Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Wednesday, April 2, 2014

Harusnya Seorang Ayah

Harusnya Seorang Ayah

Ada seorang kakek yang sedang sakit tinggal sendirian di rumah sebelah. Hampir tiap saat dia mengerang kesakitan. Sering aku membantunya dengan memberi minuman panas, makanan atau memanggilkan orang yang bisa membantunya sekedar berdiri atau duduk. Pernah semalaman aku tak tidur karena sangat terganggu dengan erangannya. Dan, tentu saja aku membantu sebisaku.

Dia sehari-harinya dibantu seorang wanita tengah baya yang galaknya minta ampun. Barangkali dia begitu karena belum menikah juga di umurnya yang sudah lewat lima puluh tahun. Atau barangkali juga karena sifatnya yang galak dan cerewet itulah maka dia belum menikah juga. 

Wanita ini, nemanya mbak Sri Rejeki atau sebut saja mbak Jeki, tinggal tepat di belakang rumah si kakek. Jadi tidak mengherankan apabila kakek sering teriak-teriak memanggil mbak Jeki ini. Meskipun tinggalnya di belakang rumah, namun untuk mencapai rumah kakek harus berjalan memutar dulu karena sudah ada tembok yang menghalangi. 

Sebetulnya kakek punya dua anak wanita dari dua istri yang sudah bercerai dengannya. Anak bungsunya sesekali menengoknya, itupun kalau ada yang sms memintanya datang. Sementara anak sukungnya sama sekali sudah tidak menggubrisnya. Putus hubungan antara anak dan ayah, itulah tepatnya. Mengapa bisa demikian? Aku tak tahu persis bagaimana ceritanya. 

Dari ketidakpedulian anak-anaknya terhadap ayahnya yang sedang sakit membuatku berpikir: pasti ada sesuatu alasan di balik semua itu. Ternyata itu benar adanya.

Anak bungsunya pernah bercerita kepadaku bahwa sejak kecil ayahnya tak pernah tidur di rumah, mungkin maksudnya jarang tidur di rumah. Dan tentu saja sangat tidak memperhatikannya. Orangtuanya bercerai sejak dia masih SD. Sejak itupun ayahnya tak pernah membeayai pendidikannya. Hanya ibunyalah satu-satunya yang mengurusnya. Banyak hal yang diceritakannya, seperti misalnya dia pernah diludahi oleh kakak tiri satu-satunya. Semua itu membuatku maklum, apalagi bila tetangga juga lebih membela anak bungsu ini. Akupun ikut memaklumi keadaan ini.

Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa anak adalah titipan Tuhan. Sudah seharusnya seorang ayah  menjaga dan memperhatikan semua kebutuhannya akan materi, kehadiran dan kasih sayang. Jangan pernah lupakan kebutuhan anak. Ingat bahwa kita sebagai orangtua tak selamanya gagah. Suatu saat, di hari tua nanti pasti kita butuh perhatian dan kehadiran dari anak-anak kita. Maka dari itu jangan sekali-sekali abaikan anak-anak kita. Jangan tinggalkan anak-anak hanya demi kesenangan bersama teman-teman apalagi bersenang-senang bersama para wanita yang tak semestinya. Bagaimanapun hukum karma masih berlaku dan akan tetap berlaku.

Artikel Terkait :

Sehat Ala Boyke 


Monday, March 31, 2014

Hi Nyah! Hati-hati Dengan Kontenmu!

Hai Nyah! Hati-hati Dengan Kontenmu!


Hi Nyah! 

Belum banyak yang aku ketahui dari blogmu. Ini karena sedang ada gangguan dengan loading yang terlalu lama. Namun demikian aku sudah menangkap maksud dan tujuanmu. Oke, jadilah aku ikutan GA-mu Nyonya Besar. 
Tak banyak yang aku ketahui tentang seluk beluk ngeblog, seperti tampilan blog, widget, SEO atau yang lainnya. Aku hanya akan mengulik sedikit tentang kontennya aja, itupun juga bukan tentang bagaimana menulis yang bagus. Soal itu pun aku tak begitu paham. Jelas bahwa aku tak hendak mengajari atau menggurui dan memberi contoh tentang konten yang bagus. 


