Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Thursday, February 6, 2014

Menulis Dengan Gamang



Entah kenapa akhir-akhir ini pikiranku seolah buntu untuk menulis. Benar-benar kehilangan ide. Betapa begitu banyak yang ingin kutuliskan namun kurasa tak pantas untuk dituliskan. 

Aku menjadi gamang, berdiri kaku tanpa langkah yang jelas. Padahal ide-ide kreatif itu meluap-luap ingin dimuntahkan, tetapi tak boleh. Aku harus lebih hati-hati lagi dalam menulis, setelah beberapa waktu lalu ada beberapa orang yang merasa tersinggung atas tulisan-tulisanku yang sangat jujur apa adanya. 

Memang waktu itu tanpa tedeng aling-aling kumuntahkan hampir semua uneg-unegku karena aku merasa tak tahan lagi dengan semua kejadian yang menimpaku. Ancaman bahwa aku akan diperkarakan atas nama pencemaran nama baik membuat hatiku ciut. 

Kejujuran yang murni tak bisa diterima oleh manusia pada umumnya. Kejujuran mestinya diselubungi kain putih halus hingga kejujuran menjadi bias. 
Alangkah mirisnya bila kejujuran dipermasalahkan. 
Haruskah aku hidup penuh kepura-puraan? 

Aku ingin segera bebas lepas dari semua himpitan dan deraan ini. Aku ingin bebas mengungkapkan semua perasaanku, tapi bisakah? Bisa, tentu saja namun ada semacam tali yang mengikat jari –jemariku agar tak secara liar bermain di atas tuts keyboard. Ada semacam rem agar jari-jemariku tidak bergerak dengan liarnya. Rem itu bernama ketakutan. 

Menulis tak lagi bebas sebebas terbangnya burung merpati. Aku merasa menulis dalam kungkungan. Perasaan yang ada di dalam hati itu tidak boleh dituliskan secara telanjang. Bahasa-bahasa kiasan pun masih bisa dimengerti, atau malah salah dimengerti? 

Biar segala perasaan kusimpan saja sendiri. Tapi bukankah menulis menjadi semacam terapi bagi diriku? 
Bukankah kita akan menjadi lega setelah mencurahkan kegelisahan? Tak semua bisa menerima, terutama yang merasa tersentil bahkan tanpa sengaja. 
Bukankah menulis juga dapat membebaskan diri dari deraan batin? Menulis juga dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Ada yang bilang begitu sih. 

Baik yang tersentil karena menjadi penyebab kebahagiaan, terlebih menjadi penyebab penderitaanan, tak semua bisa menerima. Hidup memang aneh.

Saturday, February 1, 2014

HUKUM DAN KEADILAN (Kahlil Gibran)



Ketika rohmu sudah mengembara di atas angin, saat kau sendiri, tak berjaga-jaga dan terlena, detik itulah kau berbuat kesalahan pada orang lain, dan karena itu melakukan kesalahan terhadap dirimu sendiri pula. Untuk kesalahan yang telah kau perbuat itu, kau harus mengetuk, demi terbukanya pintu, dan menunggu diam-diam beberapa waktu, di gapura orang-orang yang dikaruniai restu. 

Roh sucimu laksana samudra, yang tiada ternoda sepanjang masa, bagaikan uap ether dia hanya kuasa mengangkat dia yang bersayap ke angkasa. Bagaikan sang suryalah dia, roh sucimu, tak dikenalnya liang-liang tikus, lubang-lubang ularpun dia tak tahu. Namun dalam manusia roh suci tiada sendiri. Dalam dirimu, manusia tetaplah masih manusia, sebagian dari padamu malah masih belum bersifat manusia. 

Dan sesosok bayangan makhluk kerdil tanpa bentuk, yang mengembara dalam tidurnya di tengah kabut, mencari kebangkitannya. Dan tentang dirimu sebagai manusia aku hendak bicara, sebab dialah, dan bukan roh suci dalam pribadi,bukan pula si kerdil yang dalam kabut meraba-raba, yang mengenali arti kejahatan dan hukuman yang menanti. 

