Aku telah memberi pada tiga orang yang menolongku waktu kecelakaan itu. Ada yang berupa uang saja, ada yang berupa uang dan hem batik dan ada yang berupa hem biasa bermerk. Tinggal dua orang lagi yang belum aku berikan ucapan terima kasih, yaitu seorang tetanggaku yang sampai menemani tidur Dinda di ICU dan orang yang membawa kami ke rumah sakit.
Tadinya aku tak mengerti siapa orang yang telah membawa kami ke rumah sakit. Namun ternyata Tuhan secara tidak sengaja mempertemukan kami di suatu tempat tak terduga. Waktu itu aku mengantar Dinda ke salon untuk perawatan muka. Ternyata Dinda bersebelahan ranjang dengan si bapak yang telah menolong tersebut. Kemudian Dinda SMS aku, aku lanjutkan dengan bertanya ke mbak2 penjaga salon tentang siapa si bapak itu. Mereka hanya memberikan alamat singkat saja dan di mana si bapak bekerja. Aku menunggu si bapak turun selesai perawatan, lalu bertemulah kami. Aku ucapkan terima kasih pada si bapak ini dan bertanya alamat sebenarnya dia tinggal. Aku bilang kapan2 aku akan ke rumahnya. Aku senang telah mendapatkan siapa orang yang telah menolongku beserta alamat rumahnya.
Kini yang aku pikirkan adalah bingkisan apa yang sekiranya pantas untuk aku persembahkan untuk kedua orang yang berlainan ini. Karena kedua orang ini mempunyai mobil, maka aku putuskan untuk membuatkan mereka sandaran kepala untuk mobil dan tutup tempat tisu dari kerajinan smock dengan warna yang sesuai dengan mereka.
Kemudian aku membeli kain saten berwarna biru tua dan berwarna pink keungunan, entah apa nama warna ini. Warna pink keungunan ini aku sesuaikan dengan blus batik cap karena warnanya senada. Berhari2 aku sibuk membuat smock, terkadang salah pola hingga aku harus mengulanginya lagi. Pada akhirnya siap sudah kedua set perlengkapan mobil dari smock ini.
Keesokan paginya sebelum karyawan2nya berdatangan, aku serahkan bingkisan sekeranjang berselubung plastik berisi sehelai blus batik cap, sepasang sandaran kepala untuk mobil dan tutup tempat tisu beserta sekotak tisu baru. Temanku senang menerimanya sampai memelukku segala. Katanya orang baik akan ditolong oleh orang baik juga, tidak ditelantarkan begitu saja. Maksudnya karena aku orang baik, maka waktu kecelakaan ditolong juga oleh orang2 baik, tidak dibiarkan begitu saja.
Sorenya aku dan Dinda membawa sekeranjang bingkisan berselubung plastik berupa sepasang sandaran kepala untuk mobil, tutup kotak tisu beserta sekotak tisu baru, sepasang penutup safety belt dan dua bungkus makanan oleh2 khas Solo. Sesampai di perumahan cluster yang hanya berisi 18 rumah itu, aku bertanya pada kerumunan ibu2 yang sedang ngrumpi. Ternyata di situlah rumah yang aku maksud. Seorang ibu yang mengenakan daster tanpa lengan mempersilahkan kami masuk.
Sepintas aku melihat seorang bapak yang aku kenal sebagai sesama orangtua murid waktu Dinda SD
dulu sedang bertamu dan segera pamit pulang. Dan, ternyata dia orangtua murid dari teman Dinda yang aku kenal. Tadinya aku tak mengenal si ibu nyonya rumah ini, tetapi begitu dia memakai kacamatanya maka terbukalah semua. Dia mengenali Dinda sebagai mantan muridnya. Oalah dia ternyata mantan guru Dinda juga sewaktu SD. Aku dan Dinda ternyata sama2 pangling, mungkin karena penampilannya
berbeda dengan bila memakai seragam guru, rambutnya pun sekarang dipotong pendek. Jadi yang menolong waktu kecelakaan itu adalah suami dari bu guru ini. Dunia ternyata sempit ya.
0 comments:
Post a Comment