Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Thursday, January 30, 2014

Calendar of Cultural Event Surakarta 2014


KETOPRAK FESTIVAL 14-15 February 2014 Venue: Gedung Kesenian,

Balekambang Park Solo SOLO CARNIVAL 15 February 2014 Venue: Jl. Slamet Riyadi, Solo

GUNUNGAN CHARITY BOAT RACE 23 February 2014 Venue: Bengawan Solo River

BENGAWAN SOLO TRAVEL MART 26-27 April 2014 Venue: Various hotels in Solo

SOLO DANCES 27 April 2014 Venue: Jalan Slamet Riyadi Solo

MANGKUNEGARAN PERFORMING ARTS 9-10 May 2014 Venue: Pura Mangkunegaran Palace

ROYAL PALACE ART FESTIVAL 11-12 June 2014 Venue: Keraton Kasunanan Surakarta

SOLO BATIK CARNIVAL 28 June 2014 Venue: Jalan Slamet Riyadi Solo

SOLO BATIK FASHION 11-13 July 2014 Venue: Surakarta City Hall (Balaikota)

WAYANG ORANG GABUNGAN FESTIVAL 17-20 July 2014 Venue: GWO Sriwedari Park Solo

SOLO KERONCONG FESTIVAL 12-13 September 2014 Venue: Ngarsopuro / Sriwedari Park Solo

SOLO CITY JAZZ 19-20 September 2014 Venue: Ngarsopuro / Sriwedari Park Solo

 SOLO INTERNATIONAL PERFORMING ARTS (SIPA) 26-28 September 2014 Venue: Ngarsopuro Solo

PEKAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2-5 Oktober 2014 Venue: Pusat Keramaian Solo

SOLO CULINARY FESTIVAL 12-14 October 2014 Venue Galabo. Pulabo Solo

KIRAB MALAM 1 SURO 24 October 2014 Venue: Arround the walls of the Kasunanan Royal Palace, Arround the walls of the Pura Mangkunegaran, Jamasan Pusaka

BENGAWAN SOLO GETHEK FESTIVAL 10 November 2014 Venue: Bengawan Solo River

Wednesday, January 29, 2014

Me-rescue Kucing


29 Januari 2014
Sore tadi saat aku asyik online, tiba-tiba terdengar suara :"Ngeooooong ........ ngeooooong ...... ngeoooong ......" Suara kucing mengeong keras sekali seperti sedang disiksa. Kalo kucing melahirkan malah tidak bersuara, aku pikir itu suara kucing yang sedang butuh pertolongan.. Suara kucing mengeong itu diselingi beberapa suara guyuran air yang keras, sepertinya banyak air yang diguyurkan. Rasanya semakin yakin bahwa ada seekor kucing yang dipegang kemudian diguyur dengan air beberapa kali. Teganya.


Aku buru-buru keluar rumah  berjalan ke arah suara itu. Ternyata suara itu berasal dari sebuah sumur milik tetangga. Aku lihat seorang tetangga sedang menaikkan timba air dari dalam sumur, tapi ember timbanya berisi air dan ..... seekor kucing!.

Segera aku mengambil kucing itu dan kubawa ke rumah bagian luar. Kuletakkan kucing itu di atas mesin cuci. Kuambil beberapa kain perca lalu kuusap-usapkan pada seluruh tubuh kucing. Kucing berwarna merah itu cuma diam saja. Aku terus mengusap tubuh kucing sampai air mulai mengering. Kemudian kupangku kucing itu sambil terus kuusap-usap tubuhnya. Kusuruh Dinda, anakku mengambil handuk yang tak terpakai untuk membungkus tubuh kucing yang sangat menggigil kedinginan. Kucing itu anti air, jadi bisa dibayangkan bagaimana paniknya dia saat kecebur ke sumur tadi.


Kucing masih saja menggigil padahal sudah kubungkus rapat dengan handuk. Aku memeluknya seakan itu adalah kucingku. Dia mulai tenang tapi kelihatan kelaparan. Kemudian anak kecil tetangga mengambilkan beberapa potong ikan bandeng goreng, tapi kucing hanya memakan sebagian saja. Badannya masih saja gemetar menahan dingin.

Kucing ini nampak bukan kucing lokal biasa, terlihat dari bulunya yang panjang-panjang. Aku yakin ini kucing blasteran antara lokal dengan anggora. Setelah kurasa kucing mulai nyaman, aku masuk ke dalam.
Petangnya setelah hari gelap, kucing itu datang lagi mengeong-ngeiong pelan dan duduk di buk.Buk adalah tempat duduk permanen yang terbuat dari batu bata yang disemen. Aku keluar memanggilnya, herannya kucing itu mengikutiku masuk. Aku menggendongnya dan kupamerkan pada Dinda. Surprise! Ada kucing lagi di rumah, meski itu bukanlah kucingku.


