Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Monday, December 29, 2014

Pasar Klewer Kini

Malam Minggu, 27 Desember 2014 pukul 19.00 Pasar Klewer terbakar hebat. Api pertama kali terlihat di lantai II pasar kemudian semakin membesar dan merembet ke hampir seluruh bangunan pasar.Pedagang yang kiosnya belum terbakar sibuk mengamankan barang dagangannya keluar pasar. Hujan yang turun tidak berpengaruh meredakan amukan si jago merah. Sementara sebelum hujan turun, angin bertiup cukup kencang justru semakin mengobarkan amukan api. 

Pasar Klewer Kini
Puncak amukan api di Pasar Klewer

 Sampai pagi harinya api masih belum bisa dipadamkan padahal sudah sekitar 30 mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan. HPPK (himpunan pedagang pasar klewer) mengungkapkan bahwa kebakaran bukan disebabkan oleh adanya korsleting listrik, karena sejak empat tahun lalu pihak HPPK sudah mengkondisikan kelistrikan dengan sistem baru. Maksud dari sistem baru adalah bahwa aliran listrik otomatis akan padam bila tidak ada aktifitas di pasar. Rel listrik pun bisa dikontrol dengan handle. Jadi pihak HPPS menyatakan bahwa kebakaran bukan karena adanya korsleiting listrik. 


Pasar Klewer Kini
Keadaan Pasar Klewer Minggu, 28 Desember 2014 pkl 16.00

Dari kebakaran hebat ini selain berakibat musnahnya barang dagangan yang bernilai trilunan rupaih juga ada seorang korban meninggal, yaitu seorang pedagang pemilik kios yang jatuh pingsan saat memindahkan barang dagangannya. Korban meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit karena penyakit jantung. Diduga korban shock dengan adanya kebakaran tersebut. Tentang Pasar Klewer belum pernah aku perkenalkan di blog ini, rencana sih sudah ada tapi sayang sekali dengan adanya kejadian ini. Namun demikian aku akan menceritakan tentang Pasar Klewer ini. 

Disebut Pasar Klewer karena pada waktu itu orang-orang membawa dagangannya yang berupa kain batik dengan cara menaruhnya di bahu sehingga kain tersebut seperti terjatuh atau disebut “kleweran. Dari kata kleweran tersebut jadilah nama Pasar Klewer.

Pasar Klewer Kini
Gambar diambil dari sini
Pasar Klewer. Pasar Klewer terletak di Solo atau Surakarta, Jawa Tengah. Pasar ini bersebelahan dengan Keraton Surakarta Hadiningrat. Di pasar ini lebih banyak dijumpai kain batik dan pakaian batik karena memang pasar ini terkenal sebagai pasar batik terbesar di Indonesia. Pasar tempat kulakan kain batik serta produk tekstil lainnya ini sangat terkenal dan beromzet milyaran rupiah setiap harinya. Di sini dapat dijumpai kain batik dari yang murah sampai kain batik tulis yang mahal. Berbeda dengan jika membeli di PGS (Pusat Grosir Solo) maupun di BTC (Beteng Trade Center) yang berharga pas, maka di Pasar Klewer pembeli bisa menawar untuk mendapatkan harga yang jauh lebih murah. Tentu saja tergantung dari kepandaian menawar barang. Selain kain batik dan pakaian batik, juga tersedia pakaian non batik, kaos, jin, peralatan jahit, kain non batik, handicraft, sanggul, pakaian pengantin, makanan, oleh-oleh, emas, perbankan, buah-buahan, dan lain sebagainya.

Sudah sejak lama pasar ini akan direnovasi, namun para pedagang pemilik kios keberatan dengan harga kios baru nantinya. Aku sendiri pernah menanyakan tentang hal ini dengan pemilik kios di lantai II yang adalah langganan aku membeli kain belacu. Hal inilah yang menyebabkan pasar tidak juga direnovasi padahal keadaan sangat kurang memadai karena gang-gang pasar yang terlalu sempit sehingga pembeli maupun pengunjung harus menepikan tubuhnya bila berpapasan dengan kuli dan gerobaknya yang membawa barang dagangan. Tempat parkir pun selalu penuh apalagi bila menjelang hari raya, parkir sangat sulit. Parkir motor terletak di sebelah belakang, kanan dan kiri dari pasar, sementara parkir mobil terletak di tempat parkir tersendiri yang agak jauh dari pasar. Mau tidak mau pasar harus segera direnovasi karena sudah tidak nyaman lagi, terutama bagi pengunjung.