Seringkali kudengar kau bicara tentang orang yang bersalah, seolah-olah dia bukan seorang kerabat, tapi asing bagimu, seseorang yang hadir di duniamu, bagai pengganggu. 

Tetapi aku berkata kepadamu, bahwa orang bijaksana dan paling keramat pun, tak mungkin lebih unggul derajatnya daripada percik api tertinggi, yang bersemayam tersembunyi dalam setiap pribadi. 

Maka oleh sebab itu, yang jahatdan paling watak pun, tak mungkin jatuh lebih hina, dariunsur terendah manusia, yang juga bersarang dalam dirimu. 
Dan karena sehelai daun pun tak dapat menguning tanpa sepengetahuan seluruh pohon, walau diam-diam. Demikian pulalah si salah tak dapat berbuat salah, tanpa keinginan nafsu sekalian manusia, walaupun terpendam. 
Laksana iring-iringan kalian berjalan, bersama menuju roh suci, kalian sebagai pejalan, sekaligus perintisjalan itu sendiri. Dan bila seorang di antaramu sampai jatuh tersandung, kejatuhan itu demi kebaikan mereka yang di belakang, sebuah peringatan adanya bahaya, batu yang menghalang. 

Ya, bahkan dia pun telah tersungkur lebih tegap dan lebih mantap, namun telah alpa menyingkirkan batu perintang jalan. Masih ada pesan lagi, walau mungkin ucapanku nanti akan berat membebani hati. Orang yang terbunuh, tidak bebas dari tanggungjawab pembunuhannya. Orang yang dirampok. Tidak terlepas dari sebab musabab perampokannya. Orang yang tertipu tak sepenuhnya suci dari sebab perbuatan si penipu. Dan orang yang jujur, tak seluruhnya bersih dari sebab perbuatan si curang. Ya, si durhaka seringkali jadi korban daripada korbannya. Dan lebih sering lagi di terkutuk menjadi kuda penanggung beban. 

Bagi mereka yang tanpa salah, serta tanpa noda. Tak dapat kita pisahkan antara yang adil dengan yang zalim, antara kebaikan dengan kejahatan, sebab keduanya tergelar di hadapan wajah sang matahari, sebagaimana benang tenun hitam dan putih suci, bersama membentuk sehelai kain. 

Dan bila sesekali putuslah benang hitam, penenun mestilah memeriksa seluruhnya, alat penenun pun diteliti pula. Pabila seseorang akan menghakimi wanita zinah, biaralh ia menimbang dahulu hati suaminya, dengan anak timbangan, dan mengukur jiwanya dengan pita ukuran. Dansilahkanlah ia, yang ingin mencambuk si durhaka menyelami lubuk hati yang dikhianati. 

Dan apabila seseorang akan menjatuhkan hukuman, atas nama Sang Hukum, demi tegaknya Keadilan, dia ayunkan kapak ke arah pohon yang dihinggapi setan, biarlah dia melihat dahulu akan pohon itu. Di sinilah akan didapatkannya, akar-akar kebaikan, akar keburukan, akar yang mengandung kemungkinan harapan, dan akar yang sia-sia, hanya berisi kemandulan. Semua teranyam dalamjalinan mesra di jantung bumi yang diam. 

Dan kalian, o hakim-hakim yang harus adil. Apakah hukuman yang kau jatuhkan padanya, meski jujur di dalam jasmaninya, ternyata curang di dasar hatinya. Putusan apa yang kau berikan kepada dia, yang menyembelih manusia, namun dirinya telah tersembelih dalam jiwa? Dan bagaimana pula kau tuntut si dia, namun juga terlukadan dendam jadinya? 

Dan apa tuntutanmu bagi yang berdosa yang telah tersiksa oleh penyesalan, melebihi besarnya tindak pelanggaran? Bukankah penyesalan merupakanpengadilan, langsung dijatuhkan oleh Sang Hukum, yang sungguh-sungguh ingin kau abdi> Mustahil engkau masukkan rasa penyesalan ke dalam hati orang yang tak bersalah. Pun pula mustahil kau akan mencabut niat taubat dari sanubari insan yang memang bersalah. 

Tanpa diminta, sesal yang pedih akan menyelinap di tengah malam, membangunkan manusia agar terjaga dan mawas diri dari dalam-dalam. Dan kau yang berhasrat memahami keadilan,betapa kau akan mengerti, tanpa meninjau segala perbuatan, dalam terang benderang cahaya surya? Hanyalah demikian kau akan jadi paham, bahwa dia yang tegak dan dia yang jatuh, hanyalah orang yang sama jua. Berdirilah ia di keremangan senja, antara malam si makhluk kerdil, dan siang pribadi roh suci. Pun akan kau sadari, bahwa batu pertama pura tidaklah lebih tinggi dari batu alas yang terendah.

Friday, January 31, 2014

Perayaan Imlek di Solo

 

 “Gong Xi Fa Chai. Xin Nian Jin Pu. Wan Shi Ru Yi” “Selamat sejahtera. Memiliki kemajuan yang lebih baik pada tahun baru ini. Semoga semua keinginan terpenuhi.".

Perayaan Imlek di Solo diawali dengan Solo Imlek Festival 2014 yang berlangsung dari tanggal 23 sampai 29 Januari 2014 bertempat di halaman sebelah barat dan utara Benteng Vastenburg Solo. 
Solo Imlek Festival kali ini menampilkan :



  • Fashion show;
  • Kulinary;
  • Barongsay;Wushu;
  • Fortune teller;
  • Lampion;
  • Musik performance;
  • Fire work;
  • Traditional Medicine;
  • Tai chi;
  • Wayang potehi;
  • Foto busana Imlek

Kesenian digelar setiap harinya. Yang cukup menarik perhatian adalah wayang potehi, wayang asli dari Daratan Tiongkok ini justru didalangi oleh Widodo yang adalah orang Jawa asli. Ini membuktikan bahwa budaya warga asli Tionghoa diterima di Solo dengan sangat baik. 



Imlek kali ini lebih mengedepankan alkulturasi budaya antara Jawa - Tionghoa yang benar-benar ada di sekitar kita. 
Stan-stan yang berjajar di acara ini menampilkan beragam produk sandang, kuliner, perumahan, kaligrafi Tiongkok, otomotif, ramalan, dan sebagainya. 



Penutupan Solo Imlek Festival dilakukan pada pukul 19.00 oleh Walikota Solo dan ditandai dengan menerbangkan seribu lampion  warna-warni. Warga Tionghoa berbaur dengan warga lainnya melepaskan seribu lampion ke udara. Langit yang tadinya gelap tertutup mendung menjadi semarak oleh warna-warni lampion. Pelepasan lampion tersebut sekaligus sebagai perantara permohonan yang mereka panjatkan. 


Sementara itu, menjelang dan selama perayaan Imlek, di sekitar Pasar Gede dihiasi dengan ribuan lampion warna merah. 
Pada tanggal 26 Januari 2014 di Pasar Gede diadakan Grebeg Sudiro. Sudiro atau Sudiroprajan adalah nama kelurahan yang terletak di dekat Pasar Gede yang banyak dihuni warga Tionghoa.


Grebeg Sudiro merupakan alkulturasi antara Jawa - Tionghoa. Di grebeg ini juga ada gunungan yang diperebutkan banyak orang seperti grebeg-grebeg pada umumnya. Gunungan berisi berbagai jenis makanan, misalnya bakpia Balong, kue keranjang, onde-onde, gembukan, sayur mayur, dan buah-buahan.
Perarakan Grebeg Sudiro dimulai dari Klentheng Tien Kok Sie (berada di sebelah Pasar Gede) - Jl. Sudirman - Jl. RE Martadinata - Jl. Urip Sumoharjo - Pasar Gede.  



Gempita perayaan Imlek di Solo juga terasa sampai di mal-mal, pertokoan-pertokoan maupun hotel-hotel. 
Di Solo persembahyangan dan perayaan menyambut datangnya Imlek tidak hanya dilakukan di klenteng-klenteng dan vihara-vihara  tetapi juga di gereja-gereja.