Nampaknya kucing itu merasa nyaman di dalam rumah. Ke mana pun aku melangkah selalu diikuti. Aku juga mengajaknya bicara, meskipun kucing hanya bisa menjawab :"ngeong" saja. Itu pun sudah membuatku senang. Aku memang terbiasa menyapa kucing yang kujumpai entah di jalan , di pasar atau di manapun berada. Jawaban "ngeong" pun membuatku tertawa puas.


Kucing jantan  ini diberi nama oleh Dinda sebagai Binggo. Katanya, Bonggo berarti "blasteran indo dan gorila" lho? Gorila dari mana? Mungkin saja karena kucing ini nampak lebih besar dari kucing biasa. Dan,  entah Binggo ini kucing milik siapa.
Dinggo jarang bicara eh mengeong seperti kebanyakan kucing lokal lainnya. Semakin aku yakin ada darah kucing anggora di tubuhnya. Yang aku tahu, kucing anggora lebih pendiam dibanding kucing lokal.
Yang membuatku heran, kenapa Dinggo cepat sekali akrab denganku? Apakah karena aku yang menyelamatkannya. Menyelamatkan kucing atau me-rescue kucing telah kulalukan sore tadi. Sebetulnya tidak benar-benar me-rescue, aku hanya mengeringkan tubuhnya saja. Karena terbiasa memegang kucing tentu tak kerepotan aku melakukannya. Mungkin hal inilah yang membuatnya lengket denganku. Tapi barangkali karena aku mengerti kemauan mereka, jadi mereka kucing-kucing itu mudah dekat denganku. Lagi pula aku memang tulus menyayangi mereka.

Dari ketika Dinggo datang, aku dan Dinda sibuk mengambil gambarnya tapi sulit minta ampun. Dinggo selalu bergerak saat dipotret, jadi hasilnya kurang memuaskan. Dinggo seolah menganggap rumah ini sebagai rumahnya sendiri. Terkadang duduk di pangkuanku, tidur di karpet, bahkan naik ke kasur seperti yang kulakukan. Dia pun mengikutiku ke mana pun aku bergerak, tapi ketika aku keluar membuang sampah dia tidak mengikutiku keluar. Dia lebih suka berada di dalam rumah.


Aku yang meninggalkan ketujuh kucingku di rumah lama seakan mendapat pengganti, meskipun wajahnya tak seganteng kucing yang kutinggalkan. Apa salahnya aku menolong kucing yang membutuhkan pertolongan? Aku membayangkan bila kucing-kucing yang kutinggalkan menderita atau membutuhkan uluran tangan manusia, kuharap selalu ada yang mau membantu dan menolong mereka.

31 Januari 2014
Binggo benar-benar suka tinggal bersamaku. Kehadiran Binggo seolah sebagai penawar rindu lama tidak bercengkerama dengan kucing. Sudah dua malam ini Binggo tidur denganku. Rasanya nyaman sekali, tetapi hati-hati jangan sampai bulu kucing terhirup nafasku. Di sini lumayan jauh dari rumah sakit, jadi perlu hati-hati menjaga asmaku agar tidak kumat. 

Kucing blasteran ini berbeda dengan kucing lokal, seakan lebih tahu soal tata krama. Binggo tak pernah mengganggu orang sedang makan, seperti kebiasaan kucing lokal. Juga Binggo tak mencuri, seperti kebiasaan kucing lokal. Soal makan Binggo sulit sekali, terkadang mau makan bandeng goreng tapi hanya sedikit.Nafsu makannya nyaris tak ada. Katanya biasanya Binggo diberi makan nasi bandeng mentah malah. Barangkali di sini dia minta whiskas. Okelah kapan-kapan aku belikan asal Binggo masih suka di sini.

Tuesday, January 28, 2014

Menjejak Pantai



Menjejak pantai kini kurasakan lagi setelah sekian lama. Pagi beranjak siang ketika kujejakkan kakiku di pantai berpasir hitam ini. Matahari mulai naik, sinarnya menyilaukan mata. Tak heran bila panas terasakan oleh kulitku yang sensitif. Namun pasir terasa dingin dan lembut di tangan. Kulihat gulungan ombak silih berganti seolah saling berlomba mencapai pantai.
Pantai ini tak begitu luas, tapi cukuplah untuk melepas lelah dengan memandangi lautan luas dan segala aktifitas orang-orang di situ.