Hi Nyah! 

Dengan mempunyai blog pribadi, terkadang kita tergoda untuk menuliskan segala yang dirasakan dan segala kejadian yang kita alami. Itu sah-sah saja. Namun tahukah bahwa ada orang-orang yang mungkin saja tidak terima dengan apa yang kita tulis. Pernahkah kita meminta ijin dulu pada mereka yang terlibat dalam tulisan kita? Meskipun itu adalah teman dekat, bahkan saudara sekalipun? Apalagi bila menyangkut hal-hal yang sensitif. 


Hi Nyah! 

Tahukah bahwa saat ini aku sedang menghadapi ancaman akan dilaporkan ke polisi gara-gara konten tulisanku yang menyinggung perasaan satu keluarga? Sebetulnya aku tak hendak berbuat demikian. Semua yang aku tuliskan adalah kebenaran semata, tak ada yang ditambah-tambahi. 

Aku menuliskan tentang beberapa dari mereka karena terdorong keluar dari perasaan terdalamku yang sudah tidak kuat lagi menanggung semua ini. Ini aku yang merasakan, bukan mereka. Bila tidak aku tuliskan, barangkali aku sudah gila. Menulis bagiku adalah juga sebagai terapi bagi jiwaku agar tak terlalu larut dengan masalah. 

Bila dipikir lebih lanjut, semua ini menyangkut masalah sudut pandang terhadap suatu masalah. Dan tentu saja tentang pemahaman dan pengertian terhadap masalah tersebut. Bukankah tak semua orang bisa mengerti orang lain? Atau tak mau mengerti? Tepatnya seperti itu. Keberpihakan yang terkadang salah tempat. Sungguh ironis bila kejujuran dan kebenaran digugat. 

Pengaruh gaya hidup perkotaan membuat sebagian orang menjadi egois. Egois mementingkan diri, kelompok atau keluarga sendiri, tak mau merugi secara materi dan tak mau tahu tentang nasib orang lain yang sebenarnya masih menjadi tanggungjawab dari seorang keluarganya. 

Aku tak hendak berbicara tentang apa yang menjadi masalahku, cukup aku saja yang tahu. Yang jelas kita mesti berhati-hati menulis bila itu ada sangkut pautnya dengan pihak lain. Barangkali meminta ijin terlebih dahulu ada baiknya. Namun ide bisa saja menjadi batal dituliskan karena masalah perijinan yang lama. 


Hi Nyah! 

Itu saja yang ingin kuungkapkan tentang menuliskan konten blog. Ke-hati-hati-an adalah hal mutlak. 


 "Postingan ini diikutkan dalam Nyonya Besar Give Away"



Thursday, March 27, 2014

Jodoh Bertingkat-tingkat


Jodoh Bertingkat-tingkat


"Jadi adik iparku aja gimana, mau?" itu kata Ndari tetanggaku di saat aku bertandang ke rumahnya. Heri suaminya menimpali: 
"He'e" sambil senyum-senyum melirik istrinya. 
Aku mengenal Ndari sewaktu ada pertemuan di perkumpulan RW, sementara Heri sering aku lihat karena sering main ke rumah Pak Saman si pemilik rumah ini. Meskipun begitu aku baru berbicara dengan Heri sehari sebelumnya, karena dia mengajakku untuk mendatangi sebuah acara.

Nampaknya mereka tidak main-main.  Ditambah lagi Jeki, asisten Pak Saman yang ikut-ikutan berkomentar dan berpromosi: 
"Dia kaya lho mbak rumah warisannya udah ditawar 1,5 M dibagi lima orang. Mau aja mbak. Dia duda, anak-anaknya di Jakarta tapi dia kerja di sini". Aku cuma cengengesan. Emang kekayaan bisa membuatku jatuh cinta?

