"Sukses tapi tak menghiraukan anak kandung sendiri,
menjadi tak berarti apa-apa"
Betapa tak berartinya dia, mantanku itu terhadap perkembangan anakku. Telpon dan sms nyaris tak pernah dilakukan. Terhadap anak kandungnya sendiri, satu-satunya, sikapnya seperti itu.
Sebentar lagi mid semester, beberapa bulan lagi UN SMP.
Lalu bila demikian dia bekerja untuk apa dan untuk siapa?
Yang ada di pikirannya itu apa dan siapa?
Waktunya habis untuk apa dan siapa?
Mengapa lebih mementingkan hal-hal yang tak penting?
Pekerjaannya sebagai jaksa selama belasan tahun tak lagi membanggakan, justru membuat kami malu menyebutkannya.