Thursday, January 30, 2014

Calendar of Cultural Event Surakarta 2014


KETOPRAK FESTIVAL 14-15 February 2014 Venue: Gedung Kesenian,

Balekambang Park Solo SOLO CARNIVAL 15 February 2014 Venue: Jl. Slamet Riyadi, Solo

GUNUNGAN CHARITY BOAT RACE 23 February 2014 Venue: Bengawan Solo River

BENGAWAN SOLO TRAVEL MART 26-27 April 2014 Venue: Various hotels in Solo

SOLO DANCES 27 April 2014 Venue: Jalan Slamet Riyadi Solo

MANGKUNEGARAN PERFORMING ARTS 9-10 May 2014 Venue: Pura Mangkunegaran Palace

ROYAL PALACE ART FESTIVAL 11-12 June 2014 Venue: Keraton Kasunanan Surakarta

SOLO BATIK CARNIVAL 28 June 2014 Venue: Jalan Slamet Riyadi Solo

SOLO BATIK FASHION 11-13 July 2014 Venue: Surakarta City Hall (Balaikota)

WAYANG ORANG GABUNGAN FESTIVAL 17-20 July 2014 Venue: GWO Sriwedari Park Solo

SOLO KERONCONG FESTIVAL 12-13 September 2014 Venue: Ngarsopuro / Sriwedari Park Solo

SOLO CITY JAZZ 19-20 September 2014 Venue: Ngarsopuro / Sriwedari Park Solo

 SOLO INTERNATIONAL PERFORMING ARTS (SIPA) 26-28 September 2014 Venue: Ngarsopuro Solo

PEKAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2-5 Oktober 2014 Venue: Pusat Keramaian Solo

SOLO CULINARY FESTIVAL 12-14 October 2014 Venue Galabo. Pulabo Solo

KIRAB MALAM 1 SURO 24 October 2014 Venue: Arround the walls of the Kasunanan Royal Palace, Arround the walls of the Pura Mangkunegaran, Jamasan Pusaka

BENGAWAN SOLO GETHEK FESTIVAL 10 November 2014 Venue: Bengawan Solo River

Wednesday, January 29, 2014

Me-rescue Kucing


29 Januari 2014
Sore tadi saat aku asyik online, tiba-tiba terdengar suara :"Ngeooooong ........ ngeooooong ...... ngeoooong ......" Suara kucing mengeong keras sekali seperti sedang disiksa. Kalo kucing melahirkan malah tidak bersuara, aku pikir itu suara kucing yang sedang butuh pertolongan.. Suara kucing mengeong itu diselingi beberapa suara guyuran air yang keras, sepertinya banyak air yang diguyurkan. Rasanya semakin yakin bahwa ada seekor kucing yang dipegang kemudian diguyur dengan air beberapa kali. Teganya.


Aku buru-buru keluar rumah  berjalan ke arah suara itu. Ternyata suara itu berasal dari sebuah sumur milik tetangga. Aku lihat seorang tetangga sedang menaikkan timba air dari dalam sumur, tapi ember timbanya berisi air dan ..... seekor kucing!.

Segera aku mengambil kucing itu dan kubawa ke rumah bagian luar. Kuletakkan kucing itu di atas mesin cuci. Kuambil beberapa kain perca lalu kuusap-usapkan pada seluruh tubuh kucing. Kucing berwarna merah itu cuma diam saja. Aku terus mengusap tubuh kucing sampai air mulai mengering. Kemudian kupangku kucing itu sambil terus kuusap-usap tubuhnya. Kusuruh Dinda, anakku mengambil handuk yang tak terpakai untuk membungkus tubuh kucing yang sangat menggigil kedinginan. Kucing itu anti air, jadi bisa dibayangkan bagaimana paniknya dia saat kecebur ke sumur tadi.


Kucing masih saja menggigil padahal sudah kubungkus rapat dengan handuk. Aku memeluknya seakan itu adalah kucingku. Dia mulai tenang tapi kelihatan kelaparan. Kemudian anak kecil tetangga mengambilkan beberapa potong ikan bandeng goreng, tapi kucing hanya memakan sebagian saja. Badannya masih saja gemetar menahan dingin.