Aku baru mau menjemput Dinda dari tempat les, ketika kulihat Heri duduk-duduk ngobrol dengan Pak Saman di depan rumah. Aku ketawa aja melihatnya. 
"Mau ke mana?" tanya Heri
"Mau yang-yangan ha ha ha .... ya Pak Saman?" aku menggodanya. 
Heri langsung mendekatiku sepertinya mau bicara rahasia, aku mengelak:
" Emoh moh!" 
Aku tahu apa yang mau dibicarakannya, pastilah mau mengajakku kenalan dengan Rudi, adiknya.
Sepulang dari menjemput Dinda, kudapati kali ini Ndari, istri Heri yang sedang duduk-duduk ngobrol dengan Pak Saman di ruang tamu rumahnya.
Jeki menyusulku masuk rumah :
"Mbak ke rumah Ndari sebentar yok, ada yang penting pokoknya penting"
"Gaklah mbak, mau apa?
Belum lagi Jeki menjawab, Ndari sudah ada di ambang pintu:
" Ayolah mbak ke rumahku sebentar aja" sambil matanya berkedip-kedip. 
Melihat kesungguhan mereka bertiga, hatiku luluh juga. Okelah, toh hanya berkenalan. Apa salahnya? Meski sebenarnya hatiku tak terima dan tak bisa menerima. Aku belum melihatnya yang katanya ganteng itu, aku baru mendengar tentang pekerjaannya dan gajinya. Itu sudah cukup bagi hatiku untuk menolak. Tapi demi menghormati mereka, aku jalan juga ke rumah Ndari-Heri.

Aku memasuki sebuah rumah kuno berbentuk limasan yang kelihatannya sudah direnovasi pada bagian atapnya dan bagian lainnya. Rumah ini sangat besar dan mobil bisa masuk, pantaslah bila harganya mencapai 1,5 M.

Aku benar-benar dikenalkan dengan Rudi, adik mereka. Bagiku tak ada yang istimewa. Mereka berpromosi tentang Rudi, padahal orangnya ada di sebelahku, bukan persis di sebelahku lho. Jeki terang-terangan bilang:
"Mbak minta nomor HP-nya. Yang satu duda yang satu janda kan cocok. Udah mau aja mbak".
"Dari biasa kan bisa menjadi cinta", Heri menimpali.
"Ini orangnya rajin bekerja dan mau disuruh apa aja", Ndari menambahi.
Wah wah yang menilai itu kan hatiku, apalagi ketika Rudi bilang:
"Aku itu mencari wanita yang bisa ngertiin aku, tidak yang neko-neko, yang bisa terima apa adanya", rasanya nilainya semakin jatuh saja di mata hatiku.

Akhirnya kami berempat pergi ke wedangan terdekat di pinggir jalan besar dengan berjalan kaki. Mereka membiarkan kami duduk di tikar berdua, sementara mereka duduk di bangku panjang depan hik. Nampaknya Rudi benar-benar tertarik padaku. Hal ini terlihat ketika dia mencondongkan badannya ke dekat badanku, berbicara dekat sekali dengan telingaku.

Dia mulai bercerita tentang perkawinannya yang kandas, tentang anak-anaknya dan tentang pekerjaannya. Dia sekarang pegang bus Nusa, bus yang sering ditumpangi Dinda sepulang sekolah. Sekarang Dinda jarang naik bus karena akulah yang mengantar dan menjemputnya, baik ke sekolah maupun ke tempat lesnya.

Dia mengharapkan wanita yang akan menjadi istrinya kelak bisa mengatur ekonomi keluarga, tidak meminta yang muluk-muluk, yang terpenting adalah bisa "nrimo". Aku tak menanggapi perkataannya, aku hanya diam dan berpikir:
"Selama ini aku sudah sangat nrimo diperlakukan sembarangan oleh mantanku dulu dan sampai kini. Lantas bila aku masih disuruh nrimo lagi bagi pasangan berikutnya, sampai kapan aku prihatin? Aku butuh mengubah nasibku, bukan seperti ini yang sabar dan nrimo terus".
Tapi tentu saja aku tak mengatakannya secara terus terang. Dari semula, dari sebelum aku melihatnya langsung, aku sudah tidak tertarik. 

Dia juga sempat bertanya tentang pekerjaanku, justru itulah kalimat awal yang keluar dari mulutnya ketika pertama kali bertemu di rumahnya. Tentu saja setelah saling menyebutkan nama masing-masing. Mendengarnya aku "agak berpikir". Nyatanya tadi dia juga mengusulkan agar aku buka warung atau menjahit saja.
"Hmm ...", aku pikir betapa sederhananya cara berpikirnya.
"Tidak bisa menjahit?" tanyanya.
"Dulu aku punya beberapa penjahit tapi usahanya sekarang udah bangkrut", aku buru-buru menjelaskan.

Kenyataan ini membuatku agak shock. Mukaku seperti ditampar agar aku serius dalam mencapai keinginanku, meningkatkan kualitas diriku.
Aku ingat kata-kata Pak Mario Teguh : 
"Jodoh itu banyak dan bertingkat-tingkat. Maksudnya adalah wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan wanita dengan kelas yang lebih tinggi akan mendapatkan laki-laki dengan kelas yang lebih tinggi pula. Sekarang pertanyaannya adalah di mana Anda tumbuh dan di mana Anda akan berhenti tumbuh?? Apakah Anda puas dengan kondisi sekarang atau Anda masih ingin meningkatkan diri??                   
Karena jodoh itu bertingkat-tingkat dan banyak, tentu saja yang seharusnya kita lakukan adalah meningkatkan kualitas diri. Jadi bukan menuntut orang di kelas bawah dimarahi karena dia tidak bisa di kelas tinggi tetapi kita harus meningkatkan diri untuk bisa menjadi kelas yang lebih tinggi dengan menganggunkan diri sendiri. Jika kita bisa analogikan, seorang ratu tidak mungkin akan dinikahkan dengan seorang yang pemalas, penunda, dan juga sombong karena kelasnya sudah berbeda.
   Jodoh itu bukan satu tapi banyak hanya saja yang boleh dipilih hanya satu tidak boleh diambil semuanya akan tetapi ambillah sesuai dengan impian Anda. Jika Anda ingin memiliki jodoh yang mulia, yang harus kita lakukan tentu saja memuliakan diri kita dahulu agar bisa terlihat pantas dihadapannya".

Aku harus lebih serius dan fokus lagi dalam mewujudkan segala keinginanku. Sebagai ibu rumah tangga, maka waktu terasa kurang. Bayangkan aku harus bangun pagi-pagi menyiapkan sarapan untuk Dinda, mengantar jemput ke dan dari sekolah dan tempat les, menyiapkan makanan, membersihkan rumah, ngeblog, ngurusi kedua toko online-ku, dsb. 

Sehat Ala Boyke 



Wednesday, March 26, 2014

Wanita Yang Kuat

Wanita Yang Kuat

Kau angkat ku di atas gunung batu
Kau angkat ku melewati badai

Menjadi kuat karna Kau penolongku
Lebih dari yang dapat kuperbuat

Kembali aku hadiri lagi Ibadah untuk Kaum Wanita, lanjutan dari bulan lalu. Kali ini temanya adalah "Wanita yang Kuat".

Ibadah diawali dengan beberapa lagu pujian yang riang tepat pukul 18.00. Jemaat diajak bernyanyi dan bergoyang. Hmm, barangkali hanya aku yang berdiri mematung, sementara yang lainnya turut menggoyangkan badannya seirama musik yang terdengar. Suaranya hingar bingar penuh semangat dan suka cita. 

Nyaris semua jemaat ikut mengangkat tangannya sambil bergoyang. Ketauan gak ya kalo aku ini aslinya bukan jemaatnya? Mungkin saja sedikit kelihatan. Tapi yang jelas tak ada cap di dahiku apakah aku ini orang katolik atau orang kristen. Jadi pasti orang tak mengerti kecuali beberapa teman yang kukenal. 

Sebelum masuk ke acara inti, yaitu mendengarkan firman Tuhan, ada sedikit selingan yang penting untuk kaum wanita. Ini tentang seputar masalah kewanitaan, yaitu pentingnya seledri bagi penderita tekanan darah tinggi dan cara diet. 

Cara memanfaatkan seledri adalah seledri dicuci bersih kemudian dipotong kecil-kecil kemudian dimasukkan ke sebuah wadah lalu disimpan di kulkas. Bila makan nasi maka seledri disertakan sebagai lalapan. Cara ini lebih praktis dan enak ketimbang harus membuat dan meminum jus seledri, yang belum tentu setiap orang bisa mengkonsumsi.

