Rose is love

Mawar identik dengan cinta karena mawar bisa mengungkapkan betapa indahnya cinta, betapa romantisnya cinta.

Wanita

Wanita ibarat kelembutan yang rapuh, namun wanita memiliki kekuatan yang dasyat tak terkira.

Solo

Solo atau Surakarta merupakan kota eks karesidenan di Jawa Tengah. Solo adalah kota yang sangat berkembang tak kalah bersaing dengan kota-kota lain di Indonesia.

Embun Pagi

Embun menetes tiap pagi hari, menyentuh dedaunan, bunga-bunga, dan segala permukaan di bumi. Embun sungguh menyejukkan hati kita, membeningkan pikiran kita.

Kucing

Kucing adalah hewan yang paling menyenangkan. Tingkah polahnya yang lucu bisa menghalau galau dan menggantikannya dengan senyum bahkan tawa.

Tuesday, November 12, 2013

Kata Anakku

"Papaku sekarang udah punya anak tiri cowo yang anak cewe dilupain" itu adalah sms yang dikirim Dinda, anakku ke papanya yang notabene adalah mantanku. Sms selanjutnya berbunyi : "Aku pengin pindah panti asuhan ajalah papaku gak peduli sama aku lagi". Itu sebagian dari sms-sms yang dikirmkan anakku ke papanya. Kukira Dinda pun sudah tidak tahan dengan segala perlakuannya selama ini, terlebih lagi aku.
Betapa teganya ketika anakku sms maupun telpon tak pernah digubrisnya, hanya sesekali saja sms dibalas atau telpon diangkat. Entah apa yang ada dalam pikirannya, ketika anak kandung sendiri pun dicuekin. Apakah  sebagai manusia dia memang tak punya perasaan dan hatinya terbuat dari batu?


Dinda sekarang sudah menginjak 14 tahun, remaja kecil namanya. Dan anak seusia itu sangat membutuhkan perhatian dari ayahnya. Figur ayah sangat mempengaruhi perkembangan jiwanya. Pernah suatu saat Dinda bermain ke rumah temannya, Dinda nampak iri melihat temannya digendong ayahnya yang menunjukkan kedakatan antara anak dan ayah. Si ayah yang temanku juga merasa kasihan sama Dinda, digendongnya juga Dinda bergantian dengan temannya.  Hal seperti ini hampir belum pernah dilakukan papanya, kecuali dulu saat masih bayi. Itupun jarang. Waktu itu dia masih SD sekarang sudah kelas 9 SMP.

Jarang bertemu antara anak dan ayah terjadi pada Dinda dan papanya. Maklumlah mantanku bekerja sebagai jaksa yang tugasnya berpindah-pindah antar kota maupun antar propinsi, eh kok kayak bus ya?
Sejak dia jadi jaksa belum pernah tinggal bersama di satu kota. Ketika aku meminta dia untuk pindah ke Solo waktu itu, katanya mutasi adalah keputusan pimpinan. Ah dia ternyata bohong, mutasi di kejaksaan justru karena permintaan yang bersangkutan. Dia sama sekali tak ingin tinggal bersama keluarga kecilnya ini.
Aku tahu banyak cewek yang menginginkannya dan dia, ibarat kucing yang dikasih ikan ya mau saja. Aku di sini mengurus anak, sementara dia berhura-hura di luaran sana. Entah sampe kapan sifatnya kan berubah.

Dulu aku pernah meminta agar bila liburan tiba, dia mengajak kami, anak dan istrinya mengunjunginya di kota tempatnya bekerja, namun selalu ditolaknya. Jadi belum pernah sekalipun aku merasakan sebagai istri jaksa yang sesungguhnya. Rembang, Ketapang Kalbar,  Makasar adalah kota-kota yang pernah didiaminya, sekarang dia tinggal di Jakarta karena bertugas di Kejagung. Betapa senangnya bila boleh ikut menjelajahi Indonesia, karena sebetulnya aku suka teravelling. Tapi kini kami hanya mengenal Solo dan sekitarnya.

