Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Sunday, November 23, 2014

Tanya Dalam Hati

Tanya Dalam Hati

Tiga orang yang aku hubungi belum membalas sms dan bbmku. Terlihat seorang di antaranya telah membaca bbmku tapi kemudian menandainya sebagai belum terbaca, D. Pikiranku semakin melayang-layang tak karuan. Benarkah ada acara pernikahan itu seperti yang aku pikirkan? 

Kemarin budhenya sms aku, sms yang kedua berbunyi:”Mbak lia saya bude susi pakde cuma pusing kayak migren kalau ditinggal kasihan padahal sudah jahit baju ha haha mbak wiwik juga nggak ikut katanya juga sakit kapan2 ketemu ya”. Lalu aku bertanya:”Sy jg pengin ketemu budhe, emang ada acara apa?” Tak dijawab. Kemudian aku sms lagi:” Nikahan ato apa?” Lagi-lagi tak dijawab. Aku menjadi berpikir yang tidak-tidak. 

Aku mencoba menganalisa sms dari budhe. Kata-kata menjahit baju, tentu ada acara spesial sampai budhe menyempatkan menjahitkan baju yang memang untuk acara itu. Ditinggal seberapa lama emangnya? Kalo cuma di dalam kota aja toh tak membutuhkan waktu lama. Mbak Wiwik memang gak akan mendukung dengan hal-hal yang tak disukainya. 

Benarkah mantanku menikah? Sebetulnya itu bukan urusanku lagi sih, tapi kenapa tak ada kata-kata sedikit pun untukku? Bukankah ini menyangkut anakku dengannya? Boleh saja tak menganggap aku tapi lunasi dulu semua janjinya. 

Ketika anakku menyampaikan kebosanannya di rumah dan keluhannya akan ayahnya yang tak pernah menjenguknya, kemudian dia mengajak anakku berlibur ke Jakarta. Dia menyuruh anakku mengajukan izin tidak masuk sekolah hari Sabtu dan Senin ini. 

Lalu apa ada hubungannya dengan sms dari budhe kemarin? 

Hari Senin ini anakku pulang ke Solo, aku menunggu ada kabar apa aja.

Saturday, November 22, 2014

Bagaimana Mungkin?

Bagaimana mungkin .... ?

Pernah di suatu pagi menjelang siang yang cerah di hari Minggu, aku dan Dinda anakku bermaksud makan di tempat makan yang beda dari biasanya. Sebuah warung makan telah kami sepakati untuk datangi. Aku mendapatkannya dari internet. 

Setelah mencari dan mencari akhirnya sampai juga di tempat yang dimaksud. Sebuah warung terbuat dari pagar bambu terletak di pinggir jalan besar dan sedang ramai pengunjung. Yang nampak hanyalah mobil dan mobil, aku mencari parkiran sepeda motor tapi tidak terlihat, tukang parpir pun juga tidak terlihat. Aku menjadi ragu untuk memarkir motorku. 

Terdengar canda tawa anak-anak, juga obrolan orangtua. Cukup riuh. Tiba-tiba aku menjad jengah. Pada akhirnya aku pun ragu untuk makan di tempat itu. Dinda pun bersikap yang sama. Akhirnya aku tidak jadi memarkir motorku di situ. Diam-diam aku balikkan arah motorku menuju ke jalan besar. 

Bukan tentang harga makanannya yang mungkin juga lebih mahal dari biasanya kami makan, tetapi ada hal yang lebih dari itu yang menjadi pemikiran kami. Barangkali Dinda pun berpikir yang sama. Kami merasa bukan menjadi bagian dari kebahagiaan mereka yang sedang makan di situ. Keluarga-keluarga bahagia yang datang bersama anak-anak mengendarai mobil dan bisa bercanda bebas menikmati artinya berkeluarga. Tiba-tiba air mataku menenes, mungkin begitu juga dengan Dinda. 