Cara diet yang cocok terutama bagi penderita maag, yaitu dengan mengurangi porsi nasi, mengurangi roti dan gorengan, dan tidak memasukkan unsur gula ke dalam tubuh kita. Bila haus cukup minum air putih saja.
Pembicara telah membuktikan cara diet ini selama 24 hari dan kenyataan menurunkan berat badannya sebanyak 7 kilogram.

Sekarang masuk ke acara inti, yaitu mendengarkan firman Tuhan yang dibawakan oleh Ny. Obaja.


Wanita yang kuat

Wanita ditetapkan untuk menjadi penolong bagi pasangannya. Oleh karena itu wanita harus menjadi kuat, kalau tidak kuat maka tidak akan bisa menjadi penolong.
Wanita diibaratkan sebagai leher, sementara pria dibaratkan sebagai kepala. Bila wanita tidak dapat menopang kepala, maka kepala tidak dapat bekerja dengan baik. 
Wanita harus kuat, kalau tidak kuat tidak dapat dipakai oleh Tuhan.

Wanita yang kuat didefinisikan sebagai wamita yang kuat menolong suaminya sehingga suaminya bisa menjadi pria yang bertanggungjawab. Tugasnya adalah mendukung dan memperjuangkan suaminya.
Contohnya adalah istri Nabi Nuh. Saat Tuhan memberikan tugas membangun sebuah bahtera besar kepada Nabi Nuh, istrinya kuat menolong suaminya sampai bahtera selesai.
Contoh wanita yang tidak kuat untuk menolong suaminya adalah Hawa yang tergoda. 

Contoh lain adalah Ratu Wasti. Karena kecantikannya maka dia dijadikan ratu atau permaisuri saja. Namun dia tidak dapat menolong suaminya tetapi hanya mementingkan dirinya sendiri. 
Pada saat raja mengadakan perjamuan kerajaan, ternyata istrinya juga mengadakan pesta juga. Pada saat raja memanggil permaisuri untuk dikenalkan pada para tetamu, dia menolak. Itu artinya bahwa ratu atau permaisuri tidak tunduk dan taat pada suaminya. Akhirnya dia dibuang tidak dijadikan ratu lagi, rugilah dia. 

Kuncinya adalah mata, telinga dan perkataan. Mata janganlah melihat yang tidak-tidak, telinga jangan untuk mendengarkan gosip saja, dan perkataan haruslah perkataan berdasarkan iman.

Pada Amsal 16 ayat 32 dikatakan bahwa:
"Orang yang bisa menguasai dirinya
melebihi orang yang merebut kota"

Kuat di dalam mengasihi dan memberi. Jangan malah melarikan diri dari kenyataan hidup, melainkan bisa memberi maaf dan pengampunan. 
Contohnya adalah istri yang memaafkan suaminya yang membawa selingkuhannya ke rumah mereka. Istri ini berdoa pada Tuhan dan menyerahkan permasalahannya pada Tuhan. Pada akhirnya suaminya melihat sendiri wanita selingkuhannya tersebut pergi berduaan dengan pria lain. Istri tersebut adalah wanita yang kuat yang bersedia memaafkan kesalahan suaminya. Akhirnya suami meminta maaf pada istrinya dan mereka kembali hidup rukun.

Pada saat mendengarkan cerita ini temanku melirikku beberapa kali, dan akhirnya mengatakan bahwa aku sangat kuat. Iya, kuakui hal itu, sebab yang lain ada juga yang bilang begitu.

Wanita juga harus trampil mengatur dan mengelola rumah tangganya dengan baik, ini juga salah satu wanita yang kuat.

Wanita seharusnya tidak lari dari masalah tapi berani menghadapi masalah tersebut sampai ia menang terhadap masalahnya.

Cara menjadi wanita yang kuat:
  1. membangun hubungan pribadi yang kuat dengan Tuhan;
  2. berpegang teguh pada Tuhan dan menjadi firman Tuhan.
Adalah merupakan anugrah bagi kita apabila menjadi wanita kuat maka suami akan menjadi pria yang sukses.
Aku berbisik pada temanku: "Setelah sukses ditinggal pergi he he he". Aku menertawakan nasibku sendiri. Temanku hanya tersenyum.
 