Harap maklum bila sifat Dinda pendiam, pemurung/suka melamun tapi galaknya minta ampun. Aku aja digalakin. Ya maklumlah kuanggap itu sebagai tindakan defensif. Pernah motorku ditabrak mobil dari belakang sampe kami terjatuh. Si pengendara mobil turun dan minta maaf, aku memaafkan tapi Dinda marah-marah sama pengendara itu. Akhirnya si pengendara meminta maaf sambil jongkok dengan kedua tangan disatukan menghadap ke arahku. Orang-orang berdatangan mengerumuni, aku merasa tidak enak.

 Aku sangat berharap dia, mantanku segera menyadari kekeliruannya dan segera memperbaikinya, terutama tentang perhatiannya kepada Dinda dan segera memenuhi semua kewajibannya khususnya soal keuangan kepada kami. Selama kami menjadi bagian dari keluarganya sampai saat ini belum pernah sekalipun mendapatkan kejutan yang menyenangkan. Banyak yang tak percaya kami adalah keluarga jaksa, karena kesederhanaan kami. Maklumlah orang memandang jaksa itu banyak uangnya. Tentang kebenarannya aku tidak mengerti. Kabar bahwa dia lebih suka menghambur-hamburkan uang di luaran, barangkali ada benarnya. Justru untuk keluarga kecilnya ini dia sangat tidak rela mengeluarkan banyak uang. Barangkali karena tidak ada yang melihat, bukankah Tuhan maha melihat. Kehidupannya di kota besar yang glamor menutup mata hatinya tentang hal ini. Tak ada keluarganya yang menyadarkannya, biar saja.
Bukankah setiap pikiran, perkataan dan perbuatan ada yang maha menilai? Segalanya telah kuupayakan. Kini kuserahkan semua permasalahan ini kepadaNya.



Monday, November 4, 2013

Jalan Terbaik

Jalan Terbaik

Seandainya bisa, ingin rasanya aku mundur satu tahun ke belakang agar aku dapat mengambil keputusan yang baru. Sebuah keputusan yang tidak dipengaruhi siapapun. Kesadaran kembali muncul bahwa segala pengaruh dari luar diriku, tak sepatutnya kutelan mentah-mentah. Seaandainyapun pengaruh-pengaruh itu sama maksud dan tujuannya. Bagaimanapun waktu itu aku sudah tahu tentang sesuatu hal, namun entah bagaimana aku terlalu mendengarkan mereka, termasuk pengacara, temanku sendiri.

Dan,kini yang merasakan semua akibatnya hanyalah diriku, bukan teman-temanku dan bukan pengacaraku.
Semua kenyataan ini menyudutkanku. Betapa rasanya aku terperangkap dalam sebuah opini yang menyesatkan. Ini memang tidak benar. Dan, betapa semua menjadi salah kaprah.
Aku ini yang merasakan sendiri bahwa semua itu tidak benar. Atau mungkin hanya kami saja atau aku saja yang mendapatkan nasib seperti ini. Aku tahu dari dulu bahwa dia suka main perempuan. Oleh karena itulah maka penghasilannya terbagi-bagi. Dan yang paling parah, bagian untukku di urutan paling belakang. Oh nasibku.

Kini, aku seakan tidak mempunyai "bargaining power" terhadap pihak manapun tempat aku mengupayakan keadilan. Seolah yang kutemui hanyalah jalan-jalan buntu dan pintu-pintu yang tertutup. Saat pintu kuketuk, yang kudapati adalah pintu semakin dikunci rapat-rapat. Aku terduduk dalam pilu, tak lagi tahu arah mana yang kan kutuju.