Sunday, December 28, 2014

Menangis Tertahan di Gereja

Menangis Tertahan di Gereja

Aku telah melewatkan malam Natal karena menunggu seseorang yang berjanji datang sore harinya namun hingga larut malam pun tak datang. Esoknya aku juga tak ke gereja karena misanya untuk anak-anak.

Hari Minggunya aku ke gereja jam 08.00 sendirian. Lagi-lagi aku mendapati diriku penuh tangis di gereja. Ini pas homili (kotbah). Romo mengajak umat yang hadir yang kebetulan sekeluarga untuk berdiri. Romo kemudian mengajak para istri untuk menyanyikan lagu Topi Saya Bundar dengan plesetan :

“Suami saya baik, baik suami saya
Kalau tidak baik, bukan suami saya”
Begitu juga para suami disuruh menyanyikan untuk istrinya, anak-anak menyanyikan untuk ayahnya dan juga untuk ibunya. Aku hanya diam saja, duduk saja. Tentu saja, aku kan datang sendirian. Aku menangis.

Ternyata tangisku tak berhenti di situ. Sehabis Homili, setelah Syahadat biasanya dilanjutkan dengan Doa Umat, tetapi kali ini sebelum Doa Umat ada acara Penyegaran Janji Hidup Berkeluarga. Owh! Umat berdiri.
Aku hanya duduk, toh aku bukan bagian dari acara itu. Pada saat mambaharui janji hidup berkeluarga, pasangan suami istri disuruh saling berjabat tangan dan mengucapkan janji sebagai berikut :

Imam :

“Tibalah saatnya kini para pasutri untuk membaharui janji hidup berkeluarga. Silahkan saling berjabat tangan dengan pasangan anda masing-masing dan mengucapkan janji dengan menjawab pertanyaan berikut :
Para suami, apakah anda bersedia untuk tetap menerima istrimu, setia kepadanya dalam untung dan malang, sehat dan sakit, suka dan duka, serta selalu mencintai dan menghormatinya seumur hidupmu, sehingga menjadi berkat baginya, anakanakmu, geraja dan masyarakat?”

Para suami :
“Ya kami sanggup”

Imam :

“Para istri, apakah anda bersedia untuk tetap menerima suamimu, setia kepadanya dalam untung dan malang, sehat dan sakit, suka dan duka, serta selalu mencintai dan menghormatinya seumur hidupmu, sehingga menjadi berkat baginya, anak-anakmu, gereja dan masyarakat”

Para istri :
”Ya kami sanggup”

Imam :

“Terimakasih atas kesanggupan anda yang telah anda ucapkan sebagai tanda kesetiaan anda terhadap pasangan. Namun anda juga menyadari bahwa dengan perkawinan anda menjadi mitra Tuhan untuk pendidikan anak-anak yang telah dipercayakan kepada anda untuk dikuduskan. Oleh karena itu, silahkan secara bersama-sama mengucapkan janji dan doa anda sebagai orangtua”

Suami dan istri :

“Tuhan Yesus telah menyatukan kami dalam hidup perkawinan. Tuhan Yesus telah mempercayakan kepada kami anak-anak yang harus dikuduskan. Kami berjanji untuk terus mendidik anak-anak kami dengan sungguh-sungguh, terutama di dalam iman kepada Yesus. Sebab anak-anak kami sungguh menjadi berkat bagi keluarga, gereja dan masyarakat pada umumnya, semoga Tuhan berkenan menerimanya.”

Imam :

“Terimakasih atas janji dan doa yang telah saudara ucapkan bersama. Semoga Tuhan berkenan untuk mengabulkannya. Sebaliknya bagi anak-anak pasti punya harapan dan doa bagi kedua orangtua. Untuk itu secara bersama silahkan untuk mengucapkannya.”