Ibadah Kaum Wanita berakhir di pukul 20.15.

Artikel Terkait :

Tuesday, March 25, 2014

Pengin Pergi

Pengin Pergi


Kalo ada GA tentang perjalanan ke mana yang kamu inginkan atau perjalanan yang pernah dilakukan yang mengesankan ...................... aku pasti gak ikutan. Pengin ikutan, itung-itung buat ngisi blogku, tapi apa yang mau diceritakan? 

Bukannya aku tak pernah pergi, tapi ..... rasanya semua perjalanan yang aku lakukan tak berkesan dan tak pantas buat diceritakan. 
Di dalam negri, tempat paling jauh di mana aku pernah menjejakkan kaki adalah Pulau Bali, sementara di luar negri adalah Singapura dan Malaysia. Tak ada yang berkesan, semua terasa biasa-biasa saja. 

Bicara tentang perjalanan, maka aku pasti teringat waktu aku masih SMA. Waktu itu akan diadakan semacam karya wisata ke Kediri. Yossie, ketua OSIS yang waktu itu naksir aku, demikian juga aku sebaliknya, mendatangi kelasku. Dia menyatakan kegirangannya saat tahu kalo aku mau ikutan. Tetapi ternyata orangtuaku tak membolehkan aku ikut. Dan, acara itupun juga bukanlah merupakan kewajiban bagi seluruh siswa. 

Tibalah waktu untuk pergi ke Kediri, aku gak jadi ikut. Rasa kecewa mendalam sangat kurasakan sampai detik ini bila mengingatnya. Ibuku hanya memberiku sebuah majalah remaja. Aku membaca tapi cemberut, kuhela nafas panjang beberapa kali. Melihat itu ibuku marah-marah. 

Sementara di sana, Yossie selalu mendekati teman sekelasku Evi, bertanya-tanya tentang aku. Hal ini aku ketahui karena Evi menceritakan semuanya. Tetapi tentu Evi tak bercerita tentang fitnah-fitnah tentangku yang diceritakan pada Yossie. Sejak itu Yossie tak mendekatiku lagi. Cinta pertamaku kandas sudah. 

Padahal Yossie adalah satu-satunya "orang dekat" yang seiman. Setelahnya belum pernah aku temukan "teman dekat" yang seiman lagi. Kabar terakhir beberapa tahun yang aku tahu lewat facebook, dia sekarang bekerja di Mabes Polri Jakarta. Lagi-lagi orang hukum, dan lagi-lagi Jakarta. Betapa Jakarta banyak menyimpan cinta.

Cukup, aku tak mau cerita lagi tentang hal itu. Hidup itu harus berjalan, sementara aku tak pernah merasakan adanya cinta pertama. Aku melewatinya begitu saja, tapi ini bukan mauku. 

Betapa iriku saat mendengar mereka dengan riangnya menceritakan tentang pengalaman mereka bepergian dengan yang dicinta. Meskipun tempat tujuannya bukanlah tempat-tempat yang mewah tapi “bersama dengan siapa” nya itulah yang membuat mereka gembira. 

Pernah aku pergi ke Bali dengan “seseorang”, tapi aku tahu bahwa dia mengenang “seseorang”-nya. Aku lirik, matanya menutup, tapi ketika matanya terbuka, matanya nampak sembab. Jadi buat apa aku pergi “dengannya” jauh-jauh kalo dia memikirkan yang lain yang jauh? Kurasa itu cuma hal percuma. 

Bepergian atau travelling sebenarnya adalah hobiku, tapi apa daya belum ada hal yang mendukung. Ya sudah terima dulu kenyataan ini. 

Suatu saat aku ingin menjejakkan kaki di negri orang–orang lain. Semoga. Dan, tentu bersama “yang dicinta”. Semoga. 

Artikel Terkait :


 <iframe frameborder="0" src="http://kumpulblogger.com/machor.php?b=214763" width="100%" height="200px" marginwidth=0 marginheight=0 ></iframe>