Aku telah bertanya pada orang yang benar tapi mendapatkan jawaban yang salah, apalagi saat aku bertanya pada orang yang salah, jawaban yang kuterima jelas salah. Serba bingung hidupku. Tak semestinya kupercayai setiap orang, karena aku tak tahu pasti maksud di balik kebaikannya padaku.

Satu-satunya upaya adalah berdoa memohon dibukakan pintu dan ditunjukkan jalan terbaik bagiku.
Bagaimanapun doa demi doa telah kupanjatkan, namun barangkali Tuhan masih menyusun rencana indah untukku. Harapanku adalah semoga dia segera memenuhi apa-apa yang telah dijanjikannya kepadaku. Kutunggu nasibku kan berubah. Betapa tak sabarnya hatiku, seperti apa masa depanku nanti.

Saturday, November 2, 2013

Siksa Tak Terperi

Tentang sebuah pandangan yang akhirnya terungkap
Menjadikanya tak sepenuhnya menanggung dosanya padaku
Sebuah permakluman aneh yang coba kuterima
Entah dari kacamata mana hal ini bisa diterima


Sebagai masyarakat pada umumnya jelas sulit menerima
Sebuah pandangan maha aneh yang baru aku tahu
Hanya bersenjata keikhlasan untuk bisa menerina

Dan kesabaran sebagai tamengnya














Namun bagaimana bisa aku ikhlas dan sabar?
Hal-hal yang kuterima masih saja menyiksaku
Kukira semua akan berakhir dengan segera
Tapi kapan ya kesadaran datang pada mereka?

Aku seakan berada dalam tak terperinya siksaan
Berharap semua ini segera berlalu dari hidupku
Bisakah semua ini dirasakan oleh mereka?
Barangkali sekedar membayangkannya saja tak bisa

Sunday, October 27, 2013

Facebook Anti Galau

Dulu sekali seorang temanku pernah menasehatiku agar tidak keseringan memposting status yang galau, karena katanya hanya akan ditertawakan orang saja. Beberapa hari yang lalu aku membaca satu status teman yang isinya senada seperti itu. Lagi-lagi memakai istilah "ditertawakan". Sebetulnya aku sangat tidak mengerti mengapa ditertawakan? Kegalauan atau kesedihan orang ditertawakan? Kukira sangat sangat sangat tidak manusiawi. Apakah bangsa Indonesia yang mempunyai dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat ketimuran yang begitu luhur, ternyata tidak mempunyai kepekaan rasa, sehingga menutup mata, hati dan pikiran terhadap permasalahan sesamanya?

Semula aku mengira facebook bisa untuk sharing dan berharap akan mendapatkan solusi, tapi ternyata aku keliru besar. Facebook cenderung hanya untuk bersenang-senang.
Lebih sering dibicarakan masalah-masalah aktual, misalnya masalah politik. Pada usia muda cenderung ke masalah cinta, namun pada usia tertentu lebih sering membicarakan tentang keluarga, karier, kegiatan keseharian, dakwah/kotbah, pandangan hidup, doa, curhatan, puisi, dsb.
Ya macam-macamlah yang ingin diungkapkan orang. Sebetulnya terserah sajalah. Kalo kita suka ya dibaca kalo kagak suka ya sudah. Sebenarnya itu juga hak setiap facebooker.

Tapi sebetulnya yang bikin aku tidak suka adalah bila sudah memberi komentar atas status orang atau kirim ucapan ulang tahun atau ucapan apa, tapi tidak dibalas atau ditanggapi. Apa sih beratnya?  Kalo tidak punya waktu untuk memberi komentar balik ya cukuplah dengan memberi like saja.  Pada pemberitahuan lewat seluler di saat ada yang memberikan komentar atas status kita, maka di bagian bawah ada pesan: : Balas dengan komentar atau "like".Mungkin inilah peraturan sopan santun di facebook. Tapi kan orang Indonesia mempunyai aturan sopan santun sendiri. Eh!. Orang memberi ucapan atau komentar itu adalah wujud adanya  perhatian, jadi mengapa tidak berusaha menghargai perhatian orang atau orang-orang itu? Yah, semua kembali pada sifat masing-masing facebooker. Arogan atau tidak, itu saja.