Bagaimana mungkin aku dan Dinda makan di situ dengan mendengarkan celotehan dan obrolan bahagia mereka, sementara kami bukanlah keluarga yang utuh, sejahtera dan bahagia seperti itu? Cengeng? Itu hanya pikiran orang yang tak mengerti saja. Bagaimana hati kami meronta selama ini mendapatkan perlakuan yang begini rupa dari mantanku. 

Air mataku menetes deras ...... saat ini.

Thursday, November 13, 2014

Kolom Agama di KTP Dan Perkawinan Beda Agama

Kolom Agama di KTP Dan Perkawinan Beda Agama

Aku mengetahui lewat televisi bahwa kolom agama di KTP akan dihilangkan, benarkah? Bukankah negara kita, INDONESIA adalah negara yang berketuhanan? Dengan demikian maka setiap warga negara diharapkan memeluk salah satu agama. Memang ada beberapa agama yang tidak diakui di Indonesia. Indonesia hanya mengakui enam agama, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Khonghucu. 

Wapres Jusuf Kalla dalam menanggapi hal ini mengatakan bahwa tidak akan ada peraturan seperti itu, yang ada hanya kolom agama di KTP dikosongkan bila orang menganut agama yang tidak diakui di Indonesia. Dasar pemikirannya adalah hak asazi manusia. Kalo memang itu tujuan pengosongan di kolom agama, menurutku tidak apa-apa. Jadi tidak ada pemaksaan bagi warga negara yang menganut agama tertentu yang tidak diakui di Indonesia untuk mengisi kolom agama dengan salah satu dari keenam agama yang diakui. Yang jelas kolom agama di KTP masih tetap ada. 

Lalu bagaimana bila kolom agama di KTP benar-benar ditiadakan? Bukankah agama merupakan salah satu ciri atau identitas dari seseorang? Terkadang aku melirik orang yang sedang membawa KTP, antara lain untuk mengetahui agamanya. Menurutku mengetahui agama yang dianut seseorang sangat penting. Dengan mengetahui agama orang lain, maka kita dapat berhati-hati bila terlibat dalam pembicaraan yang menyangkut agamanya. Dalam hal ini toleransi antar agama sangat penting. Identitas agama juga penting untuk orang yang sakit bahkan meninggal dunia, sehubungan dengan tata cara mendoakan. 

Selain kedua hal tersebut, ada hal sangat penting mengapa kita harus mengetahui agama orang lain, yaitu tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam mencari jodoh. Menurutku hal pertama yang harus diketahui adalah agama yang dianutnya. Tentang bagaimana sebuah hubungan akan berlanjut atau tidak, toh hal terpenting sudah diketahui yaitu agamanya. 

Hukum di Indonesia tidak mengatur tentang perkawinan bega agama. Perkawinan beda agama hanya ada di Gereja Katholik. Dalam hal ini, bagaimana dengan penganut agama yang lain? Barangkali saja penganut agama yang lain tidak akan menganggap sah perkawinan beda agama tersebut. Sejauh ini belum ada peraturan resmi dari pemerintah tentang hal ini. 

Bila memang kolom agama di KTP akan dihilangkan karena melanggar hak asazi manusia, maka seharusnya perkawinan beda agama di Indonesia dibuatkan peraturan secara khusus. Perkawinan beda agama merupakan hak asazi manusia juga. Janganlah kita sebagai Warga Negara Indonesia dikotak-kotakkan berdasar agamanya. Jadi kesimpulannya adalah bila kolom agama dihilangkan, maka perkawinan beda agama diizinkan. 

Sunday, November 9, 2014

Aku Kangen Binggo

Aku Kangen Binggo

Binggo adalah seekor kucing blasteran liar yang suka main ke rumah bersama kedua temannya. Tapi sekarang Binggo tak ada lagi, kemungkinan besar sudah dibuang tetanggaku. Memang benar bahwa Binggo bukanlah kucingku tapi aku sudah terlanjur sayang padanya. 