Pantai Depok Yogyakarta

Di sana sini kulihat orang-orang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.  Ada segerombol orang sedang duduk-duduk di pantai beralaskan tikar. Barangkali itu sebuah keluarga besar, nampak dari usia mereka yang beragam dan keakraban yang terlihat. 
 
Segerombol orang duduk di pantai
Duduk-duduk sambil bercengkerama dan makan adalah hal yang indah dalam keluarga. Apalagi bila ditambah dengan menikmati pemandangan alam pantai dan bisa memandang lautan yang  jauh, rasanya segala stres hilang.

Ayah dan anak bermain APV

Ada juga beberapa orang ayah yang menaiki APV dengan satu anaknya menyusuri pantai.  APV ini disewakan dengan tarif sewa Rp. 25.000,- per 15 menit. Beberapa pasang ayah-anak terlihat menikmati mainan ini.

Aku dan Dinda, anakku

Beberapa orang nampak berfoto-foto dengan back ground indahnya laut yang berwarna biru muda. Cuaca sangat cerah hari ini. Langit berwarna biru muda ditingkahi sedikit awan putih dipadu warna laut yang juga biru. Berjalan-jalan menyusuri pantai , alangkah nikmatnya. 

Aku dan mbak Yani
Sayang, aku tak membawa pelindung muka, seperti payung, topi atau kacamata. Karena panas sangat menyengat, jadi aku tidak berlama-lama di pantai. Sebetulnya ada sih penjual kacamata di sini.
 
Mau melaut 1

Ada juga nelayan yang mau melaut. Aku agak heran, hari sudah menjelang siang, tapi kenapa ada nelayan yang mau melaut. 

Mau melaut 2
Bukankah biasanya mereka melaut pada sore atau malam hari dan kembali ke pantai pagi harinya? 

Mau melaut 3
Apa siklus cuaca yang berubah mempengaruhi  jam kerja mereka? Aku belum sempat bertanya soal ini pada mereka.   

Mau melaut 4
Aku melihat ada sebuah perahu nelayan yang didorong oleh sebelas nelayan menuju laut. Pelan namun pasti kesebelas nelayan itu mendorong perahu sampai ke laut sampai tersisa dua nelayan saja yang membawa perahu tersebut ke laut lepas. 

Mau melaut 5
Mataku mengikuti perahu itu sampai tak terlihat lagi.


Ketika melewati perahu nelayan, ada seorang nelayan yang menawarkan ikan segarnya. Dan mbak Yani membeli satu plastik berisi ikan segar aneka jenis harganya cuma Rp. 25.000,- murah sekali. 

Membeli ikan langsung darii nelayan
Selama tawar menawar berlangsung ada seorang ibu yang menawarkan jasa memasaknya. Warung makan ibu itu berada tepat di pinggir pantai. Agak menyesal kami menolak halus, karena sudah ada yang memasakkan untuk kami.



Banyak penjual  menjajakan dagangannya di sini, seperti misalnya jagung bakar, rujak, minuman, makanan ringan, dan sebagainya. Pokoknya tak akan kelaparan berada di pantai ini.


Suasana di Pantai Depok
Pantai ini bernama Pantai Depok, terletak di dekat Pantai Parangtritis. Jelasnya tepat sebelum mencapai gerbang Pantai Parangtritis, kemudian belok ke kanan melewati  jalan desa yang sudah beraspal halus. 

Pasar Ikan Segar Pantai Depok
Tidak berapa lama akan sampai di pantai ini. Namun tadi kami mampir dulu membeli ikan di Pasar Ikan Segar  tak jauh dari pantai. Pasar ini berupa satu los panjang dengan kanan kiri dipenuhi pedagang ikan segar bermacam jenis. 

Pasar Ikan Segar Pantai Depok
Sewaktu kami memasuki pasar ini, ada seorang ibu yang mengikuti dengan menawarkan jasa memasak ikan yang kami beli. Aku membeli tiga ikan bawal agak besar dan seperempat  cumi-cumi pesanan Dinda, anakku. Kemudian kami berjalan mengikuti ibu yang akan memasakkan ikan dan cumu-cumi yang tadi dibeli. Sayangnya, warung makan ibu itu tidak persis berada di pinggir pantai, jadi tidak bisa makan sambil memandangi pantai.


Kami menuju pantai sambil menunggu menu makan siang tersaji.  

Setelah puas memandangi pantai, kami pun kembali menuju warung makan dan makan siang pun sudah siap untuk disantap. Tak lupa mbak Yani menyerahkan satu plastik ikan segar yang tadi dibeli langsung dari nelayan. Mbak Yani adalah menantu dari mBah Joyo yang sedang aku tengok karena sudah tua 89 tahun.

Menu makan siang di Pantai Depok
Menu makan siang kali ini adalah ikan bawal bakar, cumu-cumi asam manis pedas, sambal  dan lalap serta cah kangkung sebagai bonusnya. Tadi belum sarapan, tapi makanan ini membuat perutku kenyang sekali.  Kami duduk-duduk dulu karena kekenyangan sambil menunggu masakan episode kedua matang.  Masakan ini akan kami bawa pulang buat oleh-oleh.  Sebagian masakan ini akhirnya aku bawa pulang ke Solo, karena sorenya aku langsung pulang.

Pantai Depok Parangtritis Bantul Yogyakarta

Pantai Depok yang baru aku kenal dan kunjungi , aku rekomendasikan buat yang ingin menikmati pantai sambil makan makanan hasil laut yang masih segar. Di sini ada kebiasaan, pembeli membeli  sendiri ikan atau jenis hasil laut yang lain, kemudian akan ada yang menawarkan jasa untuk memasak. Kalo di Pantai Parangtritis tidak dijumpai warung makan – warung makan seperti ini, lagipula pasar ikannya terletak di Pantai Depok ini.

Buat yang belum pernah berkunjung ke pantai ini, silahkan  mengunjunginya sekali waktu. Tiket masuk ke pantai ini hanya Rp. 5.000,- per orang. Jasa memasak ikan Rp. 10.000,- per kilogramnya. Aku kira tak terlalu mahal, karena di sini bisa menikmati pemandangan yang lumayan indah sambil melepas lelah dari pekerjaan sehari-hari sekaligus menghilangkan stres.

Friday, January 24, 2014

Sabtu Merindu

gambar diambil dari sini



 Ini adalah hari Sabtu, sama seperti Sabtu-Sabtu yang lalu. Tak ada yang kutunggu datang di hari Sabtu ini, sama seperti Sabtu-Sabtu yang lalu. Juga tak ada yang akan kutemui di hari Sabtu ini, sama seperti Sabtu-Sabtu yang lalu.

Sabtu siang ini mendung menggantung di langit, hitam kelabu. Ini pertanda akan turun hujan, entah siang ini, sore atau malam nanti. Bila hari Sabtu hujan, aku hanya bisa membayangkan pasangan kekasih yang saling berdekapan mengusir rasa dingin atau suami istri dan anak-anak bercengkerama dengan riangnya melepas rindu lama tak bertemu. Dan aku? Di manakah posisiku sekarang? Sebagai kekasih bukan, sebagai istripun bukan, lalu sebagai apa? Ada rasa kosong menyergapku, menari-nari di lorong-lorong gelap perasaanku. 

Ketukan palu dengan sukses memutuskan tali perkawinan antara aku dan dia. Kini, aku dan dia bukanlah apa-apa. Dia hanyalah orang lain, yang kebetulan adalah ayah dari anakku. Tak banyak kenangan indahku bersamanya. Hari Sabtu demi hari Sabtu kulalui sepi tanpanya yang bekerja di luar kota bahkan luar pulau. Dan, kini tak kuharapkan lagi dia ada bersamaku di hari Sabtu. Semua sudah berlalu mengikuti jalannya takdir. Telah kulupakan segala kenangan bersamanya. Itu harus dan harus.

Di hari Sabtu ini, dalam kesendirian aku merindukan seorang kekasih. Benar-benar Sabtu merindu ini menyiksaku.
Di manakah engkau, wahai kekasih? Aku telah menunggumu sekian lama, bahkan puluhan tahun. 
Tidakkah engkau mendengar jeritan batinku memanggilmu? Atau kau tulikan telingamu? 

Wahai kekasih, di manakah engkau berada sekarang?
Kekasih, apakah engkau benar-benar ada? Nyata?
Kucari-cari gambaran tentang engkau, seperti apakah rupamu?
Apakah engkau ada di antara teman-teman facebookku?
Atau engkau ada di twoo, lovetime, twitter, topface, dan lainnya?
Atau engkau sebenarnya suka mengikuti blogku tanpa kusadari?
Aku tak melihatmu berada di mana pun itu. Aku tak mengerti.

