Sudah beberapa hari ini dia sakit. Itu berakibat dia tidak mau makan, hanya bisa berbisik lirih dan tubuhnya jelas lemas sekali, tak berdaya. Ingin kubawa dia ke dokter tapi aku tidak tahu tempatnya.
Kukira perkelahian itulah penyebabnya. Dia diserang bapaknya sendiri. Aku tak sempat melerainya, aku hanya mendengar perkelahian itu dari dalam kamar. Kukira takkan berakibat seperti ini.
Susu yang kusediakan tak sedikitpun mau diminumnya. Aku sedih sekali. Yah, mau gimana lagi. Umurnya boleh dibilang remaja kecil. Beberapa hari ini aku tak bisa bercanda dengannya. Rasanya sepi sekali. Meskipun ada lagi beberapa yang lain, tapi aku sangat suka dan tertarik banget dengan Si Gery ini. Sikapnya selalu ceria, suka usil mencandai saudaranya dan merebut makanan yang sudah dipegang yang lain. Usil banget tapi juga lucu banget. Wajahnya ganteng. Aku jadi gemes banget. Warna bulunya perpaduan antara abu-abu dan putih, maka kuberi nama Gery dari kata grey.
Dia suka sekali tidur di dadaku. Mungkin karena dadaku hangat dan bisa terdengar detak jantungku. Dia lebih dekat denganku, juga Hane maminya.
Hari ini kesehatannya menurun drastis, suka menyendiri tidak mau diganggu apalagi digendong. Dia tadi mendekam di tempat air-air, tangan dan kakinya mulai melemah gerakannya lamban. Oh itu pertanda!
Tadi malam, sehabis aku pulang dari rumah tetangga sebelah yang habis melahirkan, aku mendengar Dinda, anakku memanggil-manggilku:" Ma Gery ma Gery!". Perasaanku sudah tidak enak. Benar saja kulihat Gery dengan nafas yang tinggal satu satu. Nampak sangat kesulitan bernafas dan bernafaspun menggunakan mulutnya, seperti ada yang menyekat rongga pernafasannya.
Dadanya naik turun dengan nafas yang sulit, sepertinya dia sedang sekarat. Mulutnya tidak bisa mengatup. Dan, kaki dan tangannya bergerak menjejak-jejak sehingga tubuhnya berputar 180 % seakan ingin menghadap ke arahku. Dengan suaranya yang lirih dia memandangku. Kedua tangannya mengejang lurus ke depan, kaku. Akhirnya tubuhnya tak bergerak lagi, mati. Aku menangisi Gery. Kupanjatkan doa untuk Gery. Aku merasa sangat kehilangan. Selamat tinggal Gery, kucingku yang ganteng. Bermain-mainlah di sana di taman surgawi.
Gery adalah kucing kecilku yang ganteng. Aku berkawan dengan kucing sejak kecil. Kucing adalah teman sejati menurutku. Terkadang aku sampai kesulitan nafas akibat asma yang kemungkinan disebabkan oleh kucing. Bila sudah begitu aku langsung lari ke RS Dr Oen yang berjarak sekitar 5 km dari rumah untuk sekedar diuap di UGD.
Aku memang pecinta kucing sejati. Rasanya tak bisa aku dipisahkan dengan kucing dalam hidupku. Bila memungkinkan aku pasti memelihara kucing.
Yang pernah kudengar, bahwa kucing adalah peliharaan orang-orang yang kesepian. Jadi aku kesepian? Begini lamanya?
0 comments:
Post a Comment