Sekarang kembali pada pembicaraan di awal tadi mengenai facebooker yang tidak suka terhadap kegalauan orang. Kalo dipikir-pikir, dunia facebooker dan dunia nyata adalah sama. Di mana ada teman yang sedang kesulitan, maka teman-teman menjadi menjauh. Begitu juga sebaliknya bila ada teman yang "kejatuhan durian runtuh", maka banyak teman yang mendekat. Apakah  itu manusiawi? Menurutku tidak sama sekali. Itu adalah bentuk keegoisan diri atau bentuk lain dari hedonisme.

Memang sebaiknya buat status yang bisa memberi semangat, menginspirasi secara positif dan yang bersifat ringan-ringan saja. Menurutku bila ingin mmembuat status yang galau, sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga tidak terasa galaunya tetapi misi sudah dilaksanakan.Tak perlu membohongi diri sendiri dengan membuat status palsu. Bila status apa adanya tak layak, ya sudah sementara keluar dulu dari orbit facebook.
Namun semua kembali pada facebooker masing-masing.

Facebook adalah fenomena yang dahsyat, yang bisa mempertemukan antar teman yang telah lama hilang hubungan dan bisa memperkenalkan kita dengan teman-teman baru yang berasal dari manapun juga. Di facebook juga bisa ditemukan cinta, jodoh, rekanan bisnis, pembeli, dsb. Fungsi-fungsi positif dari facebook inilah yang selayaknya kita manfaatkan.
Sekian dulu ya, salam facebooker.

Wednesday, October 23, 2013

Oh My Mother in Law 2 (eks)


Maksud hati ingin curhat tapi malah dia yang lebih banyak cerita, seakan mendapatkan tempat buat curhat. Aku lebih banyak mendengarkan dan sesekali menanggapi ceritanya. Tapi aku betul-betul mendengarkan, karena aku adalah pendengar yang baik. 
Memang mbak yang satu ini kalo cerita banyak namun sering diulang-ulang. Ya biarlah kalo dengan demikian dapat mengurangi beban hidupnya. Kupikir aku yang paling banyak beban hidup, tapi ternyata aku keliru. Paling tidak semua ini tergantung bagaimana cara orang memandang dan menyikapi permasalahan hidup atau beban hidupnya. 

Kalo dipikir-pikir dan kalo dibanding-banding, nasib mbak ini jauh lebih baik ketimbang aku. Bayangkan dia mempunyai suami dengan pekerjaan mapan dan penghasilan lumayan dan dua anak laki-laki dan perempuan, lengkap sudah. Masih ditambah dengan dua buah mobil yang siap membawa mereka ke manapun mau pergi, meskipun rumah masih menempati rumah orangtuanya yang kosong. Dia sendiri menerima pensiun dininya setiap bulan. Suaminya juga termasuk yang baik-baik saja. Apalagi yang dikeluhkan, coba?

Dari ceritanya yang bikin aku kaget adalah dia baru saja keluar dari rumah sakit, opname beberapa hari karena stress, katanya. Tengkuknya atau belakang telinganya dan beberapa bagian lainnya disuntik berkali-kali, ah apa iya? Sakit apa itu? Dia bilang stress karena memikirkan ibu mertua. Oh oh oh! Gak usah dipikirin mbak, bikin capek, sakit hati dan sakit fisik. Kalo dipikir-pikir, yang lebih dirugikan sama ibu mertua siapa ya? Jelas aku karena ini menyangkut hidup matiku.

