Sangat miris bila mendengar ada penguasa, pejabat, pengusaha atau orang yang terkenal sampai tega mengorbankan anak istrinya demi meraih ambisinya terhadap harta, tahta dan wanita.
Kemarin-kemarin ini aku begitu dikejutkan oleh sebuah status di facebook yang menautkannya dengan sebuah berita heboh, menurutku. Ternyata aku baru tahu, dan berita ini sepertinya disumbat agar tak merajalela. Maklumlah ini menyangkut nama baik penguasa negara.
Dikatakan bahwa SBY, presiden kita itu telah mengabaikan istri dan kedua anaknya demi untuk menikah dengan anak seorang jendral. Bahkan sampai tega tak mengakui darah dagingnya ketika anak sulungnya menikah di kediamannya, Cikeas. SBY hanya mengakui anaknya tersebut sebagai keponakannya.
SBY menikah di saat sebelum memasuki gerbang pendidikan kemiliterannya yang mensyaratkan belum menikah. Tentu saja dengan kepalsuan dia berhasil memasuki gerbang itu. Dan, dia sekarang menjadi presiden kita. Sungguh menyesal aku dulu memilihnya saat Pilpres. Kalo tahu masa lalunya seperti itu yang mengabaikan anak dan istrinya tentu tak sudi aku memilihnya.
SBY meminta pengertian dan keihklasan dari istrinya untuk menyembunyikan status pernikahannya agar diterima di Akabri. SBY pun diterima untuk menempuh pendidikan di Akabri.
Kecerdasannya, ketampanannya dan pandainya mengambil hati telah memukau sang Gubernur Akabri, Letjen TNI Sarwo Edi Wibowo, alm. Tak jarang SBY dan kawan-kawan bertandang ke rumah sang jendral untuk melapor. Suatu saat SBY terpikat dengan putri sang jendral, Kristiani. Mereka berpacaran dengan direstui sang jendral. Sumber berita ini dari sini.
Bila sudah demikian, maka lupalah SBY dengan istri dan kedua anaknya. Mereka menikah di tahun 1976 dengan status SBY sebagai bujangan. Keluarga kecilnya dianggapnya tak pernah ada, tunjangan anak-anak pun terlupakan. Boleh dikatakan bahwa SBY telah menjadikan istri dan kedua anaknya sebagai tumbal demi meraih
harta, tahta dan wanita.
Sesungguhnya siapakah yang lebih berjasa dan menjadi wanita hebat di belakang kesuksesan SBY? Menurutku adalah Ida, istri pertama SBY yang telah rela berkorban jiwa raga dan tentu saja juga harta demi "kemajuan" SBY. Namun apakah SBY mengerti atas segala pengorbanan tersebut? Kukira tidak, ceritanya begitu.
Lain SBY lain lagi dengan Farhat Abbas. Serupa tapi tak sama. Yang satu presiden yang satu lagi pengacara, tapi sama-sama terkenal. Yang dibicarakan kali ini adalah tentang pernikahan mereka dan pandangan dari sudut tanggungjawabnya.
Ternyata sebelum menikah dengan Nia Daniati, Farhat Abbas telah memiliki seorang anak laki-laki dari istri pertamanya, Rita Tresnawati yang dinikahi secara siri. Namun kasihan bagi anak yang sekarang berusia 12 tahun ini, karena Farhat hanya mengakui anaknya tersebut sebagai anak yang lahir di luar nikah.
Selain itu ternyata ada anak lain lagi yang lahir dari istrinya bernama Lala Melanie Sukmawati, yang dinikahi siri pada tahun 2004. Kali ini adalah seorang anak perempuan.
Nampaknya Farhat suka sekali nikah siri. Ani Muryadi adalah juga salah satunya. Kalo yang lain-lain belum diketahui beritanya.
Berbicara mengenai tanggungjawab Farhat Abbas terhadap para istri dan anak-anak yang dilahirkannya, nampak sekali ke-compang-campingan-nya. Entah apa yang dipikirkan dan lebih dipentingkan oleh Farhat. Bukankah keluarga itu nomor satu yang patut diperjuangkan kebutuhannya? Farhat Abbas nampak sangat santai seperti tak ada beban. Barangkali yang dipikirkan adalah para istrilah yang seharusnya mencari nafkah sendiri. Apakah dengan cara seperti ini Farhat mencapai ketenaran, harta dan wanita?
Sekarang bila berbicara tentang mantanku sendiri. Nampaknya serupa tapi tak sama dengan kedua orang di atas. Namun jelas ada unsur-unsur kesamaannya. Seperti misalnya dia bisa masuk ke instansi tersebut dengan status sebenarnya yang sudah menikah, mengabaikan istri dan anak, aku mendengar pengakuan langsung dari dua wanita yang mengaku sebagai istrinya, wajahnya yang kata kakaknya seperti Farhat Abbas (dari angle tertentu memang persis sama), dsb.
Tahun ini dia memulai kuliah S3-nya karena mendapatkan bea siswa. Ditunjang dengan ketampanannya, kecerdasannya, kepemimpinannya dan pandainya mengambil hati atasan, bisa dipastikan dia akan menjadi pejabat suatu saat kelak. Tetapi akan ingatkah dia dengan mantan istrinya ini dan anak semata wayangnya? Akan mengertikah dia dengan segala pengorbananku dulu sewaktu dia belum bekerja dan sampai kini? Mengertikah dia dengan waktu, tenaga, pikiran, harta, dsb yang telah kukorbankan untuknya?
Mengapa untuk mencapai semua itu harus ada yang dikorbankan? Akankah selalu istri dan anak yang ditumbalkan demi meraih