Pantai Parangtritis Yogyakarta |
Sehabis melayat aku langsung ambil tas dan berangkat. Mendung mengantar kepergianku, sendirian. Kebetulan Dinda masih di Jakarta ke rumah ayahnya, liburan. Liburan menjelang berakhir tapi aku masih di rumah saja, maka dari itu aku ingin menggenapi masa liburan ini dengan pergi ke Yogyakarta.
Menunggu sekian lama hari demi hari dari malam Natal sampai liburan mau selesai, dia tak juga datang, mengabari pun tidak. Katanya akan berlibur di Yogyakarta di Kaliurang, namun ternyata cuma omong doing, kenyataan nol besar. Jelas aku sangat kecewa, merasa dipecundangi sama brondong ini. Tak adanya kabar membuatku menunggu percuma. Kalau tahu dirinya tak jadi datang, tentu aku sudah merencanakan liburanku sendiri. Entahlah apa yang ada di pikirannya sehingga berbuat yang sedemikian mengecewakan. Hal seperti ini juga kualami sewaktu liburan lebaran kemarin. Hanya waktu itu dia mengabariku sesudah lebaran, mengemukakan alasannya. Tapi tidak kali ini, mungkin saja sudah kehabisan alas an.
Aku percepat laju motorku, mio warna kuning keluaran pertama tahun 2004. Aku telah siapkan jas hujan di keranjang motorku, jadi bila hujan turun aku bisa langsung memakainya tanpa membuka sedel. Seakan alam mengertiku, hujan tak jadi turun. Hanya mendung saja yang mengiringi dan membuat cuaca sangat kondusif, tidak panas.
Memasuki wilayah Yogyakarta aku memakai jas hujanku karena turun hujan yang tak begitu lebat. Mendekati rumah familiku kulepas jas hujanku karena hujan telah reda. Aku mampir dulu ke warung tahu telupat di jalan Parangtritis untuk makan agar nanti di rumah family tak perlu makan.
Sekitar jam lima kami berangkat ke pantai Parangtritis, sebelumnya aku sempatkan mandi dulu.Baru sebentar hujan sudah mengguyur jalanan yang memaksaku menepikan motorku untuk memakai jas hujan. Hari sudah mulai gelap dan hujan. Aku mampir ke pom bensin dulu, takut kehabisan bensin. Aku memelankan laju motorku sambil mencari tukang tambal ban karena aku harus tambah angin pada kedua banku. Bukan karena terasa gembos, tapi untuk berjaga-jaga jangan sampai ban gembos atau malah bocor, bisa berabe.
Penginapan di pantai Parangtritis |
Akhirnya sampai juga di pantai Parangtritis. Hujan masih rintik-rintik. Aku langsung mencari penginapan. Penginapan yang langsung menghadap ke pantai ditawarkan seharga seratus ribu. Aku mencari yang lebih murah, jika ada. Akhirnya familiku menmukan sebuah penginapan seharga lim puluh ribu semalam, tempatnya tidak menghadap langsung ke laut tapi cukup dekat dengan pantai. Aku ambil yang itu.
Memasuki penginapan sederhana seharga lima puluh ribu semalam berdua dengan cewek he he he. Agak aneh. Kamar-kamar terletak di belakang rumah makan dan di lantai atas. Aku memilih yang di lantai bawah. Menurutku dengan harga minim, kamarnya cukuplah dengan kamar mandi dalam yang bening airnya. Tempat tidurnya sederhana dengan kasur yang nampak sudah lama karena sudah kempot, demikian juga kedua bantalnya. Tapi tidak apalah, hanya buat tidur semalam saja.
Di luar kamar nampak burung kecil berwarna hitam sehitam kelelawar hinggap berdua-dua di dinding atas. Ada yang berdampingan namun ada juga yang saling tindih. Oalah! Nyindir aku ya? Burung aja nyindir aku yang kesepian dan gak punya pasangan.
