Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Wednesday, December 3, 2014

Ramalan Jodoh

ramalan jodoh


Aku ingat di suatu waktu di masa lalu aku pernah bertanya lewat Harian Solopos tentang jodohku. Beberapa waktu kemudian aku mendapatkan jawaban lewat harian itu dari rubrik konsultasi paranormal. Judul rubriknya aku sudah lupa. Yang jelas yang menjawab adalah seorang sesepuh dari keraton Solo. 

Waktu itu aku masih dekat dengan mantanku tapi belum menikah. Dia pun juga tahu kalau aku bertanya tentang hal ini. Dia membaca pertanyaannya dan juga jawabannya. Jawabannya ada tiga ciri, yaitu bahwa jodohku adalah orang luar Jawa, sarjana hukum dan namanya berinisial M atau H. Lalu aku mulai berpikir, nama pacarku saat itu berinisial P atau B. Berarti bukan dia, tetapi bisa saja bila dia naik haji akan bergelar haji atau disingkat H maka akan berinisial H juga. Aku berusaha menawar. 

Seiring berjalannya waktu, bila ada yang mendekatiku maka aku akan melihat kesesuaiannya dengan ciri-ciri tersebut. Tak ada. Sementara mantanku pun hanya memiliki 1 ciri tersebut, dan nyatanya dia bukan jodoh sejatiku. Saat ini bahkan lebih dari dua tahun ini aku memikirkan sebuah nama, hanya dia. Orang luar Jawa, sarjana hukum dan berinisial M. Aku sempat berpikir apakah nama tengahnya berinisial H misalnya Honoluan? Eh emang nama itu ada gak ya? 

Dia, orangnya ganteng, cerdas dan masih muda. Rasanya aku tak pantas mendampinginya. Apalah aku ini ... 

Bertahun-tahun aku berusaha melupakannya, namun tak bisa. Selalu kepikiran tentangnya. Ini menyiksaku. Aku merasakan kondisi hubungan yang naik turun. Aku juga merasa hanya di-PHP. Janji-janjinya untuk datang belum terlaksana juga, padahal jarak Jakarta-Solo lumayan dekat. Aku menyangsikan kesungguhannya. 

Lebih baik memang dilupakan saja, tetapi mengapa selalu sulit melupakannya?Aku tahu bahwa dia pun mengikutiku di berbagai media sosial, meski dalam diam. Bila aku berusaha mengalihkan perhatianku ke orang lain, seakan pandanganku dipaksa untuk melihat hanya dia saja. Aku semakin bingung dan tersiksa. 

Tuhan, 
Bila dia memang jodohku dekatkanlah 
Bila dia bukan jodohku jauhkanlah

Sunday, November 30, 2014

Berkata Jujur Pada Tuhan

berkata jujur pada tuhan

Maafkan aku Tuhan, hari Minggu ini aku tidak ke gereja dan tidak menerima tubuh Kristus. Aku berpikir barangkali saja Engkau tidak mau mendengarkan permohonanku atau sudah muak dengan segala keluh kesahku selama ini. Memang segalanya hanya akulah yang salah. Aku bodoh, kuakui hal itu. Tetapi mengapa? 

Apa sebenarnya yang salah pada diriku sehingga Engkau memberiku cobaan bertubi-tubi? Ampuni aku Tuhan bila aku banyak salah. Tetapi aku berpikir, seberapa besar salah dan dosaku dibandingkan dengan mereka yang seakan lebih Engkau perhatikan? Aku merasa selalu hidup di jalanMu. Bila jatah bahagiaku belum juga sampai ke tanganku, lantas kapan ya Tuhan? Mengapa Engkau seakan selalu memberi jatahku yang terakhir? Aku telah lelah memohon dan tak lagi sabar menunggu. 

Mohon jujurlah padaku, ada apa sebenarnya? Aku sungguh tak paham, pikiranku tak cukup untuk memahaminya. Apakah aku harus berpura-pura bahagia dulu baru Engkau akan memberiku bahagia yang sesungguhnya? Aku terlalu polos untuk berpura-pura. Beginilah aku yang apa adanya. 

Tuhan, mohon kali ini berikanlah jatahku terlebih dahulu dibandingkan yang lain. Aku sudah tak kuat menunggu lebih lama lagi.

