Monday, August 17, 2015

Menunggu

Menunggu

Sekilas terlihat ada yang sedang membaca tulisanku berjdul "Jadilah Yang Kau Mampu" dan "Maafkan Aku". Kembali aku membuka kedua postinganku tersebut. Airmataku menetes deras. Beginikah maumu? Seandainya yang membuka adalah kamu.

Aku memang belum menjadi apa-apa seperti yang kuinginkan. Aku masih merintis usaha baruku yang sudah berjalan sejak akhir bulan lalu. Sangatlah jauh penghasilanku dibandingkan dengan penghasilanmu sekarang. Aku sedang berusaha mensejajarkan diriku dengan dirimu, bisakah?

Akupun merasa belum menjadi apa-apa selama ini. Terlalu banyak kendala dalam perjalanan hidupku. Haruskah aku selalu menyalahkan orang lain? Aku saja yang tak bisa tegas terhadap bujuk rayu orang lain terhadapku. Terlalu mudah bagiku merasa jatuh kasihan. Pada akhirnya akulah yang menjadi kerepotan dan sakit hati. Terlalu sering aku diperlakukan seperti ini. Aku gak tegas terhadap mereka yang hanya ingin memanfaatkanku semata. Kukira dengan menolong orang lain, maka aku akan mendapatkan saudara. Lho? Bukankah mereka sudah memiliki banyak saudara?

Terlalu banyak kekecewaan dalam hidupku. Apa lagi yang harus kuperbuat, semua telah lewat. Hanya rasa belas kasih mereka saja yang kuharapkan dan juga terutama kasih Tuhan. Aku yang selama ini banyak mengalah terhadap orang lain termasuk mantanku, merasa dimanfaatkan saja. Kewajibannya pun belum dilunasinya padahal aku sangat mengharapkan uang itu. Duh!

Lalu apa ya hubungannya dengan kedua postingan di atas? Yang pertama, aku merasa masih harus memperjuangkan hidupku. Gak cuma seperti ini sajalah hidupku, banyak cita-citaku yang belum kesampaian. Yang kedua, aku merasa dicampakkan begitu saja, diabaikan begitu saja, dilepaskan begitu saja. Mungkin saja karena aku belum menjadi siapa-siapa. Ah kasihannya diriku dan terutama hatiku.

Kenapa ya aku selalu mencintai seseorang secara total? Barangkali ini salahku semata. Tak mudah pindah ke lain hati adalah kelemahanku. Aku terlalu setia, itu saja. Bagaimana ya cara agar mudah jatuh cinta, mudah berganti-ganti pasangan? Barangkali dengan demikian maka aku akan lebih mudah menikmati hidup. Menganggap hidup ringan seringan angin yang berlalu. Kok bisa ya?

Terlalu lama menunggunya yang janji datang. Entah kapan ...
Bukankah hidup terlalu pendek untuk menunggu? Aku masih menunggunya. Gile bener ...

0 comments: