Masih sangat awal ketika aku menginjakkan
kaki lagi di gereja setelah tadi pagi aku sowan Romo. Setelah mengantar Dinda
les, langsung aku menuju gereja. Sore ini aku akan mengaku dosa, setelah
belasan tahun lampau.
Suasana sore tanggal 18 Oktober ini
sungguh teduh. Aku bertemu dengan Pak Pardi penjaga gereja yang sedang
bersih-bersih. Katanya Romo sedang sare, jadi aku menunggu di Goa Maria sambil
berdoa Rosario. Hutang doaku masih 3, jd kalo sekarang aku doa rosario berarti
masih kurang 2 lagi. Aku ingin menuntaskan bulan Oktober sbg BulanMaria dengan
berdoa Rosario setiap hari selama sebulan.
Masih kurang 2 Doa Salam Maria lagi
ketika Pak Pardi mengingatkanku bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 5 seperti
janjiku dengan Romo. Setelah aku selesaikan Doa Rosarioku, Pak Pardi segera bergegas
naik untuk memberitahu Romo. Pak Pardi kemudian turun dan mengatakan bahwa Romo
sedang siram, jadi aku menunggu di di ruang tamu paroki. Aku bertanya tentang
meja tamu yang berbeda dengan ketika aku datang tadi pagi. Katanya tadi ada
yang menikah jadi meja itu dibuat untuk akad nikah secara catatan sipil.
Berarti bila suatu saat nanti aku menikah di gereja ini, aku duduk di ruangan
ini dengan susunan meja kursi seperti itu. Tentu saja setelah pemberkatan nikah
di gereja oleh Romo. Anganku melayang, dengan siapa ya aku juga belum tahu.
Aku duduk dengan buku Puji Syukur dan
kacamata di tangan. Sudah kusiapkan daftar dosa dan halaman doa untuk pengakuan
dosa.
Akhirnya Romo turun juga, bergegas dia
menuju sebuah kamar yang selalu tertutup. Romo duduk kemudian membersihkan meja
dari debu sambil bertanya :”Sudah berapa lama tidak mengaku dosa?” Aku yang duduk
di hadapannya menjawab sambil tersenyum: “Sudah belasan tahun”. Lalu aku terdiam,
menunggu aba-aba darinya.
Pengakuan dosa pun dimulai. Kubuka buku Puji
Syukurku dan kubaca :” Bapa, pengakuan saya yang terakhir adalah ..............................................”
Kemudian Romo memberi semacam kotbah atau nasehat singkat. Romo ngendika bahwa
dosa-dosaku sudah dihapuskan dan bahwa Allah selalu menerima anak-anak hilang
yang pulang kembali. Kemudian Romo memberitahu tentang laku tobat yang mesti
kulakukan. Sejak saat itu akupun sudah diperbolehkan menerima Komuni lagi. Ini adalah hidupku yang baru.
Aku jadi teringat salah satu bacaan Injil
tentang anak yang hilang yang ragu-ragu untuk kembali kepada bapanya, namun ternyata
kepulangannya justru disambut bapanya dengan diberikannya pakaian yang
bagus-bagus, disembelihnya domba yang tambun dan pesta meriah. Lalu aku, apa ya
yang telah disiapkan Allah Bapa bagiku? Aku bukan GR, tapi aku percaya bahwa
Tuhan akan memberiku semua yang sangat kubutuhkan selama ini. Tentu, semoga, amin.
Karena masih ada waktu sebelum menjemput
Dinda, jadi kupikir sekalian saja melaksanakan laku tobat dari Romo tadi di
gereja. Aku masuk ke gereja dan duduk di bangku paling ujung yang terhalang
dari pandangan orang. Di tengah-tengah doa terdengar petir bergemuruh keras
sekali beberapa kali bersahut-sahutan. Tadi perasaan cuaca tidak begitu gelap,
entahlah. Sesudah selesai berdoa aku bergegas menuju parkiran motor dan segera
meninggalkan gereja padahal ada dua orang yang juga naik motor menunda
kepergiannya karena takut petir. Hujan mulai jatuh semakin lama semakin deras. Kupinggirkan
motorku dan kupakai jas hujanku.
Kembali menuju rumah bersama Dinda dalam
lebatnya hujan. Biasa kalo Solo sering mati lampu di saat hujan, begitu juga
malam ini. Sepanjang jalan gelap gulita hanya lampu motorku yang menerangi jalan
dibantu dengan lampu-lampu kendaraan lain yang kebetulan lewat.
Air hujan jatuh menerpa-nerpa wajahku,
rasanya semua basah terkena air. Beginilah berjalan dalam kegelapan dan kehujanan
mesti berhati-hati dan perlahan. Begitu juga bila sedang menjalani hidup dalam
kegelapan dan tak tahu ke mana akan melangkah, satu hal terpenting adalah
mencari sinar atau cahaya agar tak jatuh terperosok. Sinar atau cahaya
kehidupan itu bisa kita dapatkan dari Tuhan. Bertekun dalam doa, apapun agama
kita, tentu sangat membantu kita berjalan mengarungi kehidupan yang penuh
misteri ini.
Artikel Terkait : Kawin Campur
0 comments:
Post a Comment