Telah kubuat fondasi monumen cinta ini hampir dua tahun lalu di kala hati tercabik dan terkoyak oleh cinta terlara. Kini, cinta terlara telah kuhapuskan dari hatiku. Sebagai gantinya kudapatkan lentera cintaku. Pada akhirnya cintaku pun bersambut oleh cintanya. Aku tahu bahwa dia pun juga menaburkan benih-benih cintanya padaku telah lama selama aku berbuat hal yang sama padanya.
Bermula dari sebuah sapaan kecil di facebook darinya di suatu siang yang cerah. Aku terperangah dan tergagap oleh sapaan sederhana itu. Betapa tidak, aku telah sangat terpukau oleh gambar profilnya yang nampak gagah dalam balutan seragam kecoklatan dan tatapan matanya yang misterius, dahulu. Dan, oleh karenanya aku kirimkan permintaan pertemanan padanya. Aku tak tahu sejak kapan pertemanan ini terjalin. Yang aku tahu tiba-tiba dia menyapaku.
Perbincangan hangat dan akrab begitu saja terjadi. Dia sampai menunda makan siangnya karena asyiknya berbincang denganku. Aku tahu bahwa aku telah jatuh cinta. Hatiku berbunga-bunga dan senyumku merona cinta. Aku merasa heran bahwa aku bisa jatuh cinta lagi setelah sekian lamanya. Dan, aku telah jatuh cinta padanya yang berbeda usia puluhan tahun dariku. Nampaknya beda usia tak menyurutkan langkahku.
Beberapa kali perbincangan terjadi sebelum sesuatu yang tak kuharapkan terjadi. Dia memutuskan hubungan dan menyuruhku melupakan semua. Aku dirundung rasa sedih yang mendalam. Berhari-hari bahkan berminggu-minggu aku tak bergairah menjalani hidup. Ini memang salahku. Monumen belum lagi berdiri kokoh ketika aku menghiasinya dengan berbagai ornamen kata. Monumen runtuh perlahan karena tak kuat menahan hamburan kata-kata dariku.
Aku yang ekspresif telah menuangkan segala perasaan gembiraku di status facebook. Berbagai puisi dan semua gejolak hatiku padanya telah kuhamburkan di facebook. Rupanya dia tak suka dengan perilakuku. Aku terhenyak, kesadaranku menghilang seperti kehilangan separuh jiwaku yang dia bawa pergi. Aku terduduk kaku memegang kedua kakiku. Aku terpuruk oleh cinta yang sangat aku agungkan.
Namun demikian, tak menyiutkan hatiku untuk tetap menempatkan dia di suatu ruang tersembunyi di hatiku. Tak dapat kupungkiri bahwa aku memang sangat mencintainya. Meski hari demi hari kulalui dalam sepi, tetapi dalam hatiku ada dia sebagai penghuni tunggal. Dia sedikitpun tak menggubrisku, aku tahu itu. Namun bagiku hanya ada dia dan dia seorang saja. Berbagai kumbang yang mencoba menghampiriku, tak satupun yang dapat meluluhkan hatiku.
Aku telah menempatkan dia sebagai “teman dekat”-ku di facebook. Dan, aku selalu bercerita padanya tentang segala hal yang ku alami. Meski tak sepatah kata pun membalasku, namun aku tahu dia selalu mengikutiku. Dia juga bersedia membantu kesulitanku di dunia maya. Aku tahu bahwa dia ada di media sosial manapun yang ku ikuti. Aku merasa senang bahwa dia selalu ada untukku, meski tanpa kata.
Biasanya setiap hari aku sempatkan untuk online, tetapi karena kesibukan kepindahanku aku terpaksa libur online. Di malam pertama aku tinggal di rumah ini, ada pesan singkat ucapan Natal dan panggilan masuk yang mengatakan bahwa dia sedang berada di Yogyakarta. Pesan singkat dan panggilan tanpa nama itu tak kuhiraukan. Baru belakangan aku ketahui bahwa semua itu adalah darinya.
Sejak itu dia semakin sering menghubungiku. Sayang dan rindu adalah ungkapannya. Aku yang masih tak percaya ini memerlukan bukti cintanya. Dia mengatakan akan memberikan bukti cintanya bila bertemu nanti. Dia pun telah kuperkenalkan pada anakku semata wayang. Penerimaan dari anakku membuatnya semakin mantap mencintaiku. Dia akan berkunjung ke Solo dalam beberapa minggu lagi.
Aku tahu bahwa tak ada yang kebetulan terjadi. Begitu juga dengan perkenalan kami ini. Semoga dialah jodoh yang akan dikirimkan Tuhan untukku. Tak selamanya aku pantas menderita. Kini kusongsong masa bahagiaku. Tuhan, mohon satukan kami sebagai satu keluarga kecil yang bahagia.
Dialah LENTERA CINTA-ku
"Blogspot ini diikutsertakan lomba BLOG CINOMERS"