Tiba saatnya ambil rapot hasil ulangan tengah semester kemarin. Jelas aku belum bisa mengambilnya. Meskipun aku sudah keluar dari rumah sakit tetapi wajahku masih nampak memar. Untuk hal itu Dinda meminta papanya untuk mengambilnya di sekolah.
Pada akhirnya papanya memang datang ke Solo bersama istri barunya. Siang itu papanya langsung ke sekolah untuk ambil rapot setelah sebelumnya buat janji dulu dengan guru walinya.
Mereka menginap semalam di Hotel Sahid Jaya Solo. Malahan Dinda disuruh menginap di hotel juga bersama mereka. Katanya tarif perkamarnya 1,7 juta. Wow! Kegiatan mereka, aku tak tahu pasti. Berbelanja, itu pasti.
Aku bersiap jika sewaktu-waktu dia atau mereka datang menengokku. Ternyata sampai waktu mereka check out dari hotel dan terbang kembali ke Jakarta, tak ada tanda2 dia atau mereka akan datang. Ya sudahlah tak apa-apa.
Sebenarnya dia, mantan suamiku itu sudah berada di Solo namun sayang tak ada keinginannya untuk menengokku. Tadinya ada SMS dari Dinda kalau dia dan papanya akan datang, tapi ternyata enggak jadi datang, bingkisan atau entah apa pun juga tak dititipkan lewat Dinda.
Kata teman di WA, salah satu perempuan yang patut dihargai adalah perempuan yang melahirkan anak2nya. Aku kan telah melahirkan anak semata wayangnya, kok gak dihargai ya?
Ah, pemikiran manusia memang berbeda-beda. Kalau dia membenciku, sangat membenciku, atas dasar apa? Aku sangat sangat tak mengerti. Seakan permusuhan saja yang dibentangkan denganku. Bukankah aku sudah penuhi semua keinginannya? Mengapa tak dibalas dengan pengertiannya?Otakku tak habis berpikir tentang hal ini. Aku tak mengerti jalan pikirannya.