Berdiri tegak dan gagah di hadapan para petinggi dan rakyat
Disanding seorang istri yang cantik dan putra yang rupawan
Berusaha meneguhkan diri sebagai penguasa yang bijaksana
Senyum ditebarkan ke seantero negeri sebagai daya pesona
Barangkali tak lagi kau ingat bahwa di satu dua sudut negeri ini
Ada satu dua anak yang kau telantarkan dengan perasaan keji
Kedua anak perempuan telah lahir sebelum engkau menjadi
Ratap tangis mereka hanya kau anggap sebagai pengganggu diri
Sekuat tenaga kau bungkam mulut-mulut yang coba ungkapkan
Kenyataan itu bagimu hanyalah kekelaman hidup di masa lalumu
Tak ingin kau akui karena hanya akan mengganjal jalan mulusmu
Mereka terpaksa mengerti keadaan yang tak mereka mengerti
Engkau korbankan mereka demi harta, tahta dan wanita
Kini semua itu telah kau dapatkan dalam genggamanmu
Telah puaskah kau dengan segala sandiwara keji ini?
Bagaimana pun suatu saat semua kedokmu ‘kan terbongkar
Cobalah kau bertanya pada hatimu pada kepekaan rasamu
Sesungguhnya itu semua hanya menyisakan pedih perih
Bagaimana pun mereka itu adalah juga titipan Tuhan
Sama kedudukannya dengan kedua anakmu yang lain
Sayang, mereka tak boleh mengakuimu sebagai ayah
Sebagaimana kau juga tak mengakui mereka sebagai anak
Jelas bahwa Tuhan mendengar tentang semua berita ini
Dan, tak takutkah kau pada amarah dan hukumanNya?
Artikel Terkait :
Menjadi Tumbal Demi Harta, Tahta Dan Wanita
Artikel Terkait :
Menjadi Tumbal Demi Harta, Tahta Dan Wanita