Anak-anak :

“Kepada ayah dan ibu, kami bersama mengucapkan terimakasih yang tulus, karenaa ayah dan ibu telah membesarkan, merawat, mendampingi serta mendidik kami dengan penuh tanggungjawab. Maka di hadapan Tuhan, kami berjanji akan selalu setia, hormat, menghargai dan bertanggungjawab atas diri kami masing-masing. Dan kami selalu berdoa untuk ayah dan ibu. Semoga Tuhan selalu melindungi, menjaga dalam keselamatan, memberi kesabaran, kekuatan terlebih dalam mendampingi kami semua. Demikian janji dan doa kami semoga Tuhan berkenan mengabulkannya.”

Selama penyegaran janji tersebut aku menangis. Suasana itu sangat sukses membuatku menangis dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Aku lupa membawa sapu tangan. Aku tahan agar bahuku tak bergerak, tangisku tak bersuara, dan gerakan tanganku mengusap air mata yang terlihat. Aku sedih bukan main. Aku melihat seorang bapak tua yang duduk di sebelahku juga mengusap kedua matanya, entah kenapa. Barangkali ingat istrinya atau keluarganya tak bahagia, entahlah.

Saat ini anakku bersama dua keponakan sedang berlibur ke Jakarta ke tempat papanya dan mak tirinya dan saudara tirinya. Tinggallah aku sendirian di rumah. Perkawinan kami gagal dan aku belum merasakan bahagia itu. Entah kapan ada bahagia untukku.

Saturday, December 27, 2014

Vakum Menulis

Vakum Menulis

Sudah hampir tiga minggu aku tidak nulis di blog sejak naskahku yang pertama ditolak penerbit untuk yang kedua kalinya. Ada rasa kecewa yang mendalam karena aku sudah mengeluarkan waktu, pikiran, tenaga dan beaya untuk menyusunnya. Memang benar bahwa naskah ditolak itu biasa, tapi masih saja rasanya tetap “sakitnya tuh di sini”. 

Naskahku yang kedua masih aku simpan. Kedua naskahku masih rapi tersimpan menunggu buku-buku antologiku terbit biar ada catatan kalo aku pernah menulis meskipun di buku bareng-bareng. 

Saat ini aku mulai mengikuti pelatihan menulis lagi secara online. Aku berharap dengan mengikuti pelatihan ini aku semakin percaya diri dalam menulis, dan bisa menghasilkan buku-buku yang berbobot. Apalagi di pelatihan ini dibuka kesempatan bahwa naskah bukunya akan ditawarkan ke penerbit mayor sampai diterbitkan. Semua royalti akan menjadi milik penulisnya. 

Aku orangnya sangat moody jadi aku membutuhkan orang-orang yang dapat memberiku spirit untuk terus berkarya. Saat ini aku sedang vakum sementara, pikiranku sedang terganggu he he.

Monday, December 8, 2014

Penulis dan Kompetensinya

Menulis Dan Kompetensinya


“............ itulah mengapa ikut menulis di buku antologi itu penting” 

Kalimat di atas lebih ditujukan kepada diriku sendiri yang tidak mempunyai kompetensi apapun dalam penulisan buku apapun. 

Kemarin pagi aku datangi sebuah kantor penerbitan besar di kotaku untuk menawarkan naskah buku ketrampilan membuat aksesori wanita. Beberapa saat aku menunggu di sofa ruang pamer buku, kemudian datang seorang pria yang menerima kedatanganku. Naskah dan surat-surat dikeluarkan dari amplop. Dia memandangi sekilas sampul naskah dan mulai membuka naskahku. Aku merasa dia tak tertarik, yang dapat dilihat dari wajahnya yang lempeng-lempeng saja. Itu memang benar. 