Berburu Buku

Berburu Buku
8 Buku hasil buruanku

Inilah buku-buku yang aku beli kemarin di Solo Book Fair di Goro Assalam dan tadi di Gramedia. Kisaran harga bukunya adalah 5.ooo,- sampai 95.000,- 

Letak Goro Assalam Hypermarket Foursquare lumayan jauh dari rumah tapi harus ke sana karena penasaran. Terus terang aku penasaran dengan jenis buku dan harga buku yang dipamerkan yang katanya murah. Memang benar, buku termurah dijual seharga 5.000,- aja. Kebanyakan yang dipamerkan adalah buku-buku muslim, termasuk Al Quran. Aku kira hampir semua adalah buku muslim, 90 % lah. Aku dan anakku membeli tiga buah di sana, buku umum tentu saja.

Sepulang dari Goro Assalam, mata kami tertumbuk pada iklan promosi diskon besar-besaran di TB Togamas. Mampirlah kami ke situ. Kebanyakan buku-buku pelajaran. Aku mencoba mencari novel dewasa tetapi aku hanya menemukan satu novel saja karangan Maria A Sarjono, sementara 95% lainnya adalah novel remaja. Terus yang emak-emak baca novel apa dong? 

Tadi aku dan anakku ke Gramedia, aku bermaksud mencari buku tentang kucing dan buku blog mininya Pakde tapi yang ini tidak ketemu. Buku tentang kucing sangat berguna bagiku yang ingin beternak kucing ras, apalagi pengarangnya memang seorang yang bergelut di dunia perkucingan. 

Jadilah hasil buruanku adalah Ungkapan Kata-kata Paling Romantisnya Kahlil Gibran;Perawatan Rambut; Membaca Cepat Rahasia Garis Tangan dan Wajah; Novel Rindunya Tere Liye; Kucing; novel remaja De Journey, dan majalah Cosmo Girl. 

Melihat buku-buku yang ada di Gramedia bagus-bagus sebanding juga dengan harganya. Tapi bagaimana ya dengan yang seharga lima ribu rupiah kemarin di pameran? Lalu bila demikian pengarangnya cuma dapat lima ratus rupiah aja perbukunya? Kan pendapatannya sepuluh persen dari harga buku. Tapi yang seharga lima ribu rupiah kemarin bukanlah buku karyanya sendiri melainkan hasil saduran, dan bukunya juga kecil. 

Sebagai penulis pemula banget, nampaknya banyak juga saingannya, dan bagus-bagus pula. Aku acungin jempol buat penulis yang bukunya mejeng di toko-toko buku terkenal dan laris pula. Sedangkan aku baru saja hampir menyelesaikan naskah bukuku yang kedua. Karena naskah pertamaku ditolak penerbit ditambah masalahku kemarin membuatku jadi malas merampungkan naskahku yang kedua. Aku memang orangnya moody. Sekarang badanku masih lemas akibat dampak sakit hati. Sebenarnya aku butuh pendorong yang bisa menyemangati tapi itu tak ada. Jadi di halaman Ucapan Terima kasih, siapa yang harus ditulis di situ? 

Tujuanku membeli tiga buku tersebut adalah untuk belajar menulis novel dan tentang kucing adalah untuk belajar memelihara kucing ras. Aku dengan serius ingin menjadi peternak kucing ras, mengingat aku adalah pecinta kucing sejati. Katanya pekerjaan yang ditekuni sebaiknya yang kita sukai. Aku suka menulis, memelihara kucing dan mengamati rumah. Untuk yang terakhir nanti dulu.

Saturday, November 29, 2014

Masa itu Telah Berlalu

Masa itu telah berlalu

Masa itu telah berlalu, ketika aku masih saja mendambakan datangnya orang yang kucintai di hadapanku. Di usiaku kini rasanya sudah sangat memalukan bicara soal cinta. 

Masa itu telah berlalu, orang-orang seusiaku telah menikmatinya di masa lalu. Dan aku? Belum sama sekali. Mungkin masa itu tak akan datang untukku, atau mungkin juga masa itu datang terlambat untukku. Tak ada kata terlambat bukan? Aku masih menunggu bila jatah cinta untukku masih akan datang. 

Masa itu telah berlalu ketika aku menginginkan datang di acara konser musik. 
Masa itu telah berlalu tanpa aku sempat menikmatinya. Pernah waktu SMA aku datang ke acara konser musik rock bersama bapak. Rasanya agak aneh dan tentu saja tak bebas. Aku menjadi kapok dan tak mengulangi lagi. 

Pernah beberapa tahun lalu aku datang ke konser musik ADA Band bersama seorang teman yang duduk di belakangku karena tempat duduk penuh. Seorang remaja di sebelahku bertanya:”Ibu datang sendirian?” Oh! Aku menyeringai. Rupanya masa itu benar-benar telah berlalu. 