Katakan, wahai kekasih, di manakah engkau bersembunyi?
Segera keluarlah dari persembunyianmu
Aku sudah tak tahan ingin melihat raut mukamu.
Datanglah di hari Sabtu besok
Aku akan menyambutmu dengan segala suka cita

Fenomena Jokowi


Jokowi adalah seorang pemimpin yang fenomenal. Gayanya sederhana, bahkan terkesan sebagai wong ndeso. Kehidupannya pun sederhana tapi pemikirannya dalam menguraikan dan mengatasi permasalahan yang terjadi di wilayah yang dipimpinnya sungguh cerdas. Terobosan-terobosan yang dilakukannya sering tak terpikirkan sama sekali oleh para pendahulunya. Surakarta adalah bukti nyata hasil pemikiran dan kerja nyatanya.

Sekarang DKI Jakarta adalah wilayah yang mesti dikuasai serta dipecahkan segala permasalahan yang terjadi di kota besar tersebut. Surakarta sebagai kota besar menengah sudah berhasil ditaklukkan, Jakarta adalah tantangan baru bagi Jokowi, tetapi saya yakin Jokowi mampu mengatasi segala permasalahan di Jakarta.

Sangat disayangkan bila ada masyarakat dan terutama pejabat yang menganggap enteng Jokowi atau mengkritik tajam hasil kerjanya. Bukankah kalian lihat sendiri Jokowi bekerja siang dan malam, bahkan dini hari sekali pun? 
Permasalahan banjir dan macet adalah dua hal yang memusingkan Jokowi. Masyarakat yang selalu mendesak agar kedua masalah tersebut segera diatasi, tentu membuat pusing Jokowi. Para pejabat yang menyangsikan dan atau yang menganggap Jokowi tak bekerja maksimal, tidak membuat Jokowi patah arang. Pekerjaan di Jakarta masih sangat banyak. Jakarta perlu Jokowi.

Kemarin-kemarin heboh tentang pencalonan dirinya dalam Pilpres 2014. Survey menunjukkan bahwa Jokowi unggul di mana-mana. Jokowi menanggapi hasil survey tersebut dengan santai saja. Dia lebih mementingkan dan memikirkan kondisi Jakarta yang menjadi tanggungjawab besarnya.

Namun belakangan terdengar bahwa "ibunya" akan mencalonkan diri lagi dalam Pilpres 2014. Bila demikian, biar saja "ibunya" yang mencalonkan diri, sementara untuk Jokowi maju di Pilpres yang akan datang saja. Otak dan tangan Jokowi masih sangat dibutuhkan warga DKI Jakarta. Pembenahan di sana-sini diperlukan guna mencapai keadaan DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia yang representatif, tidak seperti sekarang ini. 

Jakarta masih butuh Jokowi, demikian juga sebenarnya Surakarta pun masih butuh Jokowi. 
Sepeninggal Jokowi kegiatan administrasi di kelurahan maupun kecamatan amburadul. Aku berani mengatakan hal ini, karena aku merasakannya sendiri.
Ketika aku mengurus surat-surat di Kelurahan Gajahan, pelayanan yang diberikan memang ramah, namun aku merasa dipontang panting ke sana ke mari. Aku harus bolak-balik ke RT dan ke RW. Seharusnya mereka lebih tahu tentang tata cara pengurusan surat-surat, jadi kelengkapan syarat mesti dipahami betul. Cap kelurahan pun hanya ada satu. Katanya ada dua, tapi yang satu ketlingsut. Ini bukti keteledoran para pegawainya. Hal yang sama terjadi di Kecamatan Pasar Kliwon, cap lupa dibubuhkan. Aku memang kurang teliti soal ini, karena aku diburu waktu. Dan, bolak-balik antara Kantor Balai Kota - Kelurahan Gajahan - Kecamatan Pasar Kliwon cukup membuatku capek dan marah. Memang segala pengurusan surat-surat gratis, tapi layanannya tidak memuaskan. 

Di Kantor Balai Kota, ada juga seorang ibu yang mengeluhkan layanan di Kecamatan Laweyan. Ada pegawai yang tidak menggubris ketika ditanya, dan ibu tersebut sampai menggebrak meja. Ibu tersebut harus menulis sendiri data-data padahal dia tidak membawa kacamata sehingga kurang jelas penglihatannya. Sudah begitu, tak ada panduan dari pegawai kecamatan.

Demikian adalah sebagian dari hal-hal mengecewakan yang menimpa kami dalam pelayanan pengurusan surat-surat baik di kelurahan maupun di kecamatan di wilayah Surakarta. Apakah dulu seperti ini? Kukira tidak, Jokowi sering memantau langsung ke bawah.

Fenomena Jokowi memang tak habisnya untuk dibicarakan. Banyak sisi lain dari Jokowi yang luput dari pandangan. Selamat bekerja buat Jokowi terutama menuntaskan semua permasalahan di DKI Jakarta.