Sudah dua kali aku membelikannya sekantung besar makanan kucing, Wiskas dan makanan kucing kiloan yang aku beli di petshop. Dia suka sekali memakannya. Hanya Binggo saja yang kuberi makanan itu, sementara kedua kucing lainnya hanya aku kasih icip-icip aja. Kini Binggo telah raib. 

Sudah dua kali pula aku menyelamatkan Binggo yang tercebur sumur. 
Pertama, aku hanya membantu mengangkatnya dari ember timba yang baru saja dinaikkan dari dalam sumur. 
Kedua, aku benar-benar menyelamatkannya sendirian, yang lain cuma nonton. Binggo terjatuh dari atap karena berkejar-kejaran dengan temannya atau musuhnya. Suara bedebum byur sangat mengagetkanku. Saking bingungnya, bukannya aku menengok sumur dekat rumah tapi aku malah lari ke belakang sumur itu dengan jalan memutar. Tentu saja tak ada yang jatuh di sumur belakang itu. Aku buru-buru balik ke rumah. Terlihat beberapa tetangga sudah berkumpul mengelilingi sumur dengan lampu yang terang banget. Ternyata Binggo yang terjatuh. Benar dugaanku. Aku sangat panik. Aku mengambil alih memegang timba. Aku ayun-ayunkan ember timba agar dekat dengan tubuhnya. Berkali-kali gagal karena Binggo berubah-ubah posisi, mungkin sama paniknya denganku. Akhirnya Binggo berhasil memegang tali timba dengan kedua cakarnya yang mencengkeram. Syukurlah Binggo selamat. Segera aku handuki dan aku peluk. Binggo bukan jenis kucing yang manja, jadi dia tidak mau diperlakukan seperti itu. Binggo berlari masuk rumah. 

Oh Binggoku sayang. Kini tak ada Binggo lagi. Terkadang aku melihat ada kucing yang mirip Binggo, blasteran anggora juga. Bisa dipastikan itu saudara-saudaranya. Binggoku sayang, kucing yang baik hati kini telah pergi entah ke mana. 

Aku yakin sekali bahwa Binggo sengaja dibuang. Tak mengertikah mereka bahwa Binggo sangat berarti bagiku yang kesepian. Tidakkah mereka pernah mendengar bahwa Binggo sering aku “kudang-kudang” seperti ke anak kecil? Tidak punya perasaankah mereka sehingga tega berbuat seperti itu kepadaku, kepada Binggo dan kepada si hitam? Kalo membuang kenapa tidak keduanya sekaligus jadi Binggo dan si hitam bisa bersama meski di tempat yang jauh? Si hitam itu sangat lemah sangat tergantung pada Binggo, sering bersikap menyusu pada Binggo padahal Binggo kan kucing cowok. Binggo adal ah kucing paling baik hati yang pernah kutemui. Ditarik bulunya pun tidak marah, diinjak pun tidak marah. Aku kangen Binggo. 

Setiap pulang ke rumah, Binggo selalu berlari mendekat seolah minta oleh-oleh. Binggolah yang pertama kali aku cari bila pulang ke rumah. Kini Binggo tak ada lagi, entah di mana. Kuharap Binggo dan si hitam diberi makanan yang cukup, diberi perlindungan, diberi tempat tinggal yang layak dan semoga ada yang mengadopsi keduanya, meski terpisah. 

Pertama kali aku tinggal di rumah ini, kucing-kucing itu suka main ke rumah. Barangkali saja karena aku sangat familiar dengan kucing, jadi mereka merasa nyaman dan aman. Para tetangga beranggapan bahwa akulah yang memelihara mereka, padahal aku sekedar memberi mereka makan. 

Suatu pagi aku sangat kaget karena ada seorang tetangga yang bilang : “Mbak kucingnya itu lho berak di depan rumah”. Aku terkejut dan terpana, tak seucap kata pun yang keluar dari bibirku. Aku tak mau bersitegang dengan tetangga sendiri. Aku sangat heran baru kemarin aku datangi rumahnya menjenguk nya yang habis melahirkan dan tentu saja aku membawa bingkisan. Eh paginya dia kok seperti itu. Perasaanku mengatakan ada yang tak beres. Pada tetanggaku yang lain yang masih familinya, aku mengelak memelihara mereka, aku hanya memberi mereka makan. 

Aku mengerti bahwa kami tinggal di daerah kumuh yang sempit yang tidak memungkinkan untuk memelihara binatang. Maka dari itu aku meninggalkan kucing-kucingku di rumah yang lama. Terpaksa. 

Beberapa lama kemudian aku mendengar ada tetangga yang menawarkan ke tamu siapa yang mau mengambil kucing itu. Tetangga ini adalah bulik dari orang itu dan mengasuh bayinya di saat dia bekerja. Di lain waktu aku mendengar desas desus dari keluarga tersebut bahwa sebaiknya kucing-kucing itu dibuang saja. Namanya juga kucing jadi berak di tempat sembarangan. Sebenarnya kalo dibiasakan atau dikasih tahu, kucing juga bisa berak di tempat tertentu saja seperti kucing-kucingku di rumah yang lama. Kusadari Binggo hilang setelah lebaran. Pertama si hitam dulu yang hilang. Barangkali saja mereka mengira saat lebaranlah yang tepat untuk membuang kucing-kucing itu karena aku mudik. Nyatanya lebaran pun aku masih di rumah. Jadi entah kapan mereka dibuang. 

Barangkali sudah menjadi watak dasar manusia, yaitu EGOIS. Aku tahu bahwa dia yang habis 
melahirkan itu tidak mau direpotkan dengan hal lain yang dapat mengganggu kebahagiaannya. Lalu orang lainlah yang dirugikan, yang notabene adalah aku. Aku tahu bahwa dia MASIH punya suami, punya anak cewek dan anak cowok, sudah punya rumah yang sedang dibangun, suaminya diberi kepeercayaan boleh membawa mobil sedan dari kantor, keduanya pun bekerja. Lengkap sudah kebahagiaannya. Paling tidak itu yang terlihat. Coba bandingkan dengan aku ... hu hu hu ... Dia tak mau kebahagiaannya terganggu. Dia maunya orang lain mendukung kebahagiaannya, persetan dengan orang lain. Padahal Binggo adalah sebagian dari kebahagiaanku yang sedang kesepian. Jelas dia tak mau berpikir sejauh itu, pikirannya tak sampai. Ya sudahlah tak apa-apa. Aku pun juga tak menanyakan pada mereka tentang Binggo dan si hitam. 

Keinginanku suatu saat bila aku dapat menempati rumah sendiri yang lumayan besar, aku akan memelihara kucing-kucing Persia atau Anggora untuk dikembangbiakkan dan dijual.Adalah merupakan hobiku memelihara kucing. Aku adalah pecinta kucing sejati, kucing di jalan pun aku sapa. Semoga aku dapat mewujudkan keinginanku ini, hobi yang menghasilkan.

Friday, November 7, 2014

Aku dan Para Pria

Aku dan Para Pria

Ini ceritanya tentang para pria yang coba mendekatiku dalam seminggu terakhir ini. 

Satu 

Suatu hari aku bermaksud mengunjungi seorang teman maya yang sedang mondok di rumah sakit di kotaku, sementara dia berasal dari kota lain. Sebelumnya aku bertanya :”Pengin dibawain apa?” Eh dia minta dibawain gado-gado tanpa bumbu sambal dan mayonaise. 
Pagi-pagi aku cari gado-gado dulu sampai agak jauh dari rumah. Masih pagi jadi belum banyak warung makan yang sudah siap gado-gadonya. 
Akhirnya aku dapatkan juga warung yang jual gado-gado dan sudah siap saji. Aku membeli dua bungkus gado-gado tanpa bumbu sambal, kemudian mampir ke sebuah mini market untuk membeli sebotol besar mayonaise, adanya ukuran yang segiitu. 