Saat aku sempat matur ke ibu mertuaku tentang nasibku pasca bercerai, sungguh aku sangat kaget setengah mampus mendengar pernyataan-pernyataannya. Oh jadi begitukah perlakuannya atau lebih tepatnya nasehat yang diberikan kepada mantanku untuk memperlakukanku sedemikian rupa? Benar-benar tak bisa dipercaya. Bagaimana mungkin dia kan ........... dan ............ kok cara berpikirnya seperti itu.

Kalo selama ini aku mengecam  perlakuan ibunya Vicky yang mati-matian membela anaknya yang belum tentu benar dan bersih, maka mantan ibu mertuaku tidak sekedar membela anaknya mati-matian namun justru dialah otak di balik ketidakadilan yang kuterima dari mantanku selama ini. Dia sangat mempengaruhi cara berpikir mantanku. Dan, mantanku seperti kambing dicucuk hidungnya, nurut aja. Ya iyalah kan dengan demikian dia juga lebih diuntungkan secara materi, juga lebih bebas secara kehadiran.

Tidak tahukah ibu,bahwa dengan mengatakan hal-hal demikian, maka hal itu malah menjadi bumerang bagi ibu sendiri? Merugikan ibu, saya dan Dinda. Lihatlah betapa dia tidak begitu memperdulikan ibu secara materi pada khususnya. Alasannya tentu saja belum cukup secara materi. Dan, ibu mertuaku percaya begitu saja, cenderung sangat mempercayai semua yang dikatakan mantanku. Barangkali dia adalah anak kesayangan.

Dia kan jaksa yang sudah berdinas belasan tahun, masak ibu mertuaku percaya kalo dia belum punya apapun, termasuk mobil? Makanya kalo pas pulang bawa mobil, dia titipkan mobil itu ke temannya dan meminjam mobil temannya itu. Dia pura-pura miskin kalo pulang kampung. Juga bila berkunjung ke rumah kontrakanku, pakai kaos rumahan yang jelek dan hp yang jelek. Istilahnya berkunjung ya karena dia di rumah yang ini belum pernah menginap. 

Hal-hal yang pernah dikatakan mantan ibu mertuaku tak usahlah aku katakan secara detail. Pada intinya bahwa dia percaya bahwa gaji mantanku masih belum cukup untuk hidup sendiripun apalagi untuk dibagi dengan kami anak dan mantan istrinya. Tentang keinginanku punya rumah kembali, dia contohkan tetangganya yang sampai mantupun masih ngontrak. Aduh aduh aduh, bagaimana ini? 
Dan ada beberapa hal lain yang dikatakannya, namun tetap memihak anaknya. Aku ini apalah. Aku tidak meneruskan perbincangan dengan mantan ibu mertuaku karena semakin menyakitkan rasanya. Apalagi ada mantanku yang juga duduk di ruangan itu yang mendengar dengan jelas dan dalam hati pasti tertawa terbahak-bahak mendengar pembicaraan tolol kami. Jelas sudah bahwa mantanku sangat diuntungkan, semakin tak bertanggungjawab saja.

Mengapa ya seegois itu? Kami ini menantu dan mantan menantu yang pendiam yang tidak  meminta ini itu, tapi mengapa diperlakukan seperti ini? Pernah aku minta ibu mertua menasehati mantanku, tapi tentu saja nasehatnya memihak mantanku, yang justru akan menjadi bumerang bagiku.
Tak tahu lagi apa yang mesti kulakukan. Bagaimanapun aku harus mengusahakan kepentinganku, tapi kurasa ini sudah maksimal. Kualihkan usahaku dalam bentuk doa.

Semoga saja mereka berdua, mantanku dan ibunya secepatnya mendapatkan hidayahNya, sebab bila tidak akan sangat pedih siksa kuburnya atau apalah namanya. Semoga yang pulang dari tanah suci membawakan hidayah bagi mereka. Yang penting mereka segera sadar akan kekeliruannya selama ini. Kami ini korbannya. Lihatlah penderitaan kami. Coba rasakan penderitaan kami.
TEPO SLIROLAH.
 
(Gambar telah diganti)