Menyambung postinganku
kemarin Anakku memang diajak pergi ke Jakarta tentu saja untuk bertemu ayahnya, jadi mesti minta izin tidak masuk sekolah hari Sabtu dan Senin. Ya mesti gak masuk dua hari, tumben-tumbennya.
Selama anakku pergi tak ada komunikasi antara aku dengan anakku maupun ayahnya, mantanku. Baru sore tadi mantanku mengabarkan bahwa anakku akan pulang dengan Lion Air jam enam sore.
Baru kali ini anakku naik pesawat, sendirian pula. Setiba di Bandara Adi Sumarmo, anakku melanjutkan perjalanan ke rumah dengan naik taxi.
Karena hujan gerimis maka aku menunggu kedatangannya di jalan raya dengan payung. Tak banyak yang dibawa, hanya satu travelling bag dan satu tas berisi sepatu sport baru. Sesampai di rumah dia membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa produk dari The Body Shop. Barang perawatan badan dan parfum yang mahal menurutku dan sangat mahal untuk ukuran remaja seusianya dalam kondisi ekonomi yang seperti ini. Sementara tak ada satupun barang untukku.
Ternyata benar dugaanku, dia menikah, ya mantanku menikah kemarin di sebuah gedung di Jakarta. Itu adalah jawaban pasti dengan tanya dalam hatiku kemarin.
Kata anakku, keluarga Semarang berangkat dengan naik kereta dan pulangnya dengan pesawat. Anakku hanya singgah di rumah mantanku di Cibubur, tetapi menginap di hotel. Acaranya di sebuah gedung di Jakarta.
Kata anakku, ayahnya masih ngontrak rumah, sementara mobil pun masih mobil dinas dari kejaksaan. Percaya? Oh oh oh!
Tadi pagi dia mengirim uang 30 juta untuk mengontrak rumah yang layak dan sisanya untuk modal usaha agar aku mempunyai penghasilan. Itu masih jauh dari yang dijanjikannya. Sekarang dia sudah beristri ....
Tentu aku akan segera pindah dari sini, anakku memang membutuhkan penyegaran agar enak dalam belajar. Tentang usaha ... pikiranku lagi bebal tak bisa jernih berpikkir apapun.
Hal yang sangat sangat aku herankan adalah mengapa aku sebagai mantan istrinya dan aku sebagai mantan keluarganya tak diberitahu sama sekali? Apakah dengan diberitahu aku akan menimbulkan keributan? Toh selama ini aku diam-diam saja tak banyak berulah. Bila demikian sangat pantas bila aku simpulkan keluarga eh maaf masih menyebut keluarga, maksudku keluarga Semarang sudah tidak menganggapku sebagai bagian keluarga lagi. Tali silaturahim yang katanya masih ada yang dikatakan dengan tegas, ternyata itu bukan buat aku tetapi buat anakku. Tentu saja.
Maaf tulisanku tak karuan....