Sesampai rumah sakit aku mesti menunggu sampai jam bezuk. Sebenarnya aku udah diberitahu teman tentang jam bezuknya, tapi temanku ini ngeyel katanya aku boleh masuk dengan mengaku sebagai keluarganya. 
Sampai di portal dekat ruangannya ternyata ada satpam yang menanyaiku dan memintaku menunjukkan kartu, tentu saja aku tidak membawa kartu yang dimaksud. Aku menunggu sebentar, baru kemudian satpam tersebut mempersilahkan aku masuk. 

Temanku ternyata baru saja pindah ruangan ke ruangan vip. Ruangan ber-ac dan tv serta kamar mandi, juga dilengkapi sofa itu kumasuki. Baru kali ini lho aku dan dia ketemu, maklumlah dia teman di dumay. Rencananya aku akan bezuk bareng temen, tapi dia maunya aku datang sendirian. Ya sudah. Aku menyerahkan pesanannya, dia senang menerima kedatanganku. Eit eit sakit kok gitu sih? Tangannya itu lho. Piye to iki? Ya aku menolak secara halus. 

Dia bilang keluarganya tidak ada yang menengok., bahkan dia datang sendirian ke rumah sakit itu. Ada apa ya? Mungkin juga karena sudah biasa seperti itu, ada kesibukan atau ada masalah. Tak pentinglah bicara soal itu. 

Beberapa hari setelah dia pulang, dia sms ngajak ketemuan karena dia mesti kontrol ke rumah sakit itu. Awalnya aku menyanggupi tapi pada akhirnya aku menolak. Dia kan mau ngajak bercinta, jadi aku tidak maulah. Aku bukan janda gatel, kalo gatel ya digaruk sendiri he he he becanda. 

Bagaimana pun aku mesti memberi contoh yang baik buat anak gadisku. Aku tidak boleh sembarangan apalagi bercinta dengan sembarang pria. Enaknya Cuma sebentar tapi bisa-bisa akibatnya berkepanjangan. Iya kalo enak, kalo tidak enak dan ada akibatnya? Berabe. Jadi mending gak usah macam-macamlah. 


Dua 

Temenku yang biasa benerin komputer/laptop memang sudah biasa mampir ke rumah sekedar ngopi. Dia kerja sebagai marketing property jadi waktu untuk keluar kantor tentunya fleksibel. Kemarin dia ke rumah langsung masuk aja dan langsung ke kamar melihatku sedang tidur dengan daster yang tersingkap. Aduh! Barangkali saja dia sudah lama melihatku begitu sebelum kemudian memanggilku.
Katanya aku seksi memakai daster itu.Ya iyalah dia melihat pahaku. 

Aku memang terbiasa membuka pintu depan dan samping meskipun aku sedang tidur. Rasanya kok sumpek kalo ada pintu yang tertutup. 
Aku percaya tak akan pencuri yang masuk. Tapi ... ya begitulah, bukan pencuri barang kok. 


Tiga 

Tadi ada tetangga yang bilang kalo familinya mau nikahin aku, anaknya pun sudah setuju. Yang ini bukan tetanggaku dulu itu yang pernah aku ceritakan.Tapi katanya aku harus mau pindah agama. Jelas aku tidak mau pindah agama. Aku kembali ke agamaku saja ada pengorbananku secara materi kok. Apalagi dia hanya mampu mengontrakkan rumah untukku, padahal aku penginnya bisa kembali memiliki rumah sendiri. Bahkan cita-citaku adalah bisnis di bidang property dengan cara membeli dan menjual kembali rumah tersebut, begitu seterusnya.