Beberapa tahun lalu aku pernah membeli tiket konser musik tapi tiket itu kemudian dijual kembali sama temanku karena dirasakannya sebagai hal yang tak pantas. Ya dengerin musiknya cukup di rumah saja di kamar sendirian pula. 

Bila semua masa telah berlalu lalu mengapa aku masih saja di bumi ini? Bumi yang serasa memandang segala yang kuinginkan sebagai hal yang tak pantas kunikmati lagi? 

Barangkali ketika masa itu datang untukku, maka semua menjadi tak berarti lagi. 
Bukankah masa itu telah berlalu?

Thursday, November 27, 2014

Pernikahan Itu

Pernikahan Itu

Belakangan ini badanku terasa sangat lemah. Pegal-pegal di sekujur tubuhku. Barangkali pijat akan mengembalikan staminaku. Bagaimana pun bila hati yang sakit itu akan menjalar secara fisik. Aku lunglai. Untuk berdiri tegak pun terasa berat. Tetapi bukankah kehidupan ini harus terus berjalan? Telah aku kuat-kuatkan diriku telah aku tabah-tabahkan hatiku menerima segala kenyataan pahit ini. 

Dia,mantan suamiku kini telah menikah dengan perempuan itu. Mereka menikah Hari Minggu lalu di Jakarta. Tak ada pemberiahuan ke aku. Dinda menghadiri acara itu bersama segenap keluarga dari pihak mantanku. Katanya Dinda mengenakan kain dan kebaya seperti saudaranya yang lain. Aku tak sedikit pun ingin melihat foto-foto tersebut. Aku meragukan kekuatan hatiku. 

Itu memang haknya untuk menikah. Tapi perempuan itu ... aku melihat gambar mereka berdua di facebook jauh sebelum perceraianku. Aku bersedia mengajukan gugatan cerai atas permintaannya. Sebenarnya aku sudah lama tidak tahan dengan perkawinan kami. Perhatiannya nyaris tak ada, baik kepadaku maupun kepada anak satu-satunya. Juga nafkah lahir dan batin tidak aku terima. Nafkah lahir sama sekali belum pernah aku terima. Aku bekerja sendiri waktu itu. Kebiasaannya bermain perempuan juga sangat menyiksa batinku. Kini dia menikah dengan perempuan yang telah merampasnya dariku. 

Seakan aku ikut memuluskan jalan mereka melenggang menuju ke pelaminan. Betapa bodohnya aku. Harusnya aku tahan saja tidak mau diceraikan agar dia tak bisa menikah secara terang-terangan seperti itu. Tapi semakin lama dalam perkawinan dengannya semakin batinku tersiksa. Aku menyetujui mau mengajukan gugatan cerai karena terdesak akan kebutuhan secara ekonomi. Aku pikir setelah palu diketukkan maka dia segera memberiku sejumlah uang yang bisa aku gunakan untuk melanjutkan usahaku, ternyata tidak. Dia baru mulai memberi uang cerai beberapa bulan sesudah palu diketuk, dan selanjutanya dicicil. Sampai sekarang pun belum lunas.Harus bersabar? Barangkali saja dia memang suka menyiksaku secara batin. Aku semakin tersungkur dengan perceraian ini. Kini dia telah menikah.

Aku hanya membayangkan bagaimana dia memberikan persembahan untuk istrinya tersebut yang tidak pernah diberikannya kepadaku, dulu. Mengapa bisa berbahagia di atas penderitaan orang lain? Aku merasa telah dijadikannya tumbal demi kenyamanan hidupnya. 

Bukan aku cemburu atau tak rela, bukan itu. Aku cuma menyesali nasibku sendiri yang seperti ini. Terlebih keluarganya yang masih kuanggap sebagai keluarga sendiri pun tak mengabariku. Seakan wajahku tertampar dan badanku terjatuh kelimpungan. Aku mengerti bahwa mereka tak lagi menganggapku sebagai bagian dari keluarganya lagi, kecuali Dinda. Tentu saja. Mulai saat ini aku tak lagi menelpon mereka di hari raya, menitipkan oleh-oleh lewat Dinda kalo ke Semarang atau curhat ke mereka, apalagi datang ke rumah mereka. Padahal sebenarnya aku dengan tulus masih menganggap mereka sebagai keluargaku. Hal ini dikarenakan aku tak lagi mempunyai orangtua dan saudara lagi. 

Hanya tiga orang saja dari mereka yang masih peduli padaku, dan tentu saja aku akan tetap menjalin tali silaturahim dengan mereka. Ketiganya tak datang ke Jakarta menghadiri resepsi pernikahan mantanku.