Kucing ini nampak bukan kucing lokal biasa, terlihat dari bulunya yang panjang-panjang. Aku yakin ini kucing blasteran antara lokal dengan anggora. Setelah kurasa kucing mulai nyaman, aku masuk ke dalam.
Petangnya setelah hari gelap, kucing itu datang lagi mengeong-ngeiong pelan dan duduk di buk.Buk adalah tempat duduk permanen yang terbuat dari batu bata yang disemen. Aku keluar memanggilnya, herannya kucing itu mengikutiku masuk. Aku menggendongnya dan kupamerkan pada Dinda. Surprise! Ada kucing lagi di rumah, meski itu bukanlah kucingku.


Nampaknya kucing itu merasa nyaman di dalam rumah. Ke mana pun aku melangkah selalu diikuti. Aku juga mengajaknya bicara, meskipun kucing hanya bisa menjawab :"ngeong" saja. Itu pun sudah membuatku senang. Aku memang terbiasa menyapa kucing yang kujumpai entah di jalan , di pasar atau di manapun berada. Jawaban "ngeong" pun membuatku tertawa puas.


Kucing jantan  ini diberi nama oleh Dinda sebagai Binggo. Katanya, Bonggo berarti "blasteran indo dan gorila" lho? Gorila dari mana? Mungkin saja karena kucing ini nampak lebih besar dari kucing biasa. Dan,  entah Binggo ini kucing milik siapa.
Dinggo jarang bicara eh mengeong seperti kebanyakan kucing lokal lainnya. Semakin aku yakin ada darah kucing anggora di tubuhnya. Yang aku tahu, kucing anggora lebih pendiam dibanding kucing lokal.
Yang membuatku heran, kenapa Dinggo cepat sekali akrab denganku? Apakah karena aku yang menyelamatkannya. Menyelamatkan kucing atau me-rescue kucing telah kulalukan sore tadi. Sebetulnya tidak benar-benar me-rescue, aku hanya mengeringkan tubuhnya saja. Karena terbiasa memegang kucing tentu tak kerepotan aku melakukannya. Mungkin hal inilah yang membuatnya lengket denganku. Tapi barangkali karena aku mengerti kemauan mereka, jadi mereka kucing-kucing itu mudah dekat denganku. Lagi pula aku memang tulus menyayangi mereka.

Dari ketika Dinggo datang, aku dan Dinda sibuk mengambil gambarnya tapi sulit minta ampun. Dinggo selalu bergerak saat dipotret, jadi hasilnya kurang memuaskan. Dinggo seolah menganggap rumah ini sebagai rumahnya sendiri. Terkadang duduk di pangkuanku, tidur di karpet, bahkan naik ke kasur seperti yang kulakukan. Dia pun mengikutiku ke mana pun aku bergerak, tapi ketika aku keluar membuang sampah dia tidak mengikutiku keluar. Dia lebih suka berada di dalam rumah.


Aku yang meninggalkan ketujuh kucingku di rumah lama seakan mendapat pengganti, meskipun wajahnya tak seganteng kucing yang kutinggalkan. Apa salahnya aku menolong kucing yang membutuhkan pertolongan? Aku membayangkan bila kucing-kucing yang kutinggalkan menderita atau membutuhkan uluran tangan manusia, kuharap selalu ada yang mau membantu dan menolong mereka.

31 Januari 2014
Binggo benar-benar suka tinggal bersamaku. Kehadiran Binggo seolah sebagai penawar rindu lama tidak bercengkerama dengan kucing. Sudah dua malam ini Binggo tidur denganku. Rasanya nyaman sekali, tetapi hati-hati jangan sampai bulu kucing terhirup nafasku. Di sini lumayan jauh dari rumah sakit, jadi perlu hati-hati menjaga asmaku agar tidak kumat. 

Kucing blasteran ini berbeda dengan kucing lokal, seakan lebih tahu soal tata krama. Binggo tak pernah mengganggu orang sedang makan, seperti kebiasaan kucing lokal. Juga Binggo tak mencuri, seperti kebiasaan kucing lokal. Soal makan Binggo sulit sekali, terkadang mau makan bandeng goreng tapi hanya sedikit.Nafsu makannya nyaris tak ada. Katanya biasanya Binggo diberi makan nasi bandeng mentah malah. Barangkali di sini dia minta whiskas. Okelah kapan-kapan aku belikan asal Binggo masih suka di sini.