Kita memang sudah merdeka, penjajah asing telah lari tunggang-langgang
Tapi hanya sebatas itukah arti kemerdekaan bagi kita?
Benarkah kita sudah merdeka?
Sudahkah kita merrdeka secara finnsial?
Sudahkah kita merdeka memiliki rumah pribadi?
Sudahkah kita merdeka dari hutang?
Sudahkah kita merdeka dari penindasan oleh bangsa sendiri?
Sudahkah kita merdeka dari pelecehan seksual?
Sudahkah kita merdeka dari perlakuan yang tak adil?
Sudahkah kita merdeka dari perselingkuhan?
Sudahkah kita merdeka dari pergunjingan yang usil?
Sudahkah kita merdeka dalam usaha?
Sudahkah kita merdeka dalam menjalankan ibadah?
Sudahkah kita merdeka memiliki pasangan yang baik?
Sudahkah kita merdeka dalam menentukan busana yang dikenakan?
Sudahkah kita merdeka dari prasangka buruk orang lain?
Sudahkah kita merdeka dalam menempuh pendidikan?
Sudahkah kita merdeka dari rasa cemburu?
Sudahkah kita merdeka dari rasa gelisah?
Sudahkah kita merdeka dalam meraih impian?
Sudahkah kita merdeka dari pengaruh buruk orang lain?
Sudahkah kita merdeka dari berbagai penyakit?
Sudahkah kita merdeka dari keberpihakan?
Nyatanya kita masih belum merdeka
Banyak orang masih berada dalam belenggu
Terlalu mudah memekikkan kata merdeka
Namun benarkah itu keluar dari hati yang terdalam?
Kata merdeka masih menjadi sesuatu yang mahal
Jerih payah, isak tangis, bahkan menggadai rasa malu
Semua itu demi untuk mendapatkan kemerdekaan semu
Lalu di manakah letak kemerdekaan sejati?
Manusia dalam wujud daging dan roh seringkali bertentangan
Daging menentang roh, begitu pun roh menentang daging
Baiknya kita dapat merdeka secara kedagingan dan secara roh kebaikan
Merdeka kita upayakan setiap saat dalam setiap tarikan nafas
Ini pertanda kita masih belum merdeka secara hakiki
Pekikan merdeka yang lantang dikumandangkan hanyalah tabir
Tabir penutup segala kegelisahan manusia di bumi Indonesia