"Papaku sekarang udah punya anak tiri cowo yang anak cewe dilupain" itu adalah sms yang dikirim Dinda, anakku ke papanya yang notabene adalah mantanku. Sms selanjutnya berbunyi : "Aku pengin pindah panti asuhan ajalah papaku gak peduli sama aku lagi". Itu sebagian dari sms-sms yang dikirmkan anakku ke papanya. Kukira Dinda pun sudah tidak tahan dengan segala perlakuannya selama ini, terlebih lagi aku.
Betapa teganya ketika anakku sms maupun telpon tak pernah digubrisnya, hanya sesekali saja sms dibalas atau telpon diangkat. Entah apa yang ada dalam pikirannya, ketika anak kandung sendiri pun dicuekin. Apakah sebagai manusia dia memang tak punya perasaan dan hatinya terbuat dari batu?
Jarang bertemu antara anak dan ayah terjadi pada Dinda dan papanya. Maklumlah mantanku bekerja sebagai jaksa yang tugasnya berpindah-pindah antar kota maupun antar propinsi, eh kok kayak bus ya?
Sejak dia jadi jaksa belum pernah tinggal bersama di satu kota. Ketika aku meminta dia untuk pindah ke Solo waktu itu, katanya mutasi adalah keputusan pimpinan. Ah dia ternyata bohong, mutasi di kejaksaan justru karena permintaan yang bersangkutan. Dia sama sekali tak ingin tinggal bersama keluarga kecilnya ini.
Aku tahu banyak cewek yang menginginkannya dan dia, ibarat kucing yang dikasih ikan ya mau saja. Aku di sini mengurus anak, sementara dia berhura-hura di luaran sana. Entah sampe kapan sifatnya kan berubah.
Dulu aku pernah meminta agar bila liburan tiba, dia mengajak kami, anak dan istrinya mengunjunginya di kota tempatnya bekerja, namun selalu ditolaknya. Jadi belum pernah sekalipun aku merasakan sebagai istri jaksa yang sesungguhnya. Rembang, Ketapang Kalbar, Makasar adalah kota-kota yang pernah didiaminya, sekarang dia tinggal di Jakarta karena bertugas di Kejagung. Betapa senangnya bila boleh ikut menjelajahi Indonesia, karena sebetulnya aku suka teravelling. Tapi kini kami hanya mengenal Solo dan sekitarnya.
Harap maklum bila sifat Dinda pendiam, pemurung/suka melamun tapi galaknya minta ampun. Aku aja digalakin. Ya maklumlah kuanggap itu sebagai tindakan defensif. Pernah motorku ditabrak mobil dari belakang sampe kami terjatuh. Si pengendara mobil turun dan minta maaf, aku memaafkan tapi Dinda marah-marah sama pengendara itu. Akhirnya si pengendara meminta maaf sambil jongkok dengan kedua tangan disatukan menghadap ke arahku. Orang-orang berdatangan mengerumuni, aku merasa tidak enak.
Aku sangat berharap dia, mantanku segera menyadari kekeliruannya dan segera memperbaikinya, terutama tentang perhatiannya kepada Dinda dan segera memenuhi semua kewajibannya khususnya soal keuangan kepada kami. Selama kami menjadi bagian dari keluarganya sampai saat ini belum pernah sekalipun mendapatkan kejutan yang menyenangkan. Banyak yang tak percaya kami adalah keluarga jaksa, karena kesederhanaan kami. Maklumlah orang memandang jaksa itu banyak uangnya. Tentang kebenarannya aku tidak mengerti. Kabar bahwa dia lebih suka menghambur-hamburkan uang di luaran, barangkali ada benarnya. Justru untuk keluarga kecilnya ini dia sangat tidak rela mengeluarkan banyak uang. Barangkali karena tidak ada yang melihat, bukankah Tuhan maha melihat. Kehidupannya di kota besar yang glamor menutup mata hatinya tentang hal ini. Tak ada keluarganya yang menyadarkannya, biar saja.
Bukankah setiap pikiran, perkataan dan perbuatan ada yang maha menilai? Segalanya telah kuupayakan. Kini kuserahkan semua permasalahan ini kepadaNya.
2 comments:
Sangat terenyuh membacanya, Dinda hrs rajin sekolah dan giat belajar untuk masa depan dinda,Mama dinda sangat sayang sama Dinda.
Ya begitulah bang. Makasih atas rasa trenyuhnya.
Post a Comment