Mengapa kamu katakan hal itu bila hanya untuk mengecewakanku? Ibarat kamu telah menerbangkanku ke awan kemudian membiarkanku jatuh mencium bumi. Tak sedikit pun kamu berusaha menangkap tubuhku. Seharusnya kamu tahu bahwa hal ini menyebabkan hatiku terluka parah. Bilur-bilur luka kembali menganga. Sungguh kamu telah berbuat tega padaku. Mengapa kamu lakukan hal ini?
Kamu katakan ingin menikahiku, hanya bercanda ya? Padahal kamu tahu bahwa hatiku tidak sedang bercanda. Hal itu sudah melambungkan anganku akan sebuah keluarga yang bahagia dan normal. Aku teramat sangat kecewa akan banyolanmu yang tak lucu, yang kamu katakan dengan kesungguhan.
Jarak kita hanyalah 571 KM, jadi sangat mengherankan kalau kamu belum juga mengunjungiku dengan jarak yang sedekat itu. Katanya jarak bukanlah penghalang. Kamu bisa menempuhnya hanya sekitar satu jam terbang. Lagi pula kamu sudah dua kali berjanji akan mengunjungiku. Dan, kedua janjimu itu kamu ingkari sendiri.
Kini, aku benar-benar tak lagi mengharapkanmu datang, terlebih menikahiku. Teganya kamu memberiku harapan palsu. Hidupku sedang merana, jadi sekecil apapun harapan tentu bisa mencerahkanku. Namun apabila harapan tinggal harapan, maka timbullah kekecewaan yang dalam.
Aku mencoba mengerti tentang kamu, tentang perbedaan agama, tentang perbedaan suku, tentang perbedaan usia, dan tentang perbedaan yang lainnya. Yang tak aku mengerti adalah janji-janji palsumu. Bila ku ingatkan hanya kata maaf yang terucap, itupun sekedar permintaan maaf basa-basi. Tak sungguh-sungguh minta maaf. Satu kata lagi yang sering kamu katakan adalah agar aku bersabar. Sabar bisa saja menunggu tapi usia tak bisa menunggu.
Balasan sms yang pendek-pendek darimu mengindikasikan adanya kebosanan dan rasa ilfil. Balasan sms yang sekedarnya lebih bagus daripada tidak membalas sms sama sekali, dan lebih bagus daripada sms yang gagal terkirim.
Sekarang kukatakan bahwa aku belum pernah bahagia dalam cinta. Ini untuk kesekian kalinya aku terjerembab dalam kubangan cinta. .
0 comments:
Post a Comment