Tiba-tiba ada teriakan kecil dari kamar : "Lho!" Dinda, anakku beranjak dari tempat tidur sambil menoleh ke belakang, ke atas kasur. Kukira kucingnya berbuat usil. Buru-buru aku melihat ke arah yang ditoleh Dinda. tapi aduh! darahku tersirap, jantungku berdetak keras sekali. Ketakutan, itu pasti. Mana tidak ada laki-laki lagi di rumah ini. Aku langsung berteriak-teriak, tapi Dinda menyuruhku diam. Bagaimana mungkin aku bisa diam, sementara di atas kasur itu, yang sedang dimain-mainin kucingku itu. Aduh tak sanggup aku menyebut apa itu namanya. Aku paling takut sama binatang satu itu.
Ular itu sedang melingkar karena dibuat mainan kucingku. Ada ular lumayan besar dengan panjang sekitar satu meter. di kasurku. Kalo tidak dimainin kucingku barangkali ular itu akan berlari masuk ke kolong tempat tidurku, dan pasti aku takkan bisa tidur semalaman. Untunglah ada kucing yang ikut menjaganya. Karena tak ada orang yang datang, kuberanikan diri mengatasi masalah ini secepatnya. Sedangkan Dinda tampak tenang di ruang tamu, tidak gusar sedikitpun. Ada dua selimut di situ, kuambil satu selimut kemudian kututupkan pada ular itu, kubungkus dan kubuang ke halaman depan. Baru ada orang yang datang, tapi masalah udah selesai. Ular itupun kemudian berjalan pelan keluar dari selimut dan pergi entah ke mana.
Lantas aku berpikir, pertanda apa ini ya? Tadi aku sibuk di sekitar depan kamar, jadi kalo ada ular masuk kamar pasti aku lihat apalagi yang sepanjang itu. Dinda pun juga berada di dalam kamar sedari tadi. Kalopun ular itu jatuh dari atap rumah, pasti berbunyi. Jadi dari mana datangnya?
Sekarang aku ingat sebab musababnya. Aku belum memandikan kedua kerisku. Keris itu beraura ular, aku juga tahu sejak dulu. Ini masih Bulan Sura (Bulan Jawa), biasanya keris-keris dimandikan di bulan ini. Aku belum sempat. Sebenarnya aku punya minyak khusus untuk itu, tapi mau memandikan atau mencuci sendiri belum sempat. Aku masih sibuk dengan urusan beres-beres rumah, maklumlah mau pindah rumah. Kupikir nantilah kalo aku sudah punya waktu longgar aku cuci sendiri, tapi udah keburu ada kejadian itu. Akhirnya keesokan harinya aku bawa kedua kerisku ke orang yang biasa memandikan keris. Ternyata si bapak tersebut sudah meninggal tiga tahun lalu, sekarang yang bertugas memandikan keris adalah anaknya. Ya tidak apa-apa, aku tinggal kedua kerisku agar dimandikan.
Pernah juga kualami, pagi-pagi kudapati kedua kerisku sudah berjajar rapi di bawah di luar lemari yang tertutup. Aku ingat semalam terdengar suara gaduh glodhak-glodhak dari arah kamar belakang, oh ini to sebabnya. Lemari memang belum kubersihkan benar, barangkali masih ada darah yang tercecer bekas kucingku yang beranak mencari tempat aman dan tersembunyi. Dan, keris-kerisku tidak suka tempat yang kotor.
Aku memperoleh kedua keris ini dari bapakku, warisan dari bapakku. Aku tidak begitu mengerti dengan keberadaan keris-keris ini, sampai pada suatu hari di Magelang. Waktu itu aku menjual sebuah lemari yang kupastikan tidak ada barang lagi di dalamnya. Lemari sudah dibawa ke rumah si pembeli tapi kemudian seorang ibu Tionghoa, pembeli lemari tersebut datang ke rumah dengan tergopoh-gopoh. Dia bilang:" Itu ... itu ada yang .... berdiri .... di dalam lemari" sambil kedua tangannya dilipat memeragakan keadaan berdiri. Dia nampak sangat ketakutan. Aku tidak mengerti ngomong apa sih ibu itu? Pelan-pelan dia jelaskan juga kalo ada dua keris yang berdiri di dalam lemari. Hah?! Aku tetap tidak mengerti masak ada keris bisa berdiri? Jadi bapak punya dua keris ya? Baru aku sadar dan meminta tolong orang untuk mengambil kedua keris tersebut. Akhirnya aku mendapatkan kedua keris tersebut.
Keris Sabuk Inten |
Kedua keris itu aku bawa ke rumahku di Solo. Pernah satu keris dibawa suamiku (waktu itu masih suamiku) ke kota tempat kerjanya. Tapi ketika dia dimutasi keluar Jawa, keris dikembalikan kepadaku karena katanya keris bila melintasi lautan akan berkurang khasiatnya (?).
Keris Brojol |
Aku pernah bermimpi, ketika sedang tidur didatangi banyak sekali ular yang datang dari berbagai arah. Mimpi yang sangat menakutkan. Ketika aku ceritakan pada tetangga, ada seorang ibu yang bercerita juga kalo dia pernah rumahnya kemasukan ular dan langsung dia sadar bahwa kerisnya belum dimandikan. Ibu itu, sekarang sudah almarhumah adalah masih keturunan Keraton Kasunanan. Tentu saja aku langsung tersadar bahwa akupun juga punya dua keris yang belum pernah aku mandikan.
Aku membawa kedua keris itu pada Ki Joko, dan dia menyaarankan agar aku membawa kedua keris tersebut pada seorang abdi dalem keraton yang biasa memandikan keris-keris di keraton.
Kedua kerisku itu bernama Keris Sabuk Inten dan Keris Brojol. Keris Sabuk Inten dibuat di abad X111, sementara Keris Brojol dibuat di abad XVII.
Aku berjanji akan merawat keris-keris peninggalan bapakku ini sebaik-baiknya, meski tentang manfaatnya belum begitu aku rasakan.
Mengenai keris-keris akan dibicarakan lebih lanjut di postingan berikutnya.