasilannya terbagi-bagi. Dan yang paling parah, bagian untukku di urutan paling belakang. Oh nasibku.

Kini, aku seakan tidak mempunyai "bargaining power" terhadap pihak manapun tempat aku mengupayakan keadilan. Seolah yang kutemui hanyalah jalan-jalan buntu dan pintu-pintu yang tertutup. Saat pintu kuketuk, yang kudapati adalah pintu semakin dikunci rapat-rapat. Aku terduduk dalam pilu, tak lagi tahu arah mana yang kan kutuju.

Aku telah bertanya pada orang yang benar tapi mendapatkan jawaban yang salah, apalagi saat aku bertanya pada orang yang salah, jawaban yang kuterima jelas salah. Serba bingung hidupku. Tak semestinya kupercayai setiap orang, karena aku tak tahu pasti maksud di balik kebaikannya padaku.

Satu-satunya upaya adalah berdoa memohon dibukakan pintu dan ditunjukkan jalan terbaik bagiku.
Bagaimanapun doa demi doa telah kupanjatkan, namun barangkali Tuhan masih menyusun rencana indah untukku. Harapanku adalah semoga dia segera memenuhi apa-apa yang telah dijanjikannya kepadaku. Kutunggu nasibku kan berubah. Betapa tak sabarnya hatiku, seperti apa masa depanku nanti.

Saturday, November 2, 2013

Siksa Tak Terperi

Tentang sebuah pandangan yang akhirnya terungkap
Menjadikanya tak sepenuhnya menanggung dosanya padaku
Sebuah permakluman aneh yang coba kuterima
Entah dari kacamata mana hal ini bisa diterima


Sebagai masyarakat pada umumnya jelas sulit menerima
Sebuah pandangan maha aneh yang baru aku tahu
Hanya bersenjata keikhlasan untuk bisa menerina

Dan kesabaran sebagai tamengnya














Namun bagaimana bisa aku ikhlas dan sabar?
Hal-hal yang kuterima masih saja menyiksaku
Kukira semua akan berakhir dengan segera
Tapi kapan ya kesadaran datang pada mereka?

Aku seakan berada dalam tak terperinya siksaan
Berharap semua ini segera berlalu dari hidupku
Bisakah semua ini dirasakan oleh mereka?
Barangkali sekedar membayangkannya saja tak bisa