Dia mengatakan bahwa penyerapan pasar untuk buku seperti ini kurang banyak. Memang penerbit ini pernah menerbitkan buku ketrampilan tetapi disertai dengan perhitungan peluang bisnisnya, pokoknya dihubungkan dengan bisnis. Kemudian aku tawarkan bagaimana kalau aku tambahkan perhitungan bisnisnya, dia menolak. Kemudian dia bertanya apakah aku bergelut di dunia ini, aku jawab tidak, hanya hobi. Aku mengatakan pernah mempunyai usaha di bidang handicraft dari batik. Ah itu tidak relevan. 

Ya sudah. Aku akan tawarkan ke penerbit yang lain lagi. Mungkin perlu ada yang dikoreksi, diperbaiki atau ditambahkan. Aku sudah bosan membacanya berulang kali. Yang jelas dalam hal ini aku tak mempunyai kompeten di bidang yang aku tulis. Aku bukan pelaku usaha di bidang ini. Penerbit melihat siapa penulisnya. Jadi biografi penulis yang meskipun sekilas dibaca sangat menentukan sebuah naskah pantas diterbitkan atau tidak. 

Aku mulai berpikir, bagi orang sepertiku yang tak mempunyai kompeten di bidang apapun cukup sulit untuk menulis bidang-bidang tertentu. Lalu kalau menulis fiksi? Tentu juga akan ditanya apakah pernah menulis sebelumnya. Seperti halnya orang yang melamar pekerjaan akan ditanya tentang pengalaman kerjanya, begitu juga penulis. Pengalaman menulis buku dan atau kompetensi penulis, itulah yang menjadi pertimbangan penerbit. Tentang isi tulisan? Mungkin bobotnya cuma lima puluh persen, yang lima puluh persen lagi adalah kompetensi dan atau pengalaman menulis buku. 

Maka dari itu, ikut menulis di buku antologi atau buku bareng-bareng itu sangat penting terutama bagi penulis pemula. Hal ini tentu bisa menjadi pertimbangan penerbit. Aku harus lebih aktif menulis di buku antologi dulu baru menulis buku solo. Sebetulnya sudah empat kesempatan menulis di buku antologi yang aku ikuti tetapi semuanya masih dalam proses diterbitkan. Sementara dua naskah buku ketrampilanku pun sudah selesai. Naskah kedua akan aku kirimkan ke penerbit dalam waktu dekat, semoga bisa diterbitkan.

Friday, December 5, 2014

Pria pun Pesolek

pria pun pesolek

Ketika aku memasuki salon langgananku bareng anakku, suasana masih sepi. Tetapi baru beberapa menit duduk, mulai banyak pelanggan yang datang. Tak hanya wanita yang melakukan perawatan wajah tetapi juga pria. Aku hitung ada sekitar lima pria yang melakukan perawatan wajah atau sekedar membeli krem saja. Ini adalah salon khusus perawatan wajah untuk kelas menengah. 

Kalau dilihat dari penmpilannya, mereka para pria itu bukanlah setengah pria setengah wanita. Mereka pria tulen, beberapa dengan postur tinggi besar dan gagah. Wow! Aku jadi malu sendiri bila kalah dengan mereka dalam hal merawat wajah. 

Kedatanganku adalah mengantar anakku facial karena keluhan jerawat di wajahnya. Sementara aku sendiri Cuma mau complain sama dokternya. Aku merasa kecewa dengan penanganan dokternya untuk suatu perawatan khusus yang dikerjakannya terhadapku tetapi hasilnya gak terlihat. Padahal aku udah menyisihkan uang dan mengambil dari pos lain, untuk itu. 

Sebenarnya sehabis perawatan dulu pun aku tidak melihat perubahan apapun, tetapi aku masih menunggu barangkali prosesnya sedang berjalan. Ternyata seiring berjalannya waktu masih belum ada perubahan. Padahal waktu ditangani sama dokter yang sedang cuti hamil, hasilnya langsung kelihatan dan sangat memuaskan. Katanya dokter tersebut mulai masuk kerja lagi akhir Januari. Jadi aku akan menemuinya awal Pebruari nanti. 

Aku ingin nampak dua puluh tahun lebih muda dari usiaku sebenarnya. Hal itu pasti bisa diusahakan. Meskipun uang masih pas-pasan namun aku harus usahakan untuk mendapatkan perawatan wajah yang memadai.