Untuk mengusir dingin, aku memesan mie rebus sementara familiku memesan nasi goreng. Mie rebusnya terasa tak enak. Mungkin rumah makan hanya sebagai pelengkap saja dari penginapan. Di pantai Parangtritis ini bangunan penginapannya hampir saja, dimana di bagian depannya pasti ada rumah makannya, sementara kamar-kamar terletak di belakang dan di lantai dua.
Kami kemudian berjalan-jalan di pantai dalam gelap malam. Aku duduk sejenak di bangku pinggir pantai. Sepi. Hanya terlihat dua nelayan sedang berbincang. Hujan turun. Itu yang memaksa kami angkat kaki dan berjalan pulang. Tapi karena hujan mereda, jadi kami menyusuri jalanan pinggir pantai untuk melihat-lihat suasana pantai dan kegiatannya. Hampir semua rumah makan masih buka, beberapa toko pakaian dan suvenir juga masih buka. Namun hujan kembali turun dengan deras, kami kembali ke penginapan dengan melindungi kepala dari air hujan.
Paginya aku bangun pagi-pagi dan mandi jam lima. Guyuran air terasa dingin di tubuhku. Aku sudah tak sabar ingin segera berjalan-jalan di pantai. Aku pasti bisa bernafas dengan bebas sambil menikmati pemandangan. Familiku pun juga mandi, tapi ya Tuhan! Di luar hujan turun dengan derasnya. Aku sempat khawatirkan kalau aku gagal dengan rencana jalan-jalan di pantai, mengingat jam sepuluh familiku harus jagong manten di tetangganya. Kami memesan teh panas sambil menunggu hujan reda.
Akhirnya aku dengar orang-orang berjalan di depan penginapan. Hujan tinggal rintik-rintik. Kami pun langsung menuju pantai yang sangat dekat dengan penginapan.
Hari masih pagi belum ada jam enam, matahari belum terbit. Hanya sedikit orang yang berjalan-jalan. Inilah saatnya kami manfaatkan untuk foto-foto. Semakin siang semakin banyak yang berdatangan. Bibir pantai penuh manusia. Sangat disayangkan keadaan pantai Parangtritis yang banyak sampah. Pantas saja tak terlihat seorang pun orang bule. Mengapa ya pemerintah setempat tidak menyediakan orang-orang khusus untuk menjaga kebersihan pantai? Sayang sekali.
Kami pun kembali ke penginapan untuk balik ke rumah. Di jalan aku belokkan ke pantai Depok untuk beli oleh-oleh khas pantai dan sarapan. Oleh-oleh khas pantai adalah rempeyek dari binatang pantai. Sementara untuk sarapan, kami membeli nasi pecel dan teh hangat.
Kami siap kembali ke rumah. Rasanya pikiran menjadi lumayan segar, padahal aku hanya sehari menikmati liburan dari hampir dua minggu liburan panjang. Bagaimana bila aku menikmati liburan penuh seperti mereka, seperti anakku? Andai saja dia jadi datang menemuiku dan berlibur bersamaku di Kaliurang seperti yang sering dikatakannya. Ah andai saja. Dia memang berada di Yogyakarta juga tapi entah waktu itu sedang berada di mana.
Setelah mengembalikan familiku, istirahat sebentar aku langsung kembali pulang ke Solo. Anehnya tak ada rasa lelah sedikitpun, padahal akulah yang membawa motor dari Solo ke Yogya kemudian ke Parangtritis dan kembali lagi ke Yogya dan ke Solo. Syukurlah bahwa selama perjalanan tak ada kendala dari motor tuaku.Terima kasih mioku.
Inilah liburanku yang murah meriah. Maklumlah ya. Aku telah menggenapi liburanku dengan pergi ke pantai Parangtritis. Rencananya aku akan kembali lagi ke Yogya tapi ke pantai Baru, pantai yang